• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data dan Pembahasan

Dalam dokumen Profesionalisme guru pasca sertifikasi. (Halaman 71-105)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data dan Pembahasan

Profesionalisme guru pasca sertifikasi diperoleh dari frequency table, dengan program olah data statistik SPSS versi 13.00 for Windows

terhadap masing-masing kegiatan yang menunjang profesionalisme guru. Kuesioner dalam penelitian yang disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan yang menunjang profesionalisme guru dalam portofolio adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan dan Pelatihan

a. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang relevan

Tabel 4.9

Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Relevan

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 6 7,3 8 9,8 14 17,1 1 13 15,9 6 7,3 19 23,2 2 8 9,8 11 13,4 19 23,2 3 7 8,5 2 2,4 9 11 4 3 3,7 7 8,5 10 12,2 5 5 6,1 0 0 5 6,1 >5 5 6,1 1 1,2 6 7,3 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 68 guru atau 82,9% telah mengikuti diklat yang relevan, berarti ada kemauan guru untuk menambah wawasan pengetahuan walaupun hanya satu kali. Sebanyak 14 guru atau 17,1% belum pernah mengikuti diklat yang relevan yang terdiri dari 6 guru laki-laki atau 7,3% dan 8 guru perempuan atau 9,8%. Relevan apabila materi diklat secara langsung meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi professional.

Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan dan adanya kesibukan tugas mengajar. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti program diklat yang relevan guna meningkatkan kompetensi pendagogik dan kompetensi profesional.

b. Mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan

Tabel 4.10

Keikutsertaan Dalam Pendidikan dan Pelatihan yang Tidak Relevan Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 15 18,3 21 25,6 36 43,9 1 10 12,2 3 3,7 13 15,9 2 8 9,8 4 4,9 12 14,6 3 2 2,4 4 4,9 6 7,3 4 3 3,7 1 1,2 4 4,9 5 6 7,3 2 2,4 8 9,8 >5 3 3,7 0 0 3 3,7 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebanyak 46 guru atau 56,1% yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39% dan 14 guru perempuan atau 17,1% pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 36 guru atau 43,9% belum pernah mengikuti diklat yang tidak relevan yang terdiri dari 15 guru laki-laki atau 18,3% dan 21 guru perempuan atau 25,6%. Tidak relevan apabila materi diklat tidak mendukung kinerja profesi guru. Hal ini menunjukkan bahwa guru yang belum pernah mengikuti diklat kemungkinan disebabkan oleh belum adanya kesempatan, kesibukan

tugas mengajar dan guru lebih tertarik untuk mengikuti diklat yang relevan.. Bagi guru yang belum pernah mengikuti diklat yang tidak relevan, diharapkan pada periode mendatang mengikuti program diklat yang tidak relevan walaupun tidak menunjang kompetensi dalam bidang keguruan tetapi dapat menambah pengalaman.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 4.11

Pendidikan dan Pelatihan

No Keterangan Belum Pernah

a. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang relevan

17,1% 82,9%

b. Keikutsertaan dalam pendidikan dan pelatihan yang tidak relevan

43,9% 56,1%

Jumlah 61% 139%

Rata-rata 30,5% 69,5%

2. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran a. Membuat RPP Tabel 4.12 Pembuatan RPP   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3,7 0 0 3 3,7 2 6 7,3 2 2,4 8 9,8 3 9 11 7 8,5 16 19,5 4 12 14,6 10 12,2 22 26,8 5 10 12,2 5 6,1 15 18,3 >5 7 8,5 11 13,4 18 22 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat RPP. Namun dapat ditafsirkan bahwa banyak guru yang belum membuat RPP sesuai dengan ketentuan. Sebanyak 27 guru atau 33% hanya 1-3

kali membuat RPP dalam jangka waktu 2 tahun yang terdiri dari 3 guru atau 3,7% satu kali membuat RPP, 8 guru atau 9,8% dua kali membuat RPP, 16 guru atau 19,5% tiga kali membuat RPP. Proporsionalnya RPP dibuat setiap kali tatap muka atau untuk satu kali topik pembelajaran. Dalam jangka waktu 2 tahun guru dapat membuat berkali-kali RPP apabila guru membuat RPP sesuai dengan ketentuan. Hal ini menunjukkan kemungkinan sebagian guru menggunakan RPP yang lama, karena RPP yang lama terkadang masih relevan untuk digunakan. b. Membuat silabus Tabel 4.13 Pembuatan Silabus   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 0 0 0 0 0 0 1 3 3,7 4 4,9 7 8,5 2 10 12,2 8 9,8 18 22 3 11 13,4 5 6,1 16 19,5 4 13 15,9 9 11 22 26,8 5 6 7,3 4 4,9 10 12,2 >5 4 4,9 5 6,1 9 11 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa semua guru telah membuat silabus walaupun frekuensi setiap orang tidak sama. Sebagian besar guru membuat empat kali silabus yaitu sebanyak 22 guru atau 26,8% yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,9% dan 9 guru perempuan atau 11%. Sebagian besar guru membuat silabus sebanyak 4 kali dalam kurun waktu 2 tahun. Hal ini mengasumsikan bahwa setiap satu

semester guru membuat satu kali silabus. Hal ini dimungkinkan karena silabus yang lama masih relevan untuk digunakan.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi

Tabel 4.14

Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Teknologi Informasi    Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 8 9,8 4 4,9 12 14,6 1 6 7,3 8 9,8 14 17,1 2 10 12,2 7 8,5 17 20,7 3 4 4,9 5 6,1 9 11 4 7 8,5 1 1,2 8 9,8 5 5 6,1 4 4,9 9 11 >5 7 8,5 6 7,3 13 15,9 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa sebanyak 13 guru atau 15,9% yang terdiri dari 7 guru laki-laki atau 8,5% dan 6 guru perempuan atau 7,3% telah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi lebih dari 5 kali. Sebagian besar guru melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi sebanyak 2 kali yaitu 17 guru atau 20,7% yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 12,2% dan 7 guru perempuan atau 8,5%. Sebanyak 12 guru atau 14,6% yang terdiri dari 8 guru laki-laki atau 9,8% dan 4 guru perempuan atau 4,9% belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar guru yang telah lulus sertifikasi belum dapat menggunakan teknologi informasi guna menunjang pelaksanaan

pembelajaran seperti menggunakan komputer, internet, viewer dan lain-lain. Diharapkan guru yang telah lulus sertifikasi terampil dalam menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi informasi. d. Membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baru/inovatif

Tabel 4.15

Pembuatan dan Penerapan Model Pembelajaran yang baru/inovatif   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 9 11 2 2,4 11 13,4 1 7 8,5 10 12,2 17 20,7 2 6 77,3 7 8,5 13 15,9 3 9 11 4 4,9 13 15,9 4 7 8,5 4 4,9 11 13,4 5 5 6,1 6 7,3 11 13,4 >5 4 4,9 2 2,4 6 7,3 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa sebagian besar guru yang telah membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baru/inovatif sebanyak 1 kali yaitu 17 guru atau 20,7% yang terdiri dari 7 guru laki-laki atau 8,5% dan 10 guru perempuan atau 12,2%. Sebanyak 11 guru atau 13,7% yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau 11% dan 3 guru perempuan atau 3,7% belum pernah membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baru/inovatif. Sebanyak 6 guru atau 7,3% yang terdiri dari 4 guru laki-laki atau 4,9% dan 2 guru perempuan atau 2.4% telah membuat dan menerapkan model pembelajaran yang baru/inovatif lebih dari 5 kali. Guru harus selalu memberikan pengajaran sesuai dengan perkembangan jaman, untuk itu guru harus selalu membuat dan menerapkan model pembelajaran yang

baru/inovatif sehingga siswa tidak bosan dengan model pembelajaran yang monoton.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 4.16

Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

No Keterangan Belum Pernah

a. Pembuatan RPP - 100% b. Pembuatan silabus - 100% c. Pembelajaran dengan memanfaatkan

teknoliogi informasi

14,6% 85,4%

d. Pembuatan dan penerapan model pembelajaran yang baru/inovatif

13,4% 86,6%

Jumlah 28% 372%

Rata-rata 7% 93%

3. Prestasi Akademik

a. Memperoleh kejuaraan dalam mengikuti lomba akademik

Tabel 4.17

Perolehan Kejuaraan Dalam Lomba Akademik

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 37 45,1 31 37,8 68 82,9 1 4 4,9 2 2,4 6 7,3 2 4 4,9 1 1,2 5 6,1 3 0 0 1 1,2 1 1,2 4 1 1,2 0 0 1 1,2 5 1 1,2 0 0 1 1,2 >5 0 0 0 0 0 0 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil yaitu sebanyak 14 guru atau 17,1% yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 12,2% dan 4 guru perempuan atau 4,9% telah mengikuti dan memperoleh kejuaraan dalam lomba akademik. Namun sebagian besar yaitu sebanyak 68 guru atau 82,9% yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau

45,1% dan 31 guru perempuan atau 37,8% belum pernah mendapatkan kejuaraan dalam lomba akademik. Hal ini mungkin disebabkan kurangnya wawasan guru dalam bidang pengetahuan sehingga belum dapat menemukan hal-hal yang lebih kreatif sebagai guru dan kemungkinan tidak tersedia kesempatan atau kurangnya perlombaan akademik yang diperuntukkan bagi para guru bidang studi.

b. Memperoleh sertifikat keahlian/keterampilan dari lembaga /institusi dalam maupun luar negeri (guru olah raga/seni)

Tabel 4.18

Perolehan Sertifikat Keahlian/Keterampilan

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 34 41,5 31 37,8 65 79,3 1 7 8,5 1 1,2 8 9,8 2 3 3,7 1 1,2 4 4,9 3 1 1,2 0 0 1 1,2 4 0 0 2 2,4 2 2,4 5 1 1,2 0 0 1 1,2 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa guru yang belum pernah memperoleh sertifikat keahlian/keterampilan dari lembaga/institusi dalam maupun luar negeri sebanyak 65 guru atau 79,3% yang terdiri dari 34 guru laki-laki atau 41,5% dan 31 guru perempuan atau 37,8%. Hal ini berarti kreativitas dalam berbagai kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian guru-guru sangat kurang. Sebanyak 17 guru atau 20,7% yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,8% dan 4 guru perempuan atau 4,9% telah memperoleh sertifikat keahlian/keterampilan. Hal ini

juga dipengaruhi oleh jumlah guru olah raga atau guru seni yang menjadi responden relatif sedikit.

c. Melaksanakan tugas sebagai instruktur

Tabel 4.19

Tugas sebagai Instruktur

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 34 41,5 30 36,6 64 78 1 5 6,1 4 4,9 9 11 2 4 4,9 0 0 4 4,9 3 1 1,2 1 1,2 2 2,4 4 0 0 0 0 0 0 5 2 2,4 0 0 2 2,4 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa sebanyak 64 guru atau 78% yang terdiri dari 34 guru laki-laki atau 41,5% dan 30 guru perempuan atau 36,6% tidak diberi tugas sebagai instruktur. Sebanyak 18 guru atau 22% yang terdiri dari 13 guru laki-laki atau 15,8% dan 5 guru perempuan atau 6,1% pernah diberi tugas sebagai instruktur. Hal ini disebabkan tugas sebagai instruktur diberikan oleh kepala sekolah atau instansi yang berwenang. Untuk menjadi instruktur dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang lebih pada guru tersebut.

d. Melaksanakan tugas sebagai guru inti

Tabel 4.20

Tugas sebagai Guru Inti

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 35 42,7 33 40,2 68 82,9 1 3 3,7 1 1,2 4 4,9 2 0 0 0 0 0 0 3 2 2,4 0 0 2 2,4

4 1 1,2 1 1,2 2 2,4

5 4 4,9 0 0 4 4,9

>5 2 2,4 0 0 2 2,4 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa sebanyak 68 guru atau 82,9% yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7% dan 33 guru perempuan atau 42,2% tidak mendapat tugas sebagai guru inti. Sebanyak 14 guru atau 17,1% yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6% dan 2 guru perempuan atau 2,4% pernah bertugas sebagai guru inti. Untuk menjadi guru inti dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang lebih pada guru tersebut.

e. Melaksanakan tugas sebagai tutor

Tabel 4.21 Tugas sebagai Tutor

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 35 42,7 28 34,1 63 76,8 1 3 3,7 3 3,7 6 7,3 2 3 3,7 3 3,7 6 7,3 3 1 1,2 0 0 1 1,2 4 3 3,7 0 0 3 3,7 5 1 1,2 0 0 1 1,2 >5 1 1,2 1 1,2 2 2,4 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa sebanyak 63 guru atau 76,8% yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7% dan 28 guru perempuan atau 34,1% tidak mendapat tugas sebagai tutor. Sebanyak 19 guru atau 23,2% yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6% dan 7 guru perempuan atau 8,5% pernah bertugas sebagai tutor. Untuk menjadi tutor dibutuhkan adanya prestasi atau kemampuan yang lebih pada

guru tersebut.

f. Melaksanakan tugas sebagai pemandu

Tabel 4.22

Tugas sebagai Pemandu

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 33 40,2 24 29,3 57 69,5 1 2 2,4 2 2,4 4 4,9 2 4 4,9 5 6,1 9 11 3 2 2,4 2 2,4 4 4,9 4 3 3,7 1 1,2 4 4,9 5 2 2,4 0 0 2 2,4 >5 1 1,2 1 1,2 2 2,4 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa sebanyak 57 guru atau 69,5% yang terdiri dari 33 guru laki-laki atau 40,2% dan 24 guru perempuan atau 29,3% tidak mendapat tugas sebagai pemandu. Sebanyak 25 guru atau 30,5% yang terdiri dari 14 guru laki-laki atau 17,1% dan 11 guru perempuan atau 13,4% pernah bertugas sebagai pemandu. Tugas sebagai pemandu biasanya juga diberikan kepada guru yang memiliki kemampuan yang lebih pada diri guru tersebut.

g. Membimbing mahasiswa PPL per tahun

Tabel 4.23 Pembimbing Mahasiswa PPL   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 20 24,4 15 18,3 35 42,7 1 10 12,2 5 6,1 15 18,3 2 9 11 9 11 18 22 3 0 0 3 3,7 3 3,7 4 3 3,7 0 0 3 3,7 5 3 3,7 1 1,2 4 4,9 >5 2 2,4 2 2,4 4 4,9 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa sebanyak 35 guru atau 42,7% yang terdiri dari 20 guru laki-laki atau 24,4% dan 15 guru perempuan atau 18,3% belum pernah membimbing mahasiswa PPL. Sebanyak 50 guru atau 57,3% yang terdiri dari 27 guru laki-laki atau 32,9% dan 20 guru perempuan atau 24,4% pernah membimbing mahasiswa PPL. Hal ini disebabkan sebagian besar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Sleman yang menjadi tempat penelitian digunakan sebagai tempat PPL dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma (USD) dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD).

h. Membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara

Tabel 4.24

Pembimbing Siswa Lomba dan Memperoleh Juara

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 25 30,5 19 23,2 44 53,7 1 5 6,1 2 2,4 7 8,5 2 9 11 5 6,1 14 17,1 3 0 0 3 3,7 3 3,7 4 0 0 1 1,2 1 1,2 5 5 6,1 2 2,4 7 8,5 >5 3 3,7 3 3,7 6 7,3 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa sebanyak 44 guru atau 53,7% yang terdiri dari 25 guru laki-laki atau 30,5% dan 19 guru perempuan atau 23,2% tidak pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara. Sebanyak 38 guru atau 46,3% yang terdiri dari 22 guru laki-laki atau 26,8% dan 16 guru perempuan atau 19,5% pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara, Dari hasil

penelitian ini sebagian besar guru belum pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan memperoleh juara.

i. Membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara

Tabel 4.25

Pembimbing Siswa lomba dan Tidak Memperoleh Juara

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 23 28 16 19,5 39 47,6 1 6 7,3 5 6,1 11 13,4 2 6 7,3 7 8,5 13 15,9 3 2 2,4 1 1,2 3 3,7 4 3 3,7 4 4,9 7 8,5 5 4 4,9 0 0 4 4,9 >5 3 3,7 2 2,4 5 6,1 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100 Tabel 4.23 menunjukkan bahwa sebanyak 39 guru atau 47,6% yang terdiri dari 23 guru laki-laki atau 28% dan 16 guru perempuan atau 19,5% tidak pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara. Sebanyak 43 guru atau 52,4% yang terdiri dari 24 guru laki-laki atau 29,3% dan 19 guru perempuan atau 23,2% pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara, Dari hasil penelitian ini sebagian besar guru pernah membimbing siswa mengikuti lomba dan tidak memperoleh juara. Hal ini berarti sebagian besar guru telah memiliki motivasi dalam membimbing siswa, namun masih meningkatkan kemampuan, keterampilan dan wawasan sehingga siswa yang dibimbing dapat berhasil memperoleh juara dalam perlombaan.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 4.26 Prestasi Akademik

No Keterangan Belum Pernah

a. Perolehan kejuaraan dalam lomba akademik 82,9% 17,1% b. Perolehan sertifikat keahlian/ keterampilan 79,3% 20,7% c. Tugas sebagai instruktur 78% 22% d. Tugas sebagai guru inti 82,9% 17,1% e. Tugas sebagai tutor 76,8% 23,2% f. Tugas sebagai pemandu 69,5% 30,5% g. Pembimbing mahasiswa PPL 42,7% 57,3% h. Pembimbing siswa lomba dan memperoleh

juara

53,7% 46,3%

i. Pembimbing siswa lomba dan tidak memperoleh juara

47,6% 52,4%

Jumlah 613,4% 286,6%

Rata-rata 68,15% 31,84%

4. Karya Pengembangan Profesi

a. Menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN

Tabel 4.27

Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Nasional dan ber ISBN

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 44 53,7 34 41,5 78 95,1 1 1 1,2 0 0 1 1,2 2 1 1,2 0 0 1 1,2 3 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 1 1,2 1 1,2 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa sebanyak 78 guru atau 95,1% yang terdiri dari 44 guru laki-laki atau 53,7% dan 34 guru perempuan atau 41,5% belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN. Sebanyak 4 guru atau 4,9% yang terdiri dari 3 guru laki-laki atau 3,7% dan 1 guru perempuan atau 1,2% pernah

menyusun buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN. b. Menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN

Tabel 4.28

Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Provinsi dan ber ISBN

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 43 52,4 33 40,2 76 92,7 1 1 1,2 1 1,2 2 2,4 2 3 3,7 1 1,2 4 4,9 3 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 >5 0 0 0 0 0 0 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa sebanyak 76 guru atau 92,7% yang terdiri dari 43 guru laki-laki atau 52,4% dan 33 guru perempuan atau 40,2% belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN. Sebanyak 6 guru atau 47,3% yang terdiri dari 4 guru laki-laki atau 4,9 % dan 2 guru perempuan atau 2,4% pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN. c. Menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupaten/kota dan

ber ISBN

Tabel 4.29

Penyusunan Buku Dipublikasikan Secara Kabupaten/Kota dan ber ISBN   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 44 53,7 34 41,5 78 95,1 1 1 1,2 0 0 1 1,2 2 2 2,4 1 1,2 3 3,7 3 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 >5 0 0 0 0 0 0

Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa sebanyak 78 guru atau 95,1% yang terdiri dari 44 guru laki-laki atau 53,7% dan 34 guru perempuan atau 41,5% belum pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupaten/kota dan ber ISBN. Sebanyak 4 guru atau 4,9% yang terdiri dari 3 guru laki-laki atau 3,7% dan 1 guru perempuan atau 1,2% pernah menyusun buku yang dipublikasikan secara kabupaten/kota dan ber ISBN.

Berdasarkan item p, item q, dan item r menunjukkan bahwa hampir semua guru yang telah lulus sertifikasi tidak berusaha mengembangkan profesinya dengan menulis buku yang dipublikasikan. Bahkan kondisi ini terjadi sejak guru-guru belum lulus sertifikasi. Hal ini nampaknya merupakan fenomena umum yang terjadi pada para guru. Guru sangat jarang untuk mau mencoba mengembangkan diri dengan menulis buku. Kegiatan tersebut di atas sebagian besar merupakan karya pengembangan profesi yang jarang dilakukan oleh guru, padahal kegiatan-kegiatan tersebut memiliki skor yang lebih tinggi daripada mengikuti forum ilmiah, seminar atau pendidikan dan pelatihan. Menurut Budhi A.M. Syachrun dalam

http://www.duaberita.com/main/artikel-dua/pendidikan/167-problematika-sertifikasi-guru.html apabila ada guru yang membuat buku, sesungguhnya sudah relevan dengan pernyataan Ginandjar Kartasasmita (Ketua Dewan Perwakilan Daerah) yakni sertifikasi akan

menghasilkan kompetensi guru. Tetapi faktanya adalah kompetensi guru diabaikan dengan memenuhi kebutuhan administrasi belaka. d. Menulis artikel diberbagai majalah/jurnal/surat kabar baik yang

terakreditasi maupun yang belum terakreditasi

Tabel 4.30

Penulisan Artikel pada Majalah/Jurnal/Surat kabar

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 37 45,1 33 40,2 70 85,4 1 2 2,4 1 1,2 3 3,7 2 5 6,1 0 0 5 6,1 3 0 0 1 1,2 1 1,2 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 >5 3 3,7 0 0 3 3,7 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.27 menunjukkan bahwa sebanyak 70 guru atau 85,4% yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau 45,1% dan 33 guru perempuan atau 40,2% belum pernah menulis artikel di majalah/jurnal/surat kabar baik yang terakreditasi maupun yang belum terakreditasi. Sebanyak 12 guru atau 14,6% yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 11,9% dan 2 guru perempuan atau 12,4% pernah menulis artikel di majalah/jurnal/surat kabar. Kondisi ini juga merupakan fenomena yang dihadapi guru sebelum sertifikasi. Sebagian besar guru belum terbiasa menulis artikel yang diterbitkan di majalah/jurnal/surat kabar. Setelah sertifikasi ternyata kondisi tersebut tidak mengalami perubahan. Hal ini dapat diartikan bahwa setelah guru menerima sertifikat sebagai pendidik profesional guru masih kurang berusaha untuk mengembangkan diri

untuk menunjang profesionalisme dengan berlatih menulis. e. Menjadi reviewer buku

Tabel 4.31 Reviewer Buku    Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 35 42,7 29 35,4 64 78 1 4 4,9 4 4,9 8 9,8 2 5 6,1 1 1,2 6 7,3 3 0 0 1 1,2 1 1,2 4 0 0 0 0 0 0 5 1 1,2 0 0 1 1,2 >5 2 2,4 0 0 2 2,4 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.28 menunjukkan bahwa sebanyak 64 guru atau 78% yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7% dan 29 guru perempuan atau 35,4% belum menjadi reviewer buku. Sebanyak 18 guru atau 22% yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6% dan 6 guru perempuan atau 7,3% pernah menjadi reviewer buku. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar guru belum berusaha meningkatkan profesionalismenya dengan mencoba menjadi reviewer

buku.

f. Menulis soal ujian UN/UASDA

Tabel 4.32

Penulisan Soal Ujian UN/UASDA

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 38 46,3 29 35,4 67 81,7 1 5 6,1 2 2,4 7 8,5 2 1 1,2 3 3,7 4 4,9 3 0 0 1 1,2 1 1,2 4 0 0 0 0 0 0 5 1 1,2 0 0 1 1,2

>5 2 2,4 0 0 2 2,4 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.29 menunjukkan bahwa sebanyak 67 guru atau 81,7% yang terdiri dari 38 guru laki-laki atau 46,3% dan 29 guru perempuan atau 35,4% belum pernah menulis soal UN/UASDA. Sebanyak 15 guru atau 18,3% yang terdiri dari 9 guru laki-laki atau 11% dan 6 guru perempuan atau 7,3% pernah menulis soal UN/UASDA. Hal ini menunjukkan bahwa masih relatif sedikit guru yang telah lulus sertifikasi terlibat dalam penyusunan soal baik untuk UN/UASDA. g. Membuat diktat/modul yang dicetak lokal

Tabel 4.33 Penulisan Diktat/Modul   Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 29 35,4 29 35,4 58 70,7 1 9 11 4 4,9 13 15,9 2 5 6,1 2 2,4 7 8,5 3 3 3,7 0 0 3 3,7 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.30 menunjukkan bahwa sebanyak 58 guru atau 70,7% yang terdiri dari 29 guru laki-laki atau 35,4% dan 29 guru perempuan atau 35,4% belum pernah menyusun diktat atau modul yang dicetak lokal. Sebanyak 24 guru atau 29,3% yang terdiri dari 18 guru laki-laki atau 21,9% dan 6 guru perempuan atau 7,3% pernah menyusun diktat atau modul yang dicetak lokal. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar guru yang telah lulus sertifikasi tidak mengembangkan profesionalisme dengan cara menyusun diktat atau modul yang dapat juga digunakan dalam proses pembelajaran.

h. Membuat media/alat pembelajaran

Tabel 4.34

Pembuatan Media/Alat Pembelajaran    Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 12 14,6 9 11 21 25,6 1 14 17,1 13 15,9 27 32,9 2 7 8,5 6 7,3 13 15,9 3 6 7,3 4 4,9 10 12,2 4 2 2,4 0 0 2 2,4 5 1 1,2 2 2,4 3 3,7 >5 5 6,1 1 1,2 6 7,3 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.31 menunjukkan bahwa sebanyak 21 guru atau 25,6% yang terdiri dari 12 guru laki-laki atau 14,6% dan 9 guru perempuan atau 11% belum pernah membuat media atau alat pembelajaran. Sebanyak 61 guru atau 74,4% yang terdiri dari 35 guru laki-laki atau 42,7% dan 26 guru perempuan atau 31,7% pernah membuat media atau alat pembelajaran untuk membantu memperlancar proses pembelajaran. Hal ini berarti sebagian besar guru yang telah bersertifikat telah melaksanakan pembelajaran dengan baik dan tetap juga membuat karya untuk mengembangkan profesinya.

i. Melakukan penelitian di bidang pendidikan

Tabel 4.35

Penelitian di Bidang Pendidikan

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 32 39 29 35,4 61 74,4 1 7 8,5 3 3,7 10 12,2 2 6 7,3 2 2,4 8 9,8 3 1 1,2 1 1,2 2 2,4 4 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.32 menunjukkan bahwa sebanyak 61 guru atau 74,4% yang terdiri dari 32 guru laki-laki atau 39% dan 29 guru perempuan atau 35,4% belum pernah melakukan penelitian. Dalam kurun waktu 1-2 tahun paling tidak seorang guru yang profesional pernah melakukan satu kali penelitian, dan paling banyak empat kali penelitian secara mandiri dengan asumsi 1 semester melakukan 1 penelitian. Sebanyak 20 guru atau 24,4% yang terdiri dari 14 guru laki-laki atau 17% dan 6 guru perempuan atau 7,3% pernah melakukan penelitian 1-3 kali. Hanya 1 guru laki-laki atau 1,2% pernah melakukan penelitian lebih dari 5 kali. Jika dalam kurun waktu maksimal 2 tahun guru tersebut pernah melakukan penelitian lebih dari 5 kali, ada kemungkinan guru salah persepsi dengan termasuk menghitung penelitian sebelum guru tersebut lulus sertifikasi. Apabila guru betul-betul melakukan penelitian lebih dari 5 kali dalam waktu maksimal 2 tahun, kemungkinan guru yang bersangkutan melakukan penelitian secara

berkelompok. Salah satu karya pengembangan profesi yang jarang dilakukan oleh guru adalah melakukan penelitian dibidang pendidikan. Mulai saat ini guru-guru dihimbau untuk melakukan penelitian di bidang pendidikan khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dapat membantu guru dalam kenaikan pangkat karena mempunyai skor yang tinggi.

j. Membuat karya seni dan karya teknologi

Tabel 4.36

Pembuatan Karya Seni/Karya Teknologi

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 37 45,1 28 34,1 65 79,3 1 3 3,7 4 4,9 7 8,5 2 4 4,9 3 3,7 7 8,5 3 1 1,2 0 0 1 1,2 4 0 0 0 0 0 0 5 1 1,2 0 0 1 1,2 >5 1 1,2 0 0 1 1,2 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.33 menunjukkan bahwa sebanyak 65 guru atau 79,3% yang terdiri dari 37 guru laki-laki atau 45,1% dan 28 guru perempuan atau 34,1% belum pernah membuat karya seni dan karya teknologi. Sebanyak 17 guru atau 20,7% yang terdiri dari 10 guru laki-laki atau 12,2% dan 7 guru perempuan atau 8,5% pernah membuat karya seni dan karya teknologi. Hal ini berarti hanya sedikit guru yang melakukan pengembangan profesi setelah guru memiliki sertifikat pendidik profesional. Sebagian besar responden mempunyai usia lebih dari 50 tahun. Usia tersebut merupakan masa menjelang seorang guru purna

tugas dan pada usia tersebut produktifitas mereka akan menurun karena berbagai hal salah satunya fisik yang semakin tua dan lemah. Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa mereka kurang melakukan kegiatan pengembangan profesi.

Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 4.37

Karya Pengembangan Profesi

No Keterangan Belum Pernah

a. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara nasional dan ber ISBN

95,1% 4,9%

b. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara provinsi dan ber ISBN

92,7% 7,3%

c. Penyusunan buku yang dipublikasikan secara kabupaten/kota dan ber ISBN

95,1% 4,9%

d. Penulisan artikel pada majalah/jurnal/koran 85,4% 14,6% e. Menjadi reviewer buku 78% 22% f. Penulisan soal ujian UN/UASDA 81,7% 18,3% g. Penulisan diktat/modul 70,7% 29,3%

h. Pembuatan media/alat pembelajaran 25,6% 74,4% i. Penelitian di bidang pendidikan 74,4% 24,4%

j. Pembuatan karya seni / teknologi 79,3% 20,7%

Jumlah 778% 222%

Rata-rata 77,8% 22,2%

5. Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah

a. Mengikuti forum ilmiah yang relevan dengan bidang yang digeluti

Tabel 4.38

Keikutsertaan Dalam Forum Ilmiah yang Relevan

  Jenis Kelamin Frekuensi kegiatan L % P % Jumlah % 0 11 13,4 12 14,6 23 28 1 8 9,8 6 7,3 14 17,1 2 10 12,2 8 9,8 18 22 3 8 9,8 1 1,2 9 11 4 2 2,4 5 6,1 7 8,5 5 5 6,1 2 2,4 7 8,5 >5 3 3,7 1 1,2 4 4,9 Jumlah 47 57,3 35 42,7 82 100

Tabel 4.34 menunjukkan bahwa sebanyak 23 guru atau 28% yang terdiri dari 11 guru laki-laki atau 13,4% dan 12 guru perempuan atau 14,6% belum pernah mengikuti forum ilmiah yang relevan dengan bidang yang digeluti. Sebanyak 59 guru atau 72% yang terdiri dari 36

Dalam dokumen Profesionalisme guru pasca sertifikasi. (Halaman 71-105)

Dokumen terkait