• Tidak ada hasil yang ditemukan

G. ANALISIS DATA 1. Uji Asumsi

2. Analisis Data

Berdasarkan analisa data yang dilakukan dengan menggunakan teknik regresi sederhana diperoleh F sebesar 0,089 dengan sigifikansi sebesar 0,768 (p>0,05) dan diperoleh R square sebesar 0,003. Hal ini berarti tidak terdapat kontribusi yang significant dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, kontribusi yang diperoleh hanya 0,3%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi ada kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan, ditolak.

3. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi manajemen waktu terhadap produktivitas kerja wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kontribusi yang didapatkan sebesar 0,3% sedangkan 99,7% lainnya kemungkinan disebabkan oleh faktor lain. Tidak adanya kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja, kemungkinan dikarenakan keunikan dari profesi wartawan itu sendiri. Dengan waktu kerja yang fleksibel pada satu sisi profesi wartawan sangat memerlukan kemampuan manajemen waktu yang baik, namun di sisi lain yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya seorang wartawan memperoleh suatu berita sangat tergantung dari perolehan sumber berita tersebut (narasumber). Meskipun seorang wartawan memiliki kemampuan manajemen

waktu yang tinggi tidak akan berpengaruh manakala waktu yang disediakan narasumber tidak sesuai dengan jadwal yang dimiliki wartawan, sehingga terjadi ketidaksesuaian antara jadwal yang telah disusun dengan kegiatan yang telah dilakukan.

Kesediaan narasumber dalam memberikan suatu informasi sangat mempengaruhi kuantitas maupun kualitas berita yang diperoleh wartawan setiap harinya. Oleh karena itu dalam perolehan berita narasumberlah faktor yang paling dominan yang dapat menunjang produktivitas seorang wartawan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hartoyo (2008) bahwa penilaian yang dilakukan pihak redaksi terhadap pengukuran produktivitas kerja wartawan diperoleh berdasarkan jumlah dan kualitas berita yang dihasilkan wartawan setiap harinya.

Lebih lanjut dari hasil penelitian diketahui bahwa kontribusi yang diberikan manajemen waktu terhadap produktivitas kerja hanya sebesar 0,3%, kemungkinan 99,7% lainnya dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain seperti usia pekerja, masa kerja, dan jenis kelamin. Berdasarkan faktor usia Dale (2003) berpendapat bahwa para pekerja di usia muda pada umumnya mempunyai tingkat harapan dan ambisi yang tinggi untuk mencapai tujuannya, sehingga dapat pula meningkatkan produktivitas kerjanya. Individu yang bekerja di usia muda memiliki keinginan untuk bekerja dengan penuh tantangan dalam pekerjaannya dan kurang puas dengan pekerjaan yang rutin atau monoton. Levinson (dalam Monk, 1999) memberikan batasan-batasan usia pada dewasa awal yaitu usia 17 sampai 22 tahun individu berada dalam dua masa, dimana individu meninggalkan masa pra dewasa dan memasuki dewasa awal. Sedangkan pada usia 22 sampai 28 tahun adalah periode pengenalan dengan usia orang dewasa, menjadikan diri lebih bertanggung jawab, lebih berproduktif dan berusaha untuk membentuk stuktur kehidupan yang stabil. Kemudian usia antara 28 sampai 33 tahun individu telah memasuki struktur kehidupan yang lebih stabil dan tetap, dimana individu memiliki keyakinan yang mantap dan berusaha untuk memajukan karir sebaik-baiknya. Usia 33 sampai 40 tahun individu memasuki fase kemantapan dalam segala hal (Levinson, dalam Monk 1999).

Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan berusia muda berkisar antara 22 sampai 28 tahun berjumlah 19 orang dengan perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 83,32, kemudian wartawan yang berusia 29 sampai 33 tahun berjumlah 12 orang dengan mean produktivitas kerja yang sedang sebesar 73,50 sedangkan wartawan yang bekerja pada usia 34 sampai 40 tahun hanya berjumlah 1 orang dengan mean yang terrendah sebesar 63,00. Dengan banyaknya wartawan muda yang bekerja pada redaksi Radar Bogor kemungkinan hal ini dapat menyebabkan

tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini:

data produktivitas kerja berdasarkan usia 0 20 40 60 80 100 22 - 28 tahun 29 - 33 tahun 34 - 40 tahun usia s c o re p ro d u k ti v it a s k e rj a

Selanjutnya faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi produktivitas kerja adalah jenis kelamin. Gibson (1996) menyatakan bahwa pria mempunyai harapan lebih tinggi dalam keberhasilan pekerjaan dari pada wanita. Pria lebih kompetitif dibandingkan wanita, keadaan ini disebabkan adanya perasaan takut akan sukses yang dimiliki wanita serta konsekuensi sosial yang negatif yang akan diterimanya. Bila wanita sukses bersaing dengan pria mungkin akan merasa semakin kehilangan feminimitas, popularitas, takut tidak layak untuk menjadi pasangan hidup bagi pria dan takut dikucilkan. Keadaan tersebut dapat membuat produktivitas seorang wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan data dari identitas subjek dapat diketahui bahwa wartawan yang bekerja pada redaksi Radar Bogor mayoritas didominasi oleh wartawan pria sebanyak 24 orang dengan perolehan mean produktivitas kerja yang paling tinggi sebesar 79,17. Sedangkan wartawan wanita yang bekerja pada redaksi Radar Bogor hanya berjumlah 8 orang dengan mean yang lebih rendah sebesar 78,50. Tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan kemungkinan dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah wartawan pria yang bekerja pada redaksi Radar Bogor, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya mean yang diperoleh wartawan pria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini:

data produktivitas kerja berdasarkan jenis kelamin 78 78,2 78,4 78,6 78,8 79 79,2 79,4 pria wanita jenis kelamin s c o re p ro d u k ti v it a s k e rj a

Masa lamanya bekerja kemungkinan dapat pula memberikan kontribusi terhadap produktivitas kerja. Nitisemito (2000) berpendapat bahwa pada pekerja dengan masa kerja yang baru cenderung memiliki produktivitas yang baik, mereka memiliki semangat kerja yang tinggi, lebih giat bekerja, mengaplikasikan kemampuannya dalam bekerja dengan lebih ulet. Hal itu dikarenakan harapannya untuk terus mendapatkan posisi kerja yang lebih tinggi. Lebih lanjut Dharma (2001) menyatakan bahwa tidak ada alasan bahwa karyawan yang lebih lama bekerja (senior) akan lebih produktif dari pada yang junior. Karyawan senior biasanya memiliki tingkat kejenuhan yang lebih tinggi dalam bekerja daripada karyawan baru. Dalam penelitian ini jumlah subjek yang bekerja di redaksi Radar Bogor didominasi oleh wartawan dengan masa usia kerja dibawah 5 tahun yang berjumlah sebanyak 28 orang dengan mean produktivitas kerja tertinggi sebesar 80,18, sedangkan wartawan yang bekerja diatas 5 tahun hanya berjumlah 4 orang dengan mean yang lebih kecil sebesar 70,75. Hal inilah yang mungkin dapat menyebabkan tingginya tingkat produktivitas kerja pada wartawan Radar Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian dalam berikut ini:

data produktivitas kerja berdasarkan lama kerja 65 70 75 80 85

dibawah 5 tahun diatas 5 tahun lama kerja s c o re p ro d u k ti v ita s k e rj a

Berdasarkan Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) pada skala manajemen waktu, diketahui Mean Empirik (ME) dan Mean Hipotetik (MH) yang dapat dilihat pada tabel 11 dibawah ini :

Tabel 11

Mean Empirik dan Mean Hipotetik Manajemen waktu

Variabel Mean Empirik Mean Hipotetik SD Hipotetik

Manajemen waktu 60,50 47,5 9,5

Deskripsi mengenai kategori subjek (sangat tinggi, tinggi, rata-rata atau sedang, rendah dan sangat rendah) dalam skala manajemen waktu dapat diketahui dengan cara perhitungan di bawah ini :

Diketahui mean empirik manajemen waktu sebesar 60,50 dengan jumlah item valid sebanyak 19 item dengan menggunakan kriteria nilai dari 1 sampai dengan 4. Ini berarti nilai skala terkecil berjumlah 1 dan terbesar 4. Rentang minimum yaitu nilai terkecil dikalikan dengan jumlah item yang valid (1 x 19 = 19), kemudian dapat diketahui rentang maksimum yaitu nilai terbesar dikalikan dengan jumlah item yang valid (4 x 19 = 76), sehingga di dapat rentangan 19 – 76. Dengan jarak sebaran 19 – 76 = 57. Dengan demikian standart deviasi sebesar 57 : 6 =9,5. Nilai 6 di dapat dari kurva distribusi normal yang terbagi atas 6 wilayah, yaitu 3 daerah positif dan 3 daerah negatif. Setelah mendapatkan nilai standart deviasi, selanjutnya mencari nilai mean hipotetik dengan cara mengalikan nilai tengah dengan jumlah

item yang valid (2,5 x 19 = 47,5). Nilai 2,5 di dapat dari median atau nilai tengah dari kriteria nilai yang digunakan yaitu antara 1sampai 4.

Adapun penggolongan skala manajemen waktu diperoleh dengan cara menghitung: X – 2SD = 47,5 – (2 x 9,5) = 28,5 X – 1SD = 47,5 – (1 x 9,5) = 38 X + 1SD = 47,5 + (1 x 9,5) = 57 X + 2SD = 47,5 + (2 x 9,5) = 66,5 Sangat rendah : (x ≤ MH – 2 SDH) = < 28,5 Rendah : (MH – 2 SDH < x ≤ MH – SDH) = 28,5 - 38 Rata-rata : (MH – SDH < x ≤ MH + SDH) = 38 - 57 Tinggi : ( MH + SDH < x ≤ MH + 2 SDH) = 57 - 66,5 Sangat tinggi : (x > MH + 2 SDH) = > 66,5 Keterangan : MH = Mean Hipotetic

SDH = Standar Deviasi Hipotetik

-2SD -1SD MH +1SD +2SD 28,5 38 47,5 57 66,5

Rendah Sedang Tinggi

Gambar 1. Kurva Distribusi Normal Skala Manajemen waktu

Berdasarkan perhitungan pada skala manajemen waktu dimana mean empirik memiliki nilai skor sebesar 60,50 lebih besar dari mean hipotetik ditambah satu standar deviasi (47,5+9,5), hal ini menunjukan bahwa manajemen waktu pada subjek penelitian tergolong tinggi. Tingginya manajemen waktu pada wartawan mungkin dikarenakan keunikan waktu

kerjanya yang fleksibel, sehingga wartawan dituntut untuk dapat memiliki manajemen waktu yang baik. Stanley (2008) menjelaskan bahwa dilihat dari cara kerja wartawan yang tak kenal waktu maka dibutuhkan kemampuan manajemen waktu yang baik untuk dapat meningkatkan hasil kerjanya.

H. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada kontribusi yang signifikan dari manajemen waktu terhadap produktivitas kerja pada wartawan. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan faktor lain yang lebih dominan yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja wartawan. Faktor lain tersebut seperti usia pekerja, jenis kelamin, masa kerja. Disamping itu kemungkinan faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja wartawan dapat dilihat dari keunikan profesi wartawan, dimana untuk mendapatkan berita sangat tergantung dari perolehan sumber berita yang didapatkan wartawan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui manajemen waktu pada wartawan tergolong tinggi, kemungkinan juga dapat dipengaruhi oleh waktu kerja yang fleksibel. Dengan waktu kerja yang fleksibel seorang wartawan dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen waktu yang baik

I. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Saran untuk Redaksi

Bagi redaksi yang terkait, mengingat bahwa narasumber merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang produktivitas wartawan dalam memperoleh suatu berita, maka diharapkan dari pihak redaksi agar memberikan suatu pelatihan bagi wartawan untuk meningkatkan keterampilan wartawan dalam memperoleh sumber berita. Dengan memiliki keterampilan yang baik dalam memperoleh narasumber berita yang akurat kemungkinan para wartawan pun dapat mengembangkan produktivitas kerja sehingga lebih maksimal dan berkualitas.

2. Saran untuk Subjek Penelitian

Bagi wartawan diharapkan untuk lebih ulet dalam mencari narasumber berita, sehingga akan diperoleh berita dengan kuantitas dan kualitas yang baik yang dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

3. Saran untuk Penelitian Lebih Lanjut

Bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti produktivitas kerja pada wartawan dapat meneliti lebih lanjut hal-hal yang mungkin memiliki peran terhadap

produktivitas kerja wartawan seperti keuletan wartawan dalam memperoleh berita, jenis kelamin, usia pekerja, dan masa lamanya bekerja.

Dokumen terkait