• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. TINJAUAN PUSTAKA

3.4 Analisis Data .1 Analisis klorofil-a

Data konsentrasi klorofil-a diketahui dengan melakukan analisis terhadap citra MODIS yang telah didownload. Citra tersebut diolah untuk memperoleh nilai dan gambar sebaran konsentrasi klorofil-a. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan citra adalah sebagai berikut :

1) Pembacaan nilai konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan program

SeaDAS ;

Membuka program SeaDAS pada menu “terminal”, kemudian akan tampil SeaDAS main menu dan seadisp main menu. Langkah selanjutnya adalah memasukkan file citra yang telah didownload dengan memilih sub menu “load” pada “seadisp main menu”. Memasukkan koordinat daerah yang akan dihitung, koordinat yang dimasukkan merupakan koordinat pada daerah penelitian dan daerah di sekitarnya (6036’00’’LS–7018’00”LS dan 105000’00”BT-106024’00”BT). Setelah citra dibuka, kemudian dilakukan penyimpanan output citra dalam bentuk data ASCII dengan memilih functionsoutput data ASCII. Data ini merupakan nilai

konsentrasi klorofil-a berdasarkan garis lintang dan bujur (koordinat). Cara pengolahan citra dengan menggunakan SeaDAS dapat dilihat pada Lampiran 3.

2) Penghitungan nilai konsentrasi klorofil-a ; dan

Data ASCII hasil pengolahan SeaDAS diolah kembali dengan

menggunakan program Microsoft Office Excel untuk menghitung nilai dominan, kisaran dan rata-rata dari konsentrasi klorofil-a. Nilai konsentrasi yang dihitung adalah nilai pada koordinat daerah penelitian (7041’00’’LS– 8000’00”LS dan 108020’00” BT - 109000’00” BT).

3) Pembuatan peta sebaran konsentrasi klorofil-a

Data ASCII hasil pengolahan SeaDAS diolah kembali dengan

menggunakan software Surfer 8.0 untuk memperoleh peta sebaran

konsentrasi klorofil-a berserta garis konturnya.

Nilai dominan, kisaran dan rata-rata dari konsentrasi klorofil-a pada daerah penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang selanjutnya dianalisis sebarannya menurut waktu (temporal). Sebaran konsentrasi klorofil-a secara spasial (daerah) ditentukan dengan melakukan analisis visual terhadap peta sebaran konsentrasi klorofil-a.

3.4.2 Analisis data hasil tangkapan

Data ikan hasil tangkapan dianalisa secara deskriptif dan selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data jumlah (kg) hasil tangkapan dianalisis menurut skala ruang (penyebaran daerah penangkapan) dan skala waktu operasi penangkapan.

3.4.3 Analisis hubungan hasil tangkapan dengan klorofil-a

Hubungan antara klorofil-a dan jumlah hasil tangkapan didapat melalui persamaan regresi (Wallpole, 1995). Hubungan antara dua variable tersebut bisa merupakan hubungan linear, kuadratik atau polynomial. Model regresi yang paling tepat adalah model yang menunjukkan keeratan dari kedua variable paling erat (korelasi paling besar). Koefisien korelasi (r) dapat dihitung dengan rumus :

r

= n XY- X Y

(nX2- (X )2)

(Y2- (Y)2)

Keterangan: r :Koefisien korelasi

X :variabel bebas

Y :variabel terikat

Kisaran nilai korelasi: -1 < r < +1

Korelasi erat jika : r > 0.7 dan r < - 0.6, dan Korelasi tidak erat jika: -0.6 < r < 0.7

Semakin tinggi nilai korelasi maka hubungan antara kedua koefisien semakin erat.

3.4.4 Penentuan daerah penangkapan ikan yang potensial

Penentuan DPI potensial didasarkan pada jumlah dan ukuran ikan yang tertangkap beserta besarnya konsentrasi klorofil-a pada daerah penangkapan. Langkah-langkah penentuan DPI yang potensial adalah:

1) Mengklasifikasikan hasil tangkapan ikan bawal putih berdasarkan jumlah (kg) pada setiap posisi penangkapan. Klasifikasi berdasarkan jumlah pada setiap posisi penangkapan dibagi menjadi dua yaitu sedikit apabila hasil tangkapan setiap kali setting kurang dari 9 kg/unit/trip, dan banyak apabila hasil tangkapan lebih dari atau sama dengan 9 kg/unit. Dasar penentuan 9 kg/unit/trip ini dapat dilihat pada Lampiran 4. Apabila jumlah tangkapan termasuk kategori banyak diberi bobot (skor) 3 dan yang kategori sedikit diberi bobot 1;

2) Mengklasifikasikan hasil tangkapan ikan bawal putih berdasarkan ukuran panjang (cm) pada setiap posisi penangkapan. Klasifikasi berdasarkan ukuran ikan bawal putih dibagi menjadi dua yaitu kecil apabila ukuran bawal putih kurang dari 20 cm, dan besar apabila ukuran bawal putih sama atau lebih dari 20 cm (www.wikipedia.org). Apabila tangkapan didominasi oleh ikan ukuran kecil diberi bobot 1 dan jika didominasi oleh ikan ukuran besar diberi bobot 3;

3) Mengklasifikasikan penyebaran konsentrasi klorofil-a pada setiap posisi penangkapan. Klorofil-a di permukaan perairan dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu rendah bila kandungan klorofil-a kurang dari 0,2 mg/m3, dan tinggi bila konsentrasi klorofil-a yang lebih besar dari 0,2 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a yang lebih besar dari 0,2 mg/m3 telah menunjukkan kehadiran fitoplankton yang memadai untuk menopang atau mempertahankan kelangsungan hidup perkembangbiakan perikanan (Gower, 1972 vide Gaol, 2003). Bila kandungan klorofil-a masuk kategori rendah diberi bobot 1 dan jika kategori tinggi diberi bobot 3;

4) Melakukan analisis visual terhadap penyebaran klorofil-a, pada daerah penangkapan, dimana jumlah hasil tangkapan yang banyak atau sedikit; dan

5) Melakukan analisis visual terhadap penyebaran klorofil-a, pada daerah penangkapan, dimana ukuran hasil tangkapan didominasi oleh ikan berukuran besar (layak tangkap) atau kecil (tidak layak tangkap).

DPI potensial adalah daerah yang memiliki bobot paling tinggi berdasarkan ketiga indikator yaitu jumlah tangkapan, ukuran panjang, dan kandungan klorofil-a. Sedangkan DPI kurang potensial adalah yang bobot penilaian ketiga indikator tersebut paling kecil.

4. HASIL PENELITIAN

4.1 Sebaran Konsentrasi Klorofil-a

Konsentrasi klorofil-a di perairan Pangandaran dalam kurun waktu Oktober - November 2008 cukup bervariasi, yang berkisar 0,382 – 4,000 mg/m3 (Tabel 5). Kandungan klorofil-a tertinggi ditemukan pada tanggal 14 Oktober dengan nilai 4,000 mg/m3 dan terendah pada tanggal 12 November dengan nilai 0,382 mg/m3. Ada banyak data citra satelit yang tidak ditampilkan karena terhalang oleh awan, sehingga citra satelit yang hanya bisa terlihat adalah tanggal 9, 14, 18, 30 Oktober 2008 dan 12, 17, 18 November 2008 (Lampiran 5).

Kandungan klorofil-a pada bulan Oktober 2008 relatif lebih tinggi dibandingkan bulan November 2008. Pada bulan Oktober 2008 kandungan klorofil-a berkisar 0,770 – 4,000 mg/m3, dengan rata-rata 2,633 mg/m3. Sedangkan pada bulan November 2008 berkisar 0,313 – 3,534 mg/m3 dengan rata-rata 0,843 mg/m3.

Citra kandungan klorofil-a selama penelitian kurang jelas karena perairan yang berawan (musim hujan). Pada bulan Oktober 2008 terdapat tiga citra dan bulan November 2008 terdapat empat citra yang disajikan pada Lampiran 5. Pada lampiran tersebut terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a secara spasial (ruang) walaupun hanya pada cakupan wilayah yang terbatas (sempit). Secara umum terlihat bahwa kandungan klorofil-a cenderung semakin tinggi ke arah pantai.

Sebaran konsentrasi klorofil-a menurut ruang (spasial) dapat diketahui dengan melakukan analisis visual terhadap peta (citra). Perbedaan konsentrasi klorofil-a ditunjukkan oleh perbedaan warna. Adapun sebaran spasial dan temporal kandungan klorofil-a pada enam citra tersebut disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 didapati bahwa konsentrasi klorofil-a pada daerah dekat pantai jauh lebih tinggi daripada daerah yang jauh dari pantai.

Tabel 5 Konsentrasi klorofil-a harian di perairan Pangandaran (Oktober- November 2008)

Tanggal DPI Posisi Penangkapan Klorofil

(mg/m3) Lintang Bujur

09-Okt-08 Pantai Barat -7º48’22” 108º 34’28” 0,954 09-Okt-08 Pantai Barat -7º48’22” 108º 34’51” 0,936 09-Okt-08 Tayun Dengkeng -7º48’29” 108º 36’7” 0,865 09-Okt-08 Tayun Dengkeng -7º48’29” 108º 37’29” 0,792 09-Okt-08 Tayun Dengkeng -7º48’37” 108º 36’51” 0,819 09-Okt-08 Tayun Dengkeng -7º48’29” 108º 37’59” 0,77 14-Okt-08 Pantai Barat -7º46’16” 108º 33’58” 4 14-Okt-08 Solok Bokong -7º46’16” 108º 42’7” 4 14-Okt-08 Tembang Badeto -7º47’9” 108º 39’11” 4 14-Okt-08 Solok Bokong -7º46’16” 108º 42’7” 4

14-Okt-08 Lawang -7º46’34” 108º 47’44” 4

14-Okt-08 Tayun Dengkeng -7º48’55” 108º 40’4” 4

14-Okt-08 Lawang -7º46’34” 108º 47’26” 4

14-Okt-08 Tembang Badeto -7º47’9” 108º 39’11” 4 14-Okt-08 Solok Bokong -7º46’16” 108º 42’7” 4 18-Okt-08 Cilacap -7º54’25” 108º 52’12” 0,988 12-Nop-08 Batu Payung -7º52’34” 108º 24’47” 0,423 12-Nop-08 Batu Payung -7º52’34” 108º 27’40” 0,382 17-Nop-08 Tembang Badeto -7º46’ 108º 41’ 3,543 17-Nop-08 Batu Payung -7º48’ 108º 32’ 0,463 17-Nop-08 Pantai Barat -7º48’ 108º 34’ 0,617 17-Nop-08 Tayung Dengkeng -7º48’ 108º 41’ 2,715 17-Nop-08 Batu Payung -7º50’ 108º 25’23” 0,4 17-Nop-08 Batu Payung -7º50’ 108º 27’ 0,395 17-Nop-08 Batu Payung -7º50’ 108º 30’ 0,313 17-Nop-08 Batu Payung -7º50’ 108º 32’ 0,376 17-Nop-08 Pantai Barat -7º50’ 108º 34’ 0,453 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 10’10” 0,644 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 45’18” 0,7 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 47’68” 0,769 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 48’56” 0,846 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 42’ 0,635 18-Nop-08 Jalur 3 Pelayaran -7º54’25” 108º 43’50” 0,657 Sumber : Hasil pengamatan

Tabel 6 Sebaran spasial kandungan klorofil-a di perairan Pangandaran (Oktober- November 2008)

No Akuisisi citra Sebaran spasial kandungan klorofil-a

1 9 Oktober 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di dekat pantai Pangandaran.

2 14 Oktober 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di dekat pantai Pangandaran dan sebelah barat dekat obyek wisata Keusikluhur yang kaya terumbu karang.

3 18 Oktober 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada perairan sebelah timur dan barat. Stasiun penangkapan yang terlihat hanya satu, karena kapal penangkapan yang digunakan nelayan Pangandaran hanya bisa beroperasi di sekitar pantai.

4 12 November 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada perairan dekat pantai dan di pantai sebelah timur Pangandaran.

5 17 November 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di dekat pantai Pangandaran.

6 18 November 2008 Konsentrasi klorofil-a lebih tinggi pada perairan dekat pantai sebelah timur Pangandaran. Lokasi stasiun penangkapan ikan terpusat di daerah dengan citra klorofil-a yang tinggi.

Sumber : Hasil pengamatan

Nilai konsentrasi klorofil-a (rata-rata, kisaran, dan nilai dominan) menurut musim dapat dilihat dalam Lampiran 6, sedangkan nilai rata-ratanya disajikan pada Gambar 8. Konsentrasi klorofil-a pada musim barat (Desember-Februari) umumnya rendah. Konsentrasi klorofil-a pada bulan Februari umumnya lebih tinggi dibanding dengan bulan Januari. Konsentrasi klorofil-a pada musim peralihan barat – timur (Maret – Mei) relatif meningkat (tinggi) dibandingkan dengan musim barat. Pada musim timur (Juni – Agustus) konsentrasi klorofil-a lebih tinggi dibandingkan dengan musim sebelumnya (peralihan barat-timur). Selanjutnya, pada musim peralihan timur – barat (September – November) konsentrasi klorofil-a juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan musim sebelumnya (musim timur).

Kandungan klorofil-a di perairan Pangandaran mengalami peningkatan secara signifikan (nyata) mulai musim timur hingga mencapai puncak tertinggi pada musim peralihan timur-barat (Gambar 8). Di lain pihak, penurunan yang signifikan terjadi mulai musim barat hingga musim peralihan barat-timur.

Gambar 8 Fluktuasi rata-rata konsentrasi klorofil-a di Pantai Pangandaran menurut musim tahun 2006-2008.

4.2 Hasil Tangkapan Ikan Bawal Putih

Hasil tangkapan ikan bawal putih (Pampus argenteus) di perairan Pangandaran periode bulanan dari Januari 2006 sampai September 2008 dapat dilihat dalam Lampiran 7 dan Gambar 9. Berdasarkan Lampiran 7 terlihat bahwa hasil tangkapan terbanyak terdapat pada musim barat, tepatnya pada bulan Januari 2007 yaitu 22.985 kg, dan hasil tangkapan terendah pada musim peralihan barat-timur (Maret 2006), yaitu 80 kg. Pada Gambar 9 terlihat bahwa musim penangkapan sudah mulai pada bulan Juni 2006 dan mengalami puncaknya pada bulan Januari 2007. Namun sejak bulan Juni 2006 hingga Januari 2007, terjadi fluktuasi. Musim penangkapan berikutnya sudah mulai dari bulan Agustus 2007 hingga mencapai puncak pada bulan November 2008, bahkan musim penangkapan ini masih berlanjut hingga pada bulan Januari 2008. Pada gambar juga terlihat bahwa jumlah tangkapan pada tahun 2007 lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2006 dan 2008.

Gambar 9 Rata-rata tangkapan bulanan ikan bawal (Pampus argenteus), tahun 2006-2008.

Hasil tangkapan bulanan rata-rata tertinggi pada musim barat yaitu 5.944 kg/bulan, tertinggi kedua pada musim peralihan timur-barat yaitu 5.067 kg/bulan, dan yang terendah pada musim peralihan barat-timur yaitu 1.137 kg/bulan. Hal ini terlihat dalam Gambar 10.

Gambar 10 Rata-rata hasil tangkapan musiman ikan bawal (Pampus argenteus), tahun 2006-2008.

4.3 Hubungan Antara Hasil Tangkapan Bawal Putih dengan Konsentrasi