• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

C. Analisis Data

Jenis data dalam pengembangan ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dihasilkan dari data observasi lapangan, wawancara kepada guru, tanggapan (respon) dan masukan dari validator, guru kelas, dan peserta didik. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil skor angket kebutuhan peserta didik, angket respon peserta didik, angket respon guru kelas, instrument soal pretest dan posttest, instrument lembar validasi ahli.

Berawal dari kondisi pembelajaran yang tergambar pada tahap define yang diperoleh dari hasil analisis angket kebutuhan peserta didik, wawancara kepada guru kelas dan observasi lapangan. Dari data tersebut diperoleh informasi bahwa pada materi sistem persamaan linear dua variabel pencapaian ketuntasannya masih rendah, karena menurut peserta didik materi ini tergolong materi yang sulit. Hal ini karena peserta didik masih kesulitan untuk mengubah masalah yang disajikan pada bab ini (biasanya berbentuk

147

soal cerita) ke dalam model matematika. Hal ini akan mudah dipahami peserta didik jika materi tersebut diantarkan menggunakan sesuatu yang dapat mereka amati secara langsung, dengan kata lain terjadi disekitar mereka.

Analisis kesulitan ini menunjukkan bahwa peserta didik ternyata memiliki kecenderungan untuk belajar secara mandiri ketika menghadapi kesulitan-kesulitan belajar semacam ini. Namun sumber belajar yang mereka gunakan selama ini masih belum sesuai dengan karakteristik belajar mandiri peserta didik. Sehingga perlu dikembangkan sumber belajar yang dapat membantu untuk belajar mandiri. Diantara beberapa bentuk sumber belajar, modul adalah jenis sumber belajar yang dapat digunakan secara mandiri. Karena modul merupakan sumber belajar yang disusun sendiri dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman penggunanya.

Seperti yang telah diketahui bahwa sebelumnya pernah dikembangkan modul oleh guru kelas, namun modul tersebut belum menggunakan pendekatan dan muatan tertentu. Hal tersebut dikarenakan menurut penyusun perlu waktu yang relatif lama untuk menyusun modul semacam itu, sedangkan waktu yang dimiliki guru

148 terbatas. Meskipun modul yang digunakan sebelumnya ini menyajikan materi secara ringkas, dan sudah disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik. Namun modul ini baru disusun dengan cara hanya mengumpulkan materi-materi yang akan diajarkan menjadi satu. Kegiatan pembelajarannya juga belum memuat ketrampilan tertentu. Serta tampilan modul masih disajikan dengan bentuk yang sederhana, belum dilengkapi dengan visualisasi yang mendukung.

Mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan peserta didik diperlukan dalam mengembangkan modul,. Seperti pada pengembangan ini peserta didik menginginkan modul yang memuat unsur-unsur budaya. Sesuai amanat kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa pembelajaran haruslah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya disekitarnya, sehingga sumber belajar yang bermuatan budaya sangat perlu untuk dikembangkan. Selanjutnya diketahui bahwa ketersediaan sumber belajar yang mengintegrasikan matematika dan budaya di MTsN 01 Pati memang masih minim. Selain itu sumber belajar seperti ini dapat membantu guru dalam mengintegrasikan pembelajaran matematika dan budaya. Sehingga pengembangan sumber belajar matematika

149

berupa modul yang bermuatan budaya lokal sangat perlu sebagai alternatif sumber belajar.

Tahap design diawali dengan menyusun instrumen pretest-posttes dan instrumen evaluasi pada modul. Selanjutnya dilakukan pemilihan media dan pemilihan format modul. Media yang dipilih dalam pengembangan ini berupa media cetak berbentuk buku berukuran A5 setebal 50 halaman. Sedangkan pemilihan format yang dilakukan meliputi perancangan format kegiatan pembelajaran dan format tampilan modul. Kemudian barulah pada langkah terakhir tahap design dibuatlah prototipe awal (prototipe I) sesuai rancangan tersebut.

Setelah prototipe I jadi, masuk pada tahap develop. Pada tahap ini modul terlebih dahulu diuji kelayakan oleh validator yaitu, ahli materi dan ahli tampilan (layout). Dari penilalian tersebut didapatkan masukan serta saran evaluasi mengenai kelayakan isi, penyajian materi dan pembelajaran, muatan kebudayaan, kegrafikan, dan kebahasaan modul. Adanya masukan serta saran tersebut menjadi bahan perbaikan dan penyempurnaan pada modul ini (prototipe I). Berdasarkan analisis hasil penilaian validator disimpulkan bahwa ketiga validator menyatakan bahwa modulmatematika kurikulum 2013 bermuatan kebudayaan lokal untuk kelas VIII SMP/MTs

150 semester II materi sistem persamaan linear dua variabel “layak” dan dapat dikembangkan ke tahap selanjutnya. Modul yang sudah dikatakan layak dan sudah direvisi ini selanjutnya disebut sebagai prototipe II.

Setelah dilakukan uji kelayakan oleh validator, prototipe II diuji kelayakan pada kelas kecil yang melibatkan 6 peserta didik. Pada tahap ini dapat diketahui secara langsung bagaimana respon serta umpan balik peserta didik ketika melakukan aktivitas belajar menggunakan modul. Sehingga dapat diketahui secara detail bagian mana dan bagaimana modul yang dikembangkan ternyata masih atau tidak dipahami peserta didik. Jenis kesulitan ini diantaranya, bahasa yang masih membingungkan, soal yang tidak cocok jika diselesaikan menggunakan metode tertentu, gambar/ ilustrasi yang tidak terlihat, kalimat perintah pada soal yang membingungkan, salah ketik dan lain sebagainya. Penilaian ini menggunakan instrument berupa angket tanggapan peserta didik. Dari tabel 4.10 terlihat bahwa pada tahap ini modul dikatakan “layak” dan dapat dilanjutkan pada tahap pengembangan selanjutnya. Setelah dilakukan penilaian dan revisi kemudian dihasilkan prototipe III.

151

Selanjutnya prototipe III dilakukan uji kelayakan oleh guru kelas. Uji kelayakan oleh guru kelas menggunakan angket tanggapan guru, menghasilkan kesimpulan yaitu modul yang dikembangkan termasuk kategori baik. Dari 2 guru kelas yang dilibatkan dalam uji ini, keduanya setuju bahwa modul yang dikembangkan baik untuk mendukung kegiatan belajar matematika di rumah maupun di kelas. Selain itu modul ini juga baik untuk membantu peserta didik memahami materi PLDV sekaligus mengenalkan budaya Pati terhadap peserta didik. Berdasarkan tanggapan tersebut terlihat bahwa guru setuju bahwa modul yang dikembangkan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri dan memudahkan mereka memahami materi PLDV sekaligus menambah wawasan kebudayaan. Setelah dilakukan penilaian dan revisi terhadap modul pada tahap ini maka dihasilkan prototipe IV.

Setelah beberapa uji kelayakan tersebut, instrumen pretest dan posttest yang telah disusun pada tahap design dilakukan uji coba pada kelas uji coba. Kelas uji coba tersebut merupakan kelas dengan kemampuan yang hampir sama dengan kelas yang menjadi sasaran penelitian, sehingga hasil analisis butir soal tes pada kelas tersebut dapat menghasilkan instrumen tes yang

152 berkualitas melalui revisi dan membuang soal yang tidak valid. Bentuk soal pretets-posttest yang digunakan merupakan soal-soal subjektif (uraian), sehingga analisis butir soal tersebut meliputi analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda soal.

Tes terakhir dari pengembangan modul ini adalah melakukan tes validasi akhir (validation testing). Sebelum disebarkan pada pengguna yang lebih luas modul yang dikembangkan perlu diketahui efektifitasnya dengan tes ini. Tes ini perlu dilakukan karena dengan ini bisa diketahui bagaimana penggunaan modul dikelas. Tes diberikan kepada peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan. Tes yang diberikan sebelum pembelajaran digunakan untuk mengukur sampai mana tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi PLDV yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemudian peserta didik melakukan pembelajaran menggunakan modul, setelah itu baru dilakukan tes kembali untuk mengukur pemahaman peserta didik setelah menggunakan modul. Setelah hasil tes ini dianalisis menggunakan rumus N-gain ternormalisasi menunjukkan bahwa modul ternyata dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik.

153

Setelah modul yang dikembangkan layak dan efektif, maka tahap terakhir adalah melihat respon peserta didik terhadap modul. Respon tersebut meliputi tanggapan mereka dalam menggunakan modul ini dan menanggapi tentang pengembangan modul ini. Hasil angket menunjukkan bahwa semua peserta didik menyatakan bahwa modul yang dikembangkan masuk kategori baik dan sangat baik. Selanjutnya modul sudah dapat disebarkan pada pengguna yang lebih luas. Penyebaran ini diberikan kepada beberapa peserta didik kelas VIII, beberapa guru pengampu matematika dan perpustakaan. Berdasarkan paparan pada tiap langkah pengembangan tersebut, diketahui bahwa modul matematika kurikulum 2013 bermuatan budaya lokal untuk kelas VIII semester II pada pokok materi persamaan linear dua variabel layak untuk digunakan. Hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan mudah dipelajari, bersifat mandiri, sesuai dengan keinginan peserta didik dan mendukung pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Dokumen terkait