• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Subjek

2. Analisis Data Dalam Kondisi

a. Analisis data hasil pencatatan kejadian 1) Panjang kondisi

Panjang kondisi memperlihatkan banyaknya sesi pada setiap fase. Pada penelitian ini panjang kondisi dalam fase baseline (A1) adalah 3 sesi, dalam fase intervensi (B) adalah 3 sesi, dan dalam fase baseline (A2) adalah 3 sesi. Berdasarkan hal tersebut, maka panjang kondisi dalam penelitian ini adalah A1: B: A2 = 3: 3: 3.

33 37 37 1 3 5 16 12 14 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dura si P er ila k u S e lf I n ju ry Sesi

83 2) Kecenderungan arah

Gambar 4. Grafik Hasil Pencatatan Kejadian

Kecenderungan arah fase baseline (A1)

Pada fase baseline (A1), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 2. Karena panjang kondisi pada baseline (A1) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 1, 2, dan 3. Selanjutnya dalam baseline (A1) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 1-2, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 2-3. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis 1,5 dan garis 2b berada di titik axis 2,5. Garis 3 pada baseline (A1) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 1-2) dan garis 2b (sesi 2-3).

Median pada garis 2a (sesi 1-2) ialah sebagai berikut. 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 F re k uens i P er ila k u S e lf I n ju ry Sesi

Grafik Pencatatan Kejadian

Baseline (A1) Baseline (A2)

Intervensi (B) 2a 2b 3 1 2a 2a 2b 2b 1 1 3 3

84 Me = (Sugiyono, 2010: 48-49) Me = = 15,5

Maka titik median pada garis 2a (sesi 1-2) adalah x:y (1,5 : 15,5). Median pada garis 2b (sesi 2-3) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 16

Maka titik median pada garis 2b (sesi 2-3) adalah x:y (2,5 : 16). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (1,5 : 15,5) dan titik x:y (2,5 : 16). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menaik.

Kecenderungan arah fase intervensi (B)

Pada fase intervensi (B), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 5. Karena panjang kondisi pada intervensi (B) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 4, 5, dan 6. Selanjutnya dalam intervensi (B) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 4-5, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 5-6. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis 4,5 dan garis 2b berada di titik axis 5,5. Garis 3 pada baseline (A1) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis

85

tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 4-5) dan garis 2b (sesi 5-6).

Median pada garis 2a (sesi 4-5) ialah sebagai berikut. Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 2

Maka titik median pada garis 2a (sesi 4-5) adalah x:y (4,5 : 2). Median pada garis 2b (sesi 5-6) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 4

Maka titik median pada garis 2b (sesi 5-6) adalah x:y (5,5 : 4). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (4,5 : 2) dan titik x:y (5,5 : 4). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menaik.

Kecenderungan arah fase baseline (A2)

Pada fase baseline (A2), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 8. Karena panjang kondisi pada baseline (A2) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 7, 8, dan 9. Selanjutnya dalam baseline (A2) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 7-8, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 8-9. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis

86

7,5 dan garis 2b berada di titik axis 8,5. Garis 3 pada baseline (A2) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 7-8) dan garis 2b (sesi 8-9).

Median pada garis 2a (sesi 7-8) ialah sebagai berikut. Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 8,5

Maka titik median pada garis 2a (sesi 7-8) adalah x:y (7,5 : 8,5). Median pada garis 2b (sesi 8-9) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 8

Maka titik median pada garis 2b (sesi 8-9) adalah x:y (8,5 : 8). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (7,5 : 8,5) dan titik x:y (8,5 : 8). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menurun.

3) Kecenderungan stabilitas

Kecenderungan stabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria stabilitas 15%. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas, diperlukan data hasil perhitungan dari rentang stabilitas, mean, batas

87

atas, batas bawah, serta data poin, kemudian setelah itu dapat dihitung presentase kecenderungan stabilitasnya.

Rumus rentang stabilitas yang digunakan sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus mean yang digunakan ialah sebagai berikut (Purwanto, 2009: 201).

Rumus batas atas yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus batas bawah yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus presentase kecenderungan stabilitas yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 80).

Kecenderungan stabilitas baseline (A1)

Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas Presentase stabilitas =

x 100 %

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas ) Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

Mean =

88 = 16 x 0,15 = 2,4 Mean = = = 15,66

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 15,66 + ( x 2,4 ) = 15,66 + 1,2 = 16,86

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

= 15,66 - ( x 2,4 ) = 15,66 – 1,2 = 14,46

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 14,46 dengan batas atas 16,86, sedangkan data pada baseline (A1) ialah 15, 16, dan 16. Banyaknya data poin pada baseline (A1) ialah 3 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 3:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A1) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

89

Presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A1) disimpulkan termasuk dalam kategori stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 % - 90 %.

Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas

= 5 x 0,15 = 0,75 Mean = = = 3

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 3 + ( x 0,75 ) = 3 + 0,375 = 3,375

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

= 3 - ( x 0,75 ) = 3 – 0,375 = 2,625

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 2,625 dengan batas atas 3,375, sedangkan data pada intervensi (B) ialah 1, 3, dan 5. Banyaknya data poin pada intervensi

90

(B) ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi (B) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

= 30 %

Presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi (B) disimpulkan termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85% - 90 %.

Kecenderungan stabilitas baseline (A2)

Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 10 x 0,15 = 1,5 Mean = = = 8,66

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 8,66 + ( x 1,5 ) = 8,66 + 0,75 = 9,41

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

91 = 8,66 – 0,75 = 7,91

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 7,91 dengan batas atas 9,41, sedangkan data pada baseline (A2) ialah 10, 7, dan 9. Banyaknya data poin pada baseline (A2) ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A2) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

= 30 %

Presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A2) disimpulkan termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 % - 90 %.

4) Kecenderungan jejak data

Menentukan kecenderungan data dapat dilihat dari kecenderungan arah. Kecenderungan data yang dihasilkan ialah menaik untuk baseline (A1), menaik untuk intervensi (B), dan menurun untuk baseline (A2).

5) Level stabilitas dan rentang

Level stabilitas dan rentang didasarkan pada hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Level stabilitas pada baseline (A1) memperlihatkan kestabilan dengan rentang data antara 15-16. Level

92

stabilitas pada intervensi (B) memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 1-5. Terakhir, level stabilitas pada baseline (A2) memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 7-10.

6) Level perubahan

Level perubahan diperoleh dari selisih yang ada antara data pertama dengan data terakhir pada setiap fase. Level perubahan pada fase baseline (A1) ialah data awal (15) dikurangi data akhir (16) dengan hasil 1. Level perubahan pada fase intervensi (B) ialah data awal (1) dikurangi data akhir (5) dengan hasil 4. Level perubahan pada fase baseline (A2) ialah data awal (10) dikurangi data akhir (9) dengan hasil 1. Hasil perhitungan tersebut dituliskan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 10. Tabel Level Perubahan Hasil Pencatatan Kejadian

Kondisi A1 B A2 Level perubahan 15-16 (-) 1-5 (-) 10-9 (+)

Berdasarkan pada tabel tersebut, kesimpulan yang dapat diambil ialah pada fase baseline (A1) dan fase intervensi (B) keadaan siswa memburuk, tetapi pada fase baseline (A2) telah memperlihatkan jika keadaan siswa membaik.

93

Tabel 11. Tabel Analisis Data Pencatatan Kejadian

No Kondisi A1 B A2

1 Panjang kondisi 3 3 3

2 Kecenderungan arah (-) (-) (+)

3 Kecenderungan stabilitas Stabil 100 % Variabel 30 % Variabel 30% 4 Jejak data (-) (-) (+)

5 Level stabilitas dan rentang Stabil 15-16 Variabel 1-5 Variabel 7-10 6 Perubahan level 15-16 (-) 1-5 (-) 10-9 (+)

b. Analisis data hasil pencatatan durasi 1) Panjang kondisi

Panjang kondisi memperlihatkan banyaknya sesi pada setiap fase. Pada penelitian ini panjang kondisi dalam fase baseline (A1) adalah 3 sesi, dalam fase intervensi (B) adalah 3 sesi, dan dalam fase baseline (A2) adalah 3 sesi. Berdasarkan hal tersebut, maka panjang kondisi dalam penelitian ini adalah A1: B: A2 = 3: 3: 3.

94 2) Kecenderungan arah

Gambar 5. Grafik Hasil Pencatatan Durasi

Kecenderungan arah fase baseline (A1)

Pada fase baseline (A1), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 2. Karena panjang kondisi pada baseline (A1) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 1, 2, dan 3. Selanjutnya dalam baseline (A1) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 1-2, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 2-3. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis 1,5 dan garis 2b berada di titik axis 2,5. Garis 3 pada baseline (A1) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 1-2) dan garis 2b (sesi 2-3).

Median pada garis 2a (sesi 1-2) ialah sebagai berikut. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Dura si P er ila k u S e lf I n ju ry Sesi

Grafik Pencatatan Durasi

2a 2b 3 1 2a 2b 3 1 2a 2b 3 1

95 Me = (Sugiyono, 2010: 48-49) Me = = 35

Maka titik median pada garis 2a (sesi 1-2) adalah x:y (1,5 : 35). Median pada garis 2b (sesi 2-3) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 37

Maka titik median pada garis 2b (sesi 2-3) adalah x:y (2,5 : 37). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (1,5 : 35) dan titik x:y (2,5 : 37). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menaik.

Kecenderungan arah fase intervensi (B)

Pada fase intervensi (B), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 5. Karena panjang kondisi pada intervensi (B) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 4, 5, dan 6. Selanjutnya dalam intervensi (B) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 4-5, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 5-6. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis 4,5 dan garis 2b berada di titik axis 5,5. Garis 3 pada baseline (A1) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis

96

tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 4-5) dan garis 2b (sesi 5-6).

Median pada garis 2a (sesi 4-5) ialah sebagai berikut. Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 2

Maka titik median pada garis 2a (sesi 4-5) adalah x:y (4,5 : 2). Median pada garis 2b (sesi 5-6) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 4

Maka titik median pada garis 2b (sesi 5-6) adalah x:y (5,5 : 4). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (4,5 : 2) dan titik x:y (5,5 : 4). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menaik.

Kecenderungan arah fase baseline (A2)

Pada fase baseline (A2), garis 1 merupakan garis tengah antara tiga sesi yang ada, maka garis 1 terletak pada titik axis 8. Karena panjang kondisi pada baseline (A2) adalah ganjil yang terdiri dari titik axis 7, 8, dan 9. Selanjutnya dalam baseline (A2) terdapat garis 2a yang terletak antara titik axis 7-8, sedangkan garis 2b terletak antara titik axis 8-9. Berdasarkan hal tersebut, maka garis 2a berada di titik axis

97

7,5 dan garis 2b berada di titik axis 8,5. Garis 3 pada baseline (A2) merupakan garis yang memperlihatkan kecenderungan arah, garis tersebut dapat diperoleh dari titik median antara garis 2a (sesi 7-8) dan garis 2b (sesi 8-9).

Median pada garis 2a (sesi 7-8) ialah sebagai berikut. Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 14

Maka titik median pada garis 2a (sesi 7-8) adalah x:y (7,5 : 14). Median pada garis 2b (sesi 8-9) ialah sebagai berikut.

Me =

(Sugiyono, 2010: 48-49)

Me = = 13

Maka titik median pada garis 2b (sesi 8-9) adalah x:y (8,5 : 13). Berdasarkan kedua perhitungan tersebut, maka garis 3 terletak pada titik x:y (7,5 : 14) dan titik x:y (8,5 : 13). Garis tersebut menunjukan kecenderungan arah yang menurun.

3) Kecenderungan stabilitas

Kecenderungan stabilitas ditentukan dengan menggunakan kriteria stabilitas 15%. Untuk menentukan kecenderungan stabilitas, diperlukan data hasil perhitungan dari rentang stabilitas, mean, batas

98

atas, batas bawah, serta data poin, kemudian setelah itu dapat dihitung presentase kecenderungan stabilitasnya.

Rumus rentang stabilitas yang digunakan sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus mean yang digunakan ialah sebagai berikut (Purwanto, 2009: 201).

Rumus batas atas yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus batas bawah yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 79).

Rumus presentase kecenderungan stabilitas yang digunakan ialah sebagai berikut (Sunanto, Takeuchi, dan Nakata , 2006: 80).

Kecenderungan stabilitas baseline (A1)

Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas Presentase stabilitas =

x 100 %

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas ) Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

Mean =

99 = 37 x 0,15 = 5,55 Mean = = = 35,66

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 35,66 + ( x 5,5 ) = 35,66 + 2,75 = 38,41

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

= 35,66 - ( x 5,5 ) = 35,66 – 2,75 = 32,91

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 32,91 dengan batas atas 38,41, sedangkan data pada baseline (A1) ialah 33, 37, dan 37. Banyaknya data poin pada baseline (A1) ialah 3 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 3:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A1) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

100

Presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A1) disimpulkan termasuk dalam kategori stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 % - 90 %.

Kecenderungan stabilitas fase intervensi (B) Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas

= 5 x 0,15 = 0,75 Mean = = = 3

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 3 + ( x 0,75 ) = 3 + 0,375 = 3,375

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

= 3 - ( x 0,75 ) = 3 – 0,375 = 2,625

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 2,625 dengan batas atas 3,375, sedangkan data pada intervensi (B) ialah 1, 3, dan 5. Banyaknya data poin pada intervensi

101

(B) ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi (B) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

= 30 %

Presentase kecenderungan stabilitas pada intervensi (B) disimpulkan termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85% - 90 %.

Kecenderungan stabilitas baseline (A2)

Rentang stabilitas = skor tertinggi x kriteria stabilitas = 16 x 0,15 = 2,4 Mean = = = 14

Batas atas = mean level + ( rentang stabilitas )

= 14 + ( x 2,4 ) = 14 + 1,2 = 15,2

Batas bawah = mean level - ( rentang stabilitas )

102 = 14 – 1,2 = 12,8

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh data batas bawah 12,8 dengan batas atas 15,2, sedangkan data pada baseline (A2) ialah 12, 14, dan 16. Banyaknya data poin pada baseline (A2) ialah 1 data, sehingga perbandingan antara banyaknya data pada rentang dengan data keseluruhan ialah 1:3. Hasil presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A2) ialah sebagai berikut. Presentase kecenderungan stabilitas = x 100 %

= 30 %

Presentase kecenderungan stabilitas pada baseline (A2) disimpulkan termasuk dalam kategori tidak stabil, karena presentase kecenderungan stabilitas dapat dikatakan stabil jika presentasenya berada di atas 85 % - 90 %.

4) Kecenderungan jejak data

Menentukan kecenderungan data dapat dilihat dari kecenderungan arah. Kecenderungan data yang dihasilkan ialah menaik untuk baseline (A1), menaik untuk intervensi (B), dan menurun untuk baseline (A2).

5) Level stabilitas dan rentang

Level stabilitas dan rentang didasarkan pada hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Level stabilitas pada baseline (A1) memperlihatkan kestabilan dengan rentang data antara 33-37. Level

103

stabilitas pada intervensi (B) memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 1-5. Terakhir, level stabilitas pada baseline (A2) memperlihatkan adanya ketidakstabilan dengan rentang data antara 12-16.

6) Level perubahan

Level perubahan diperoleh dari selisih yang ada antara data pertama dengan data terakhir pada setiap fase. Level perubahan pada fase baseline (A1) ialah data awal (33) dikurangi data akhir (37) dengan hasil 4. Level perubahan pada fase intervensi (B) ialah data awal (1) dikurangi data akhir (5) dengan hasil 4. Level perubahan pada fase baseline (A2) ialah data awal (16) dikurangi data akhir (14) dengan hasil 2. Hasil perhitungan tersebut dituliskan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 12. Tabel Level Perubahan Hasil Pencatatan Durasi

Kondisi A1 B A2 Level perubahan 33-37 (-) 1-5 (-) 16-14 (+)

Berdasarkan pada tabel tersebut, kesimpulan yang dapat diambil ialah pada fase baseline (A1) dan fase intervensi (B) keadaan siswa memburuk, tetapi pada fase baseline (A2) telah memperlihatkan jika keadaan siswa membaik.

104

Tabel 13. Tabel Analisis Data Pencatatan Durasi

No Kondisi A1 B A2 1 Panjang kondisi 3 3 3 2 Kecenderungan arah (-) (-) (+) 3 Kecenderungan stabilitas Stabil 100 % Variabel

Dokumen terkait