• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen Laporan Hidrogen Dan Oksigen Fix (Halaman 27-33)

Terbentuk gelembung gas, larutan berwana ungu

IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui cara pembuatan gas Hidrogen

Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan, sifat, dan cara identifikasi gas hidrogen. Prosedur pertama adalah memasukkan beberapa potong kalsium yang berupa serbuk putih kedalam cawan porselin. Kemudian ditambahkan dengan air suling dan diaduk dengan spatula. Setelah potongan kalsium ditambahkan air, timbul gelembung gas, larutan berwarna putih keruh, dan terdapat endapan putih. Pada reaksi tersebut terjadi reaksi disproporsionasi karena Kalsium merupakan pereduksi yang lebih kuat daripada Hidrogen. Kalsium memiliki potensial oksidasi +2,87 sedangkan Hidrogen memiliki potensial oksidasi 0. Potensial oksidasi yang lebih besar menyebabkan Kalsium dapat mereduksi Hidrogen untuk berikatan dengan OH- membentuk C(OH)2 dan terbentuk gas H2. Pembuatan gas H2 dapat dilakukan dengan mereaksikan golongan IIA dengan air. Persamaan berikut menunjukkan terbentuknya gas H2:

Ca(s) + 2H2O(l)  Ca(OH)2(aq) + H2(g)

Kemudian campuran tersebut diuji dengan kertas lakmus. Kertas lakmus biru tetap menjadi biru dan lakmus merah menjadi biru. Ini menunjukkan bahwa larutan

Ca(OH)2 bersifat basa.

2. Mengetahui cara pembuatan gas Hidrogen dan mengetahui sifat senyawanya

Pada percobaan ini, satu sendok spatula serbuk Mg (Magnesium) yang berwarna putih keabu-abuan dimasukkan dalam cawan porselin yang berisi sedikit air suling. Setelah dicampurkan, larutan menjadi keruh (+) dan terdapat endapan putih keabu-abuan. Magnesium merupakan logam alkali tanah (golongan IIA) yang sukar larut dalam air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan

diatas nyala bunsen kecil terdapat gelembung-gelembung gas dan larutan menjadi keruh (+). Fungsi pemanasan ini untuk menambahkan kelarutan logam magnesium dibuktikan dengan larutan menjadi keruh (+). Reaksi yang terjadi pada percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya yaitu terjadi reaksi disproporsionasi. Magnesium yang memiliki potensial oksidasi lebih besar daripada potensial oksidasi Hidogen. Potensial oksidasi pada Magnesium sebesar +2,73 dan potensial oksidasi pada Hidrogen sebesar 0. Potensial yang lebih besar menyebabkan Magnesium dapat mereduksi Hidrogen untuk berikatan dengan OH- membentuk Mg(OH)2 dan terbentuk gas H2. Persamaan dari reaksi tersebut adalah :

Mg(s) + 2H2O(l)  Mg(OH)2(aq) + H2(g)

Kemudian larutan diuji dengan ditetesi indikator Phenolptalein (PP). larutan yang mulanya larutan keruh (+) menjadi berwarna merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan Mg(OH)2 bersifat basa.

3. Mengidentifikasi adanya gas Hidrogen

Percobaan ini dengan memasukkan 0.02 gram serbuk seng yang berwarna abu-abu dimasukkan dalam tabung reaksi yang sudah terisi kapas kaca basah dan kapas kaca kering. Kemudian ditutup dengan kapas kaca kering. Seperti gambar dibawah ini :

Serbuk seng yang dimasukkan dalam kapas kaca yang berlapis-lapis bertujuan agar menghindari reaksi antara serbuk Seng dengan air karena Zn sangat reaktif. Kapas

kaca berfungsi sebagai katalis pada pelepasan Hidrogen. Fungsi kapas kaca basah adalah untuk menguapkan air karena Zn sangat reaktif sedangkan kapas kaca kering berfungsi untuk menahan uap air yang terbentuk dalam tabung reaksi agar dapat bereaksi sempurna dengan Zn. Lalu selang dimasukkan dalam tabung yang berisi serbuk seng dan kapas dan dihubungkan dalam gelas ukur terbalik 10mL yang berisi air dalam bak. Fungsi selang yang dihubungkan dengan gelas ukur terbalik yang berisi air bertujuan untuk mengetahui volume gas Hidrogen yang terbentuk. Kemudian tabung tersebut dipanaskan hanya pada bagian serbuk Seng dan sesekali pada kapas kaca basahnya. Pemanasan tersebut menyebabkan reaksi antara serbuk Zn dengan air yang menguap membentuk hidroksida dan gas H2. Proses penguapan air ini harus dilakukan untuk mengurangi kereaktifan reaksi antara Zn dan air. Gas H2 terbentuk karena logam Seng dapat memecah atau memisahkan molekul dari H2O. Pembentukan gas H2 dibuktikan dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Zn(s) + 2H2O(l)  Zn(OH)2(aq) + H2(g)

Kemudian dari pemanasan tersebut, diuji nyala api untuk membuktikan gas yang dihasilkan yaitu gas H2. Gas yang sudah terkumpul pada diuji nyala dengan kayu dihasilkan nyali api semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa gas Hidrogen bersifat mudah terbakar dapat dibuktikan dari persamaan sebagai berikut :

H2(g) + O2(g)  2H2O(l)

Saat gas Hidrogen bereaksi dengan Oksigen dalam berbagai perbandingan, gas Hidrogen akan menyala bahkan dapat meledak jika disulut nyala api.

4. Mengidentifikasi adanya gas Hidrogen dan senyawanya

Percobaan ini dengan memasukkan serbuk Zn yang berwarna abu-abu kedalam tabung reaksi berpipa samping. Lalu dipasang selang dan dihubungkan dengan penampung gelas ukur yang diletakkan terbalik dalam air. Kemudian ditambahkan HCl yang tidak berwarna dan ditutup dengan karet menyebabkan adanya gas, letupan dan larutan menjadi keruh dengan persamaan berikut :

Zn(s) + 2HCl(aq)  ZnCl2(aq) + H2(g)

Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam gelas ukur yang berisi air. Gas akan mendorong air dalam gelas ukur, sehingga gas akan memenuhi gelas ukur tesebut. Pembentukan gas H2 kemudian diuji nyala api. Gas yang terdapat dari reaksi tersebut diuji nyala dengan kayu dihasilkan nyali api semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa gas Hidrogen bersifat mudah terbakar dapat dibuktikan dari persamaan sebagai berikut :

H2(g) + O2(g)  2H2O(l) 5. Mengetahui sifat senyawanya

Percobaan ini dengan memasukkan 1mL KI yang tidak berwarna dengan 3 tetes larutan Amilum tidak berwarna kedalam tabung reaksi. Amilum sendiri berfungsi sebagai indikator untuk menunjukkan adanya Iod. Campuran tersebut tetap menjadi larutan tidak berwarna. Kemudian ditambahkan 2 tetes Hidrogen Peroksida 3% tidak berwarna, larutan yang mulanya tidak berwarna menjadi ungu kehitaman dan timbul gelembung gas sedikit. Hal ini menunjukkan adanya Iod dengan warna ungu pada larutan. Gelembung yang timbul menunjukkan adanya gas H2. Reaksi KI dengan H2O2 menghasilkan gas H2

dan terjadi oksidasi I- menjadi I2. Reaksi yang berlangsung dapat dituliskan sebagai berikut :

2KI(aq) + H2O2(aq) → 2KOH(aq) + I2(aq) + H2(g)

6. Mengetahui cara pembuatan gas Oksigen dengan pemanasan di Laboratorium

Percobaan ini dengan memasukkan Kalium Klorat (KClO3) yang berupa serbuk putih kedalam tabung reaksi. Kemudian menambahkan serbuk batu kawi (MnO2) yang berwarna hitam dan menghubungkan tabung dengan selang dengan gelas ukur yang diletakkan terbalik yng kemudian ditutup dengan karet (sumbat). Campuran KClO3

dengan MnO2 berupa serbuk putih dan hitam. MnO2

merupskan katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi saat pemanasan. Lalu campuran dipanaskan di atas nyala api terbentuk gelembung dan warna yang semula serbuk putih dan hitam menjadi serbuk hitam. Dengan adanya katalis MnO2 (batu kawi) dan pemanasan mempercepat terjadinya reaksi yaitu terbentuknya gas Oksigen. Gelas ukur 100mL yang semula terisi air penuh menjadi habis tidak sampai 10 menit. Ini menunjukkan bahwa volume O2

yang dihasilkan lebih dari 100mL dengan reaksi sebagai berikut :

2KClO3(s) + MnO2(s) → KCl(aq) + MnCl2(aq) + 3O2(g) Kemudian gas yang terbentuk diuji coba dengan nyala api. Gas yang terdapat dari reaksi tersebut diuji nyala dengan kayu dihasilkan nyali api semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk gas Oksigen yang mudah terbakar.

7. Mengetahui cara pembuatan gas Oksigen tanpa pemanasan dan mengetahui adanya gas Oksigen

Percobaan ini dengan memasukkan 0,5gram Permanganat berupa serbuk hitam kedalam tabung reaksi berpipa yang sudah dirangkai dengan selang serta

dihubungkan dengan gelas ukur terbalik yang berisi air. Kemudian ditambahkan 8mL H2O2 4,5% tidak berwarna yang menyebabkan timbul gelembung gas dan larutan berwarna ungu menjadi kehitaman dengan reaksi sebagai berikut :

2MnO2(s) + 5H2O2(aq) + 6H+  Mn2+(aq) + 2H2O(l) + 5O2(g)

Gas yang terbentuk adalah gas Oksigen sesuai dengan reaksi diatas. Setelah terjadi reaksi tersebut, gelas ukur yang semulanya penuh dengan air, air berkurang sebanyak 25mL. Volume tersebut adalah volume O2 yang kemudian duji dengan nyala api. Gas O2 yang terdapat dari reaksi tersebut diuji nyala dengan kayu dihasilkan nyali api semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk gas Oksigen yang mudah terbakar. Berbeda dengan percobaan 6 yang menggunakan pemanasan, percobaan ini tidak menggunkan pemanasan. Volume O2 yang dihasilkan lebih banyak dengan pemanasan daripada dengan tidak adanya pemanasan. Ini disebabkan karena pembuatan gas Oksigen akan berjalan lambat tanpa adanya katalis dan pemanasan.

X. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Gas hidrogen dapat dibuat secara laboratorium dengan mereaksikan logam dengan air dingin, logam dengan air melalui pemanasan, logam uap air, dan logam dengan asam. Seperti berikut:

Mereaksikan logam Ca dengan air

Mereaksikan logam Mg dengan air melalui pemanasan. Mereaksikan logam Zn dengan uap air

Mereaksikan logam Zn dengan HCl Mereaksikan KI dengan H2O2

Hal ini sesuai dengan tingkat kereaktifan logam yang digunakan. Dan reaksi ini akan membentuk gas hidrogen dan larutan basa.

2. Gas hidrogen dapat menimbulkan letupan dan menyebabkan nyala api semakin besar dengan uji coba nyala api

3. Gas oksigen dapat dibuat dengan cara mereaksikan kalium klorat dengan batu kawi pada pemanasan. Batu kawi (MnO2) bertindak sebagai katalis. 4. Gas oksigen dapat dibuat dengan cara mereaksikan permanganat dengan

hidrogen peroksida

5. Pengujian gas oksigen dapat dilakukan dengan uji nyala api, nyala api akan membesar jika gas hidrogren atau gas oksigen terbentuk.

Dalam dokumen Laporan Hidrogen Dan Oksigen Fix (Halaman 27-33)

Dokumen terkait