• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data dan Pembahasan

Dalam dokumen ANIES KORNEAWATI F3408091 (Halaman 45-53)

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data dan Pembahasan

1. Perkembangan Objek Pajak Buni di Kabupaten Klaten

Wilayah kerja KPP Pratama Klaten meliputi desa dan kecamatan di Kabupaten Klaten yang terdiri dari 26 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 401 desa dan SPPT PBB Tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek Pajak dengan jumlah pokok ketetapan sebesar Rp18.561.023.085,-.

Banyak bencana yang menimpa Kabupaten Klaten, seperti gempa, letusan gunung berapi dan juga hama wereng yang menyebabkan objek pajak bumi dan bangunan mengalani kerusakan. Tahun ini hama wereng yang banyak menyerang objek pajak sawah di Kabupaten Klaten. Jenis hama yang menyerang tanaman padi petani adalah hama wereng batang coklat. Hama wereng di Kabupaten Klaten menyerang lahan seluas 1980 hektar sehingga menyebabkan petani gagal panen.

Tabel 2.1

Rekapitulasi Ketetapan PBB Sektor Pedesaan dan Perkotaan Kabupaten Klaten

Keterangan 2009 2010 2011

Jumlah Objek Pajak 543.473 543.473 543.473

Jumlah SPPT 519.620 530.079 532.227

Luas Bumi 570.142.019 578.179.650 578.762.174

commit to user xxxv Lanjutan Luas Bangunan 13.790.111 14.204.452 14.451.149 NJOP Bangunan 3.948.707.895 4.544.702.529 4.726.112.198 Ketetapan PBB 16.670.013.374 17.711.446.992 18.561.023.085

Sumber : KPP Pratama Klaten

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perkembangan objek PBB dari tahun 2008 sampai tahun 2010. SPPT PBB pada tahun 2011 yaitu sebanyak 532.227 meningkat sebanyak 2.148 dari tahun sebelumya. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi dan Bangunan juga mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bumi meningkat sebesar 1,47% sedangkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Bangunan meningkat sebesar 3,99%. Peningkatan tersebut terjadi karena bertambahnya luas bumi dan luas bangunan objek PBB.

Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan merupakan penerimaan negara dan disetor sepenuhnya ke rekening kas negara. Sebesar 10% (sepuluh persen) dari hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut merupakan bagian dari penerimaan untuk Pemerintah Pusat. Sedangkan 90% (sembilan puluh persen) merupakan bagian penerimaan untuk Daerah yang dibagi dengan rincian sebagai berikut: a) 16,2 (enam belas koma dua persen) untuk Daerah Propinsi yang

commit to user

xxxvi

b) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk Derah Kabupaten/ Kota yang bersangkutan.

c) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan yang dibagikan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan Daerah.

2. Pelaksanaan penagihan tunggakan pajak bumi dan bangunan di Kantor Pajak Pratama Klaten.

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) PBB Tahun 2011 Kabupaten Klaten telah diserahkan secara kolektif melalui Dinas Pendapatan Pengelola Keuangnan dan Asset Daerah Kabupaten Klaten pada bulan April. Tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 6 (enam) bulan setelah diterimanya SPPT yaitu tanggal 30 September. Pada saat penyampaian SPPT, KPP Pratama Klaten mengadakan kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara langsung dari para Camat ataupun Kepala Desa tentang permasalahan yang dihadapi agar bisa dicari solusi masalah tersebut bersama-sama. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian SPPT PBB segera dikirimkan ke Kantor Pelayanan Pajak dan untuk Ketetapan diatas Rp1.000.000,- disebalik tanda terima ditulis nomor telepon Wajib Pajak.

Untuk korban bencana yang objek pajaknya mengalami kerusakan atau bagi petani yang mengalami gagal panen karena bencana ataupun hama bisa mengajukan pengurangan atau pembebasan dengan

commit to user

xxxvii

melaporkan keadaan objek pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Prosedur penagihan Pajak Bumi dan Bangunan sama dengan pelaksanaan pajak lainnya. Setelah tujuh hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Juru sita memberikan himbauan berupa penerbitan Surat Teguran kepada Wajib Pajak. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang, Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak merupakan dasar penagihan pajak (UU PBB Nomor 12 Tahun 1984 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994).

Tabel 2.2

Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010 Pedesaan 5.865.949.366 5.222.141.380 Perkotaan 5.511.940.993 5.457.694.428 Perkebunan 268.222.190 Perhutanan 42.123.868 43.596.768 Migas 18.076.885.328 22.202.062.608 Non Migas - PBB (APBN) 29.765.121.745 32.925.495.184 Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber: KPP Pratama Klaten

Tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar Rp186.035.495,- atau 16,74% dari tahun 2009. Perincian tunggakan pada tahun 2009 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

commit to user

xxxviii Tabel 2.3

Rincian Penerimaan PBB dan Tunggakan di KPP Klaten

Keterangan 2009 2010 Pedesaan Pokok ketetapan 5.865.949.366 5.222.141.380 Tunggakan 843.409.798 613.032.382 Perkotaan Pokok ketetapan 5.522.940.993 5.457.694.428 Tunggakan 267.822.647 312.164.568 Perkebunan Pokok ketetapan 268.222.190 0 Tunggakan 0 0 Perhutanan Pokok ketetapan 42.123.686 43.596.768 Tunggakan 0 0 Pertambangan Pokok ketetapan 18.076.885.328 22.202.062.608 Tunggakan 0 PBB Pokok Ketetapan 29.765.121.745 32.925.495.184 Tunggakan 1.111.232.445 925.196.950

Sumber : KPP Pratama Klaten

Pada dasarnya nilai tunggakan PBB dari tahun 2009 sampai tahun 2010 mengalami penurunan, tetapi untuk tunggakan PBB sektor Pedesaan dan Perkotaan meningkat. Hal ini disebabkan karena bebarapa faktor yang terjadi pada sistem pemungutan pajak yang kurang efektif. Mulai dari penyampaian SPPT, yaitu sulit ditemukannya subjek pajak dikarenakan berada diluar kota atau terjadinya mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Kemudian pada saat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada petugas pemungut atau BKK yang tidak/ belum disetorkan sampai tanggal jatuh tempo, sehingga terjadi tunggakan pajak.

commit to user

xxxix

3. Cara untuk meminimalisasi tunggakan pajak di Kantor Pajak Pratama Klaten.

Dalam proses pemungutan pajak, banyak kendala yang terjadi sehingga menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. STTS (Surat Tanda Terima Setoran) diserahkan dari Kantor Pelayanan Pajak ke kecamatan-kecamatan, kemudian dari kecamatan ke desa-desa, baru dari desa diserahkan kepada Wajib Pajak. Dalam proses penyerahan SPPT, masalah yang sering terjadi yaitu tidak disampaikannya SPPT kepada Wajib Pajak atau penyerahan SPPT jauh dari waktu diterimanya SPPT ke desa. Hal itu terjadi karena terlalu banyaknya SPPT dan juga perubahan atau mutasi tanah yang tidak dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) sehingga petugas pemungut tidak bisa menemukan Subjek Pajak yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut atau subjek pajak berdomisili diluar kota sehingga petugas tidak bisa menyampaikan SPPT.

Dalam proses pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) juga terdapat kendala yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Wajib Pajak mendapatkan STTS dari petugas pemungut kemudian menyerahkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan kepada petugas pemungut tersebut. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan juga bisa dibayarkan lewat BKK. Apabila petugas pemungut tidak menyetorkan uang pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan sampai tanggal jatuh tempo, maka akan terjadi tunggakan pajak meskipun Wajib Pajak sebenarnya telah membayar pajak.

commit to user

xl

Untuk meminimalisasi terjadinya tunggakan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, bisa dilakukan pencocokan data penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ke tempat-tempat pembayaran. Dalam penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah agar petugas segera menyampaikan SPPT dengan meneliti dahulu dan apabila terdapat kesalahan/ kekeliruan segera melaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama dengan disertai alasan dan data pendukung agar segera diproses pembetulan SPPT dan bisa diserahkan kepada wajib pajak. Kantor Pelayanan Pajak Pratama juga menghimbau kepada petugas pemungut apabila SPPT tidak disampaikan kepada wajib pajak karena sebab-sebab tertentu, maka SPPT tersebut harus segera dikembalikan kepada KPP Pratama.

Wajib Pajak yang objek pajaknya mengalami kerusakan akibat bencana alam atau sawah yang mengalami gagal panen dihimbau agar menyampaikan keadaan objek pajaknya sehingga Kantor Pelayanan Pajak Pratama bisa memberikan pengurangan atau bebas pajak.

Untuk pembayaran yang lebih efektif, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan bisa dilakukan lewat ATM Bank terdekat yang ditunjuk.

commit to user

xli BAB III TEMUAN

A. Kelebihan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan terdapat beberapa kelebihan yang ditemukan antara lain:

1. Setiap melakukan penyampaian SPPT, Kantor Pelayanan Pajak Pratama memberikan penyuluhan kepada para Camat dan Kepala Desa dengan tujuan untuk mendapatkan informasi atau masukan secara langsung.

2. Untuk memudahkan monitoring penyampaian SPPT PBB, kopian SPPT PBB untuk ketetapan diatas Rp1000.000,- disebalik tanda terima ditulis nomor telepon Wajib Pajak.

B. Kelemahan

Dalam penelitian pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan juga terdapat beberapa kelemahan yang ditemukan, antara lain:

1. Jangka waktu terutang Pajak Bumi dan Bangunan yang lama membuat petugas pemungut yang bertugas memungut Pajak Bumi dan Bangunan menyalahgunakan uang pajak tersebut.

2. Penyampaian SPPT masih kurang tercapai maksimal meskipun sudah dilaksanakan penyuluhan sebelum diserahkannya SPPT karena kurangnya kesadaran petugas pemungut ataupun wajib pajak sendiri.

commit to user

xlii BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada Kabupaten Klaten terdapat 26 Kecamaten dan 401 Desa dan SPPT Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Klaten tahun 2011 sebanyak 543.473 Objek Pajak. Karena bencana yang terjadi di Kabupaten Klaten, seperti gempa dan juga erupsi, menimbulkan tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan karena objek pajak mengalami kerusakan. Untuk tahun 2011 di Kabupaten Klaten banyak petani mengalami gagal panen karena serangan hama wereng pada objek sawah sehingga mengakibatkan petani mengalami kerugian. Untuk Objek pajak yang rusak karena bencana ataupun sawah yang terserang hama wereng diberikan pengurangan atau bisa dibebaskan dari pajak. Jika Wajib Pajak segera melaporkan keadaan Objek Pajak yang mengalami kerusakan tersebut.

2. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Klaten sesuai dengan pasal 12 UU PBB. Dasar penagihan pajak berupa SPPT, SKP, dan STP. Atas SPPT atau SKP tersebut apabila akan ditindaklanjuti dengan tindakan penagihan

Dalam dokumen ANIES KORNEAWATI F3408091 (Halaman 45-53)

Dokumen terkait