• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Bab VI : PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari pembahasan penelitian, saran dan keterbatasan.

8

LANDASAN TEORI

1. Pasar Modal

Secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public outhorities, maupun perusahaan-perusahaan (Husnan, 1996: 3). Undang-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1955 pasal 1 angka 13 tentang pasar modal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Menurut Agus Sabardi (1994: 129) pengertian pasar modal adalah pasar bagi instrument finansial (obligasi dan saham) jangka panjang (temponya lebih dari satu tahun).

2. Laba

Pengertian laba

Pengertian laba menurut AL. Haryono (1994: 24) adalah selisih lebih (atau kurang) antara pendapatan dengan biaya. Supriyono (1994: 17) mendefinisikan laba sebagai hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode yang sama. Informasi laba sangat membantu di dalam pembuatan keputusan akuntansi. Selain itu, laba

juga digunakan sebagai dasar perpajakan, kebijakan pembayaran deviden dan unsur prediksi.

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan informasi tentang laba diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan sesuai dengan kepentingannya. Informasi tentang laba perusahaan dapat digunakan sebagai:

1) Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian.

2) Pengukur prestasi manajemen.

3) Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

4) Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara. 5) Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

6) Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. 7) Dasar untuk kenaikan kemakmuran

8) Dasar pembagian deviden

Terdapat dua unsur yang menjadi bagian pembentukan laba yaitu pendapatan dan biaya. Pendapatan (revenue) merupakan peningkatan aktiva perusahaan atau menurunnya kewajiban selama satu periode tertentu, terutama dari hasil kegiatan operasi perusahaan. Contoh pendapatan antara lain; penjualan produk (penjualan), jasa (pelayanan), keuntungan dari bunga, dividen, pendapatan sewa, dan royalti. Berdasarkan tingkatannya ada tiga jenis laba yaitu:

a. Laba Kotor

Laba kotor adalah selisih lebih dari hasil penjualan bersih di atas harga pokok penjualan. Laba kotor disebut juga laba dari penjualan.

b. Laba Operasi

Laba operasi adalah selisih lebih dari laba kotor dengan biaya-biaya operasi.

c. Laba Bersih Setelah Pajak

Laba bersih setelah pajak adalah selisih lebih dari keseluruhan penjualan dengan biaya dan telah dipotong atau dikurangi oleh pajak

3. Laba Per Lembar Saham

Laba per lembar saham (LPS) adalah jumlah laba yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Laba per lembar saham merupakan keuntungan yang diberikan pemegang saham untuk tiap lembar saham. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan jumlah dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan dan meramalkan prestasi perusahaan dimasa depan. Apabila dividen yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan laba per lembar saham dalam periode yang sama, maka akan diperoleh persentase pembayaran (Baridwan, 2000: 448). Jika saham preferen tidak beredar atau saham biasa yang beredar, secara umum laba per lembar saham dapat dihitung dengan rumus:

Laba bersih Laba Per Lembar Saham =

Jumlah lembar saham biasa yang beredar

Jika perusahaan memiliki saham preferen yang beredar, maka perhitungan laba per lembar saham menggunakan rumus sebagai berikut:

( Laba bersih – Dividen saham preferen ) Laba Per Lembar Saham =

Jumlah lembar saham biasa yang beredar

Perhitungan laba per lembar saham tergantung dari struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan terbagi dua, yaitu:

a. Struktur Modal Sederhana

Struktur modal yang sederhana adalah struktur modal yang terdiri dari saham biasa saja atau dapat juga terdiri dari berbagai macam saham tetapi secara potensial tidak memiliki efekdilutive.

b. Struktur Modal yang Kompleks

Struktur modal yang kompleks adalah struktur modal yang terdiri dari berbagai macam surat berharga seperti saham biasa, saham perioritas, surat-surat berharga yang dapat ditukarkan seperti convertible prefered stocks, convertible bonds, juga adanya option atau warrants. Accounting standards untuk struktur modal yang kompleks menghendaki penyajian dua data laba per lembar saham, yaitu primary earnings per share dan

4. Saham

a. Pengertian Saham

Saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 6). Menurut Bambang Riyanto (1984: 187) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT bagi perusahaan yang bersangkutan, uang yang diterima dari hasil penjualan saham “akan tetap tertanam” di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya meskipun bagi pemegang saham sedikit, itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen karena setiap waktu para pemegang saham dapat menjualnya.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

b. Jenis Saham

Berdasarkan hak kepemilikannya yaitu hak tagih atau hak klaim, saham dapat dibagi dua jenis (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 12) yaitu:

1. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior dalam hal pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Saham biasa merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan

dipasar. Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham biasa menurut Jogiyanto (2000: 73-76), yaitu:

a) Hak kontrol saham biasa

Hak kontrol saham adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan.

b) Hak menerima pembagian keuntungan

Hak menerima pembagian keuntungan merupakan hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan yang didapat oleh perusahaan.

c) Hakpreemptive

Hakpreemptiveadalah hak untuk mendapatkan persentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang hak saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan.

2. Saham preferen (preferred stocks)

Saham preferen mempunyai karakteristik gabungan antara saham biasa dan obligasi, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap seperti bunga obligasi, tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham preferen serupa dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut; dan membayar dividen. Sedangkan persamaan antara saham preferen dengan obligasi terletak pada tiga hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya;

dividennya tetap selama masa berlaku (hidup) dari saham; mewakili hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Beberapa macam saham preferen yaitu:

a. Convertible preferred stock

Convertible preferred stock adalah saham preferen yang memungkinkan pemegangnya untuk menukar saham ini dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Hal ini tujuannya untuk menarik investor yang menyukai saham biasa.

b. Callable preferred stock

Callable preferred stock adalah bentuk lain dari saham preferen yang memberikan hak kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli kembali saham ini dari pemegang saham pada tanggal tertentu dimasa yang akan datang dengan nilai yang tertentu juga. Biasanya harga tebusan ini lebih tinggi dari harga nominal sahamnya.

c. Adjustable-rate preferred stock

Adjustable-rate preferred stock adalah jenis saham preferen yang merupakan saham inovasi baru Amerika yang dikenalkan pada tahun 1982. Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi berdasarkan dari tingkat return sekuritas treasury bill. Saham ini cocok buat investasi jangka pendek dan bagi investor yang mempunyai kelebihan kas.

Aspek-aspek yang mempengaruhi nilai saham dipasar (Halim dan Sarwoko, 1995: 7), yaitu:

1) Pengaruh pendapatan

Suatu kenyataan bahwa para pemegang saham sangat memperhatikan pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan-pendapatan yang dilaporkan maupun ramalan pendapatan-pendapatan membantu investor dalam memperkirakan atau meramalkan arus dividen dimasa mendatang.

2) Pengaruh dividen

Secara teoritis, pengaruh dividen dalam menentukan harga saham adalah jelas. Harga saham tidak lain adalah nilai sekarang dari seluruh dividen yang diharapkan dimasa mendatang.

3) Pengaruh aliran kas

Selain pendapatan dan dividen, banyak investor memperhatikan aliran kas per lembar saham yang dikalikan dengan suatu jumlah (angka) yang tepat. 4) Pengaruh pertumbuhan

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perkembangan laba atau perkembangan aktiva. Perkembangan laba umumnya digunakan sebagai ukuran oleh lembaga-lembaga keuangan dan para pemegang saham. Mereka melihat sejauh mana perusahaan mampu mengubah pertumbuhan penjualan dan kegiatan operasinya ke dalam kenaikan penghasilan bagi pemegang saham.

c. Harga Saham

Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh perilaku pasar yaitu permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dibursa. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di lantai bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam keadaan kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan yang bersangkutan akan naik; demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar perdana. Tentunya jika nilai yang seharusnya dari suatu saham (nilai intrinsik) tersebut lebih besar dari harga pasar saham itu, maka saham tersebut dinilai

undervalued(harga saham terlalu rendah). Jika sebaliknya maka saham dinilai

overvalued(saham terlalu mahal) (Jogiyanto, 2000: 69). Beberapa harga yang ada di pasar modal:

1. Harga Pembukaan

Nilai harga pembukaan adalah nilai yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat dimulainya hari bursa. Nilai ini dapat menjadi nilai pasar yang baru jika langsung ada transaksi.

2. Harga Penutupan

Harga penutupan merupakan harga yang diminta penjual atau pembeli, namun jika harga pembukaan terjadi pada saat dimulainya hari bursa, maka harga penutupan terjadi pada akhir hari bursa. Harga penutupan

dapat juga menjadi harga pasar jika terjadi transaksi pada akhir penutupan hari bursa.

3. Harga Tertinggi

Harga tertinggi adalah harga yang paling tinggi dari semua transaksi atas saham tersebut. Istilah harga tertinggi sering dipakai pada kurun waktu tertentu, misalnya sehari, sebulan, setahun atau tergantung keperluan. 4. Harga Terendah

Harga ini merupakan kebalikan harga tertinggi, penggunaannya sama dengan harga tertinggi yaitu untuk dapat mendeteksi transaksi harian, bulanan atau tahunan.

5. Harga Rata-rata

Harga rata-rata merupakan rata-rata dari semua harga transaksi suatu saham atau dari harga tertinggi dan terendah. Dengan mengetahui ketiga harga ini (harga tertinggi, harga terendah dan harga rata-rata) cukup – penting, sebab dari sini dapat diketahui seberapa jauh kekuatan dan kelemahan suatu saham dalam satu hari, satu bulan atau satu tahun bursa.

d. Nilai Saham

Tiga jenis nilai saham menurut penjelasan Jogiyanto (2000: 79-89), adalah sebagai berikut :

1) Nilai Buku

Nilai buku per lembar saham menunjukkan aktiva bersih yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adaloah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai tersebut yaitu :

a. Nilai Nominal

Nilai nominal dari suatu saham merupakan kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukum. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham.

b. Agio Saham

Agio saham merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.

c. Nilai Modal Disetor

Nilai modal disetor merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.

d. Laba Ditahan

Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.

2) Nilai Pasar

Nilai pasar berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham di pasar bursa.

3) Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik atau nilai fundamental adalah besarnya nilai sebenarnya dari saham yang diperdagangkan. Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari saham adalah analisis sekuritas fundamental atau analisis perusahaan dan analisis teknis. Analisis fundamental menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya), sedang analisis teknis menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume transaksi saham) untuk menentukan nilai dari saham.

Pedoman yang digunakan untuk mengetahui harga saham dari nilai intrinsik yang ditaksir dibandingkan dengan nilai pasar saham tersebut saat ini, yaitu:

a. Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga pasar saham saat ini, maka saham tersebutundervalued, artinya harga saham tersebut terlalu rendah, oleh karena itu layak dibeli atau ditahan apabila saham telah dimiliki.

b. Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saham saat ini, maka saham tersebutovervalued, artinya harga saham tersebut terlalu tinggi dan dapat menjualnya atau “dilepas”.

c. Apabila nilai intrinsik sama dengan harga saham saat ini, maka saham tersebut dianggap menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan.

5. Pengaruh Perubahan Laba Per Lembar Saham terhadap Perubahan Harga Saham

Perkembangan laba umumnya digunakan sebagai pengukur prestasi perusahaan oleh lembaga-lembaga keuangan dan para pemegang saham. Mereka melihat sejauh mana perusahaan mampu mengubah pertumbuhan penjualan dan kegiatan operasinya menjadi kenaikan penghasilan bagi para pemegang saham. Pertumbuhan keuntungan ini dapat dilihat melalui kenaikan laba per lembar saham (Sahputra, 2003).

Pengamatan dari pasar surat berharga mengindikasikan bahwa laba per lembar saham (LPS) merupakan faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Kadang-kadang suatu penurunan yang drastis dari suatu LPS suatu perusahaan yang dilaporkan secara mendadak, harga sahamnya menurun, memberi bukti bahwa LPS mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Suatu penelitian yang lebih khusus tentang hubungan antara pendapatan dengan harga saham dilakukan oleh Niederhaffer dan Regan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 50 macam saham yang harganya berubah paling besar selama 5 tahun (1966-1970) juga mengalami kenaikan LPS selama periode waktu yang sama. Dilain pihak, saham-saham yang megalami penurunan harga (juga 50 macam saham) cenderung mengalami penurunan LPS. (Halim dan Sarwoko, 1995: 8)

LPS merupakan ukuran yang penting bagi berbagai investor. Nilai LPS mempunyai korelasi yang tinggi dengan harga pasar saham biasa perusahaan. LPS juga dihitung dalam menghadapi merger dan pengambilalihan secara paksa yang melanda dunia keuangan di tahun 1980. Di sini terlihat hanya ada dua jenis perusahaan: perusahaan predator (pencaplok) dan perusahaan yang menjadi target pengambilalihan. Untuk menghindari pencaplokan, perusahaan memiliki target melalui dua strategi untuk tetap bertahan yang melibatkan LPS. Salah satu pendekatan adalah meningkatkan LPS dengan mengurangi jumlah saham biasa yang beredar. Pendekatan ini secara otomatis meningkatkan LPS dan biasanya akan meningkatkan harga pasar saham tersisa yang masih beredar. Target pengambilalihan lainnya memakai cara yang berlawanan, yaitu dengan menurunkan nilai LPS, dalam usaha menurunkan harga pasar saham biasa pada titik dimana para pencaplok takut melakukan usaha-usaha pengambilalihan (Dyckman, Dukes, Davis, 1996: 493).

Banyak teori dan studi empiris yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh pengaruh faktor-faktor fundamental, utamanya pengaruh LPS terhadap harga saham. Studi dari Purnomo dan Topkis sampai pada suatu kesimpulan bahwa LPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar (Purnomo dan Topkis dalam Mulyono, 2000). Ewijaya dan Indriantoro menunjukkan bahwa variabel laba per saham dan perubahan laba per saham tidak memberikan pengaruh yang signifikan (Ewijaya dan Indriantoro dalam Mulyono, 2000). Jenning et.al. mengemukakan bahwa LPS berpengaruh

variasi terhadap harga saham. Berpengaruh variasi disini maksudnya adalah bahwa nilai LPS memiliki pengaruh yang berbeda, yaitu berpengaruh signifikan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap dua sampel perusahaan yang digunakan (Jenning et.al dalam Mulyono, 2000). Samuel mengatakan bahwa ketika laba meningkat, maka harga saham cenderung naik sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham juga ikut menurun (Samuel dalam Mulyono, 2000).

Penelitian lain mengenai pengaruh LPS terhadap harga saham antara lain dilakukan oleh Purnomo (1998) yang mengkaji keterkaitan kinerja keuangan dengan harga saham pada 30 emiten di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada periode waktu 1992-1996. Penelitiannya melaporkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara harga saham dengan LPS.

Penelitian yang mengkaji mengenai pengaruh LPS dalam menetapkan harga saham perdana dilakukan oleh Dharmastuti (2004) pada 88 perusahaan yanggo publicdi BEJ dari bulan Januari 1995 sampai dengan Mei 2002. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa LPS mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian dilakukan oleh Mulyono (2000) mengenai pengaruh LPS dan tingkat bunga terhadap harga saham pada perusahaan aneka industri yang

go publicdi BEJ untuk periode 1992-1997. Dari hasil analisis data, diperoleh koefisien regresi positif 0,991 artinya bila LPS mengalami peningkatan sebesar 1 kali maka harga saham akan meningkat sebesar 0,991 kali, begitu

pula sebaliknya jika LPS turun sebesar 1 kali harga saham juga akan turun sebesar 0,991 kali, dengan persyaratan variabel lain (tingkat bunga) konstan.

Jati (1998) melakukan penelitian tentang pengaruh perubahan laba akuntansi terhadap perubahan harga saham. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 60 yang sahamnya tercatat di BEJ. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara signifikan terbukti bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan laba akuntansi.

Durbin (2004) melakukan penelitian dengan judul perbedaan pengaruh perubahan laba per lembar saham terhadap perubahan harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif perubahan laba per lembar saham terhadap perubahan harga saham di industri manufaktur, sedangkan di industri keuangan menunjukkan terdapat pengaruh negatif perubahan laba per lembar saham terhadap perubahan harga saham.

6. Hipotesis

Hipotesis adalah anggapan atau pendapat yang dapat diterima sementara untuk menjelaskan suatu fakta atau yang dipakai sebagai dasar dalam suatu penelitian (Budiyuwono, 2001: 203). Hipotesa harus diuji berdasarkan data empiris, yaitu data yang berdasarkan pada penelitian suatu sampel.

Widoatmodjo (1996: 156) mengatakan bahwa semakin tinggi LPS, semakin mahal harga suatu saham dan berdasarkan penelitian dari Durbin (2004) yang menunjukkan adanya pengaruh positif perubahan LPS terhadap

perubahan harga saham dengan menggunakan periode tahun 1999-2000, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ha : Perubahan laba per lembar saham berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham.

24

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris, yaitu penelitian pada data yang telah disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan data dari obyek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan populasi adalah saham perusahaan yanglisting di PT. Bursa Efek Jakarta. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dipilih dan dapat dianggap mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, artinya populasi yang akan dijadikan sampel penelitian adalah populasi yang memenuhi kriteria yang dikehendaki peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang menjadi populasi dan memenuhi kriteria yang sudah ditentukan. Kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu:

a. Perusahaan di bidang industri tekstil yang mengeluarkan saham biasa yang listing selama tahun 2003 sampai tahun 2005 di PT. Bursa Efek Jakarta.

b. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2005.

c. Perusahaan mengumumkan laba per lembar saham selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2003 sampai tahun 2005.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian di Pojok BEJ Universitas Sanata Dharma, Universitas Gajah Mada dan Universitas Atmajaya.

b. Waktu penelitian bulan Maret-April tahun 2007

4. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta, sedangkan obyek penelitian ini adalah laba per lembar saham dan harga saham perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta.

5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu pencatatan langsung data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi atau dalam bentuk publikasi yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu organisasi atau pihak lain.

6. Teknik Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam membahas permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Tabulasi Data

Sampel yang telah diperoleh berdasarkan kriteria pengambilan sampel akan ditabulasikan berdasarkan jenis dan tahunnya.

2. Menghitung perubahan laba per lembar saham.

Perubahan laba per lembar saham dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

LPSt– LPSt -1

Dokumen terkait