• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

B. Analisis Data

1. Resepsi Masyarakat Desa Kolam Terhadap Cerita Rakyat Nyai

Ronggeng Yang Menerima Dan Percaya Bahwa Cerita Rakyat Nyai Ronggeng Menyimpan Kejadian Mistis.

Cerita rakyat Nyai Ronggeng adalah cerita rakyat yang pada dasarnya tersebar secara lisan dan diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat. Hal ini dapat lihat dari tanggapan atau resepsi masyarakat Desa Kolam terhadap cerita rakyat Nyai Ronggeng. Nilai estetika yang ada dalam cerita rakyat sering berbau mistis karena berhubungan dengan masa lampau yang dahulu kepercayaan terhadap leluhur yang sangat kental. Banyak dari jenis cerita rakyat memiliki hal mistis yang terkandung didalamnya termasuk cerita rakyat Nyai Ronggeng.

Setelah peneliti melakukan penelitian maka data yang didapat yaitu adanya resepsi (tanggapan) masyarakat terhadap cerita rakyat Desa Kolam diakui oleh setiap golongan usia seperti; golongan usia tua 5 orang dan golongan usia menengah 5 orang. Adapun hasil dari tanggapan para responden sebagai berikut :

a. Golongan usia tua (50 tahun ke atas)

Dari hasil tanggapan responden golongan usia tua Desa Kolam yang berjumlah 5 responden, terdapat resepsi masyarakat terhadap cerita rakyat Nyai

Ronggeng yang menyimpan kejadian mistis hal ini tercermin pada analisis

Menurut bapak Conang

“Seng serem iku karo suoro glendingan musik Jowo sek malam Jumat Kliwon, tapi kalau gak malam jumat kliwon yo ora enek. Suoro iku masyarakat percaya teko iringan Nyai Ronggeng yang sedang kelilingi desa. Kelilinge Nyai

Ronggeng ora eneng maksud seng jahat katae wong dulu, tapi karena Nyai Ronggeng ingin mantau keadaan desa. Tapi yo namanya suoro glendingan

bengi-bengi yo serem, terus masyarakat yang memiliki endang bawaan tubuhnya banyak seng kadang kebawa suasana terus kerasukan endangnya iku. Kalau uda koyo ngono yowes mereka joget-joget dewean. Iku kan cerita wong tua dulu, kalau hal serem/mistis yang masih terjadi dari Nyai Ronggeng iku dari petilasa Nyai

Ronggeng yang berada di perbatasan Desa Kolam. Sering iku beberapa

masyarakat melakukan ritual khusus di petilasa Nyai Ronggeng maka apa yang mereka ingini dikabulinnya. Tapi sekjane iku ora ole ya kan, karena kan kita ndowe tuhan lah kok mintae ambek kuburan? Seng eneng-eneng ae. Terus juga enek lagi kalau eneng wong acara terus buat tanggapan angguk/jarang kepang dan sering dimainkan

Menurut Bapak Tobel

“Hal serem seng terjadi dari kisah Nyai Ronggeng iku setiap malam jumat kliwon eneng suoro glendingan musik Jowo neng sekeliling Desa Kolam. Suoro iku jelas tenan, sampe dulu katae kadang warga serem kalau dengerinya, tapi yo lama-lama wong sini bioso wae karena wes sering kan. Wes ngono kalau uda enek

suoro glendingan iku, engko konco-konco seng ndue endang kek tiba-tiba kepanceng untuk ikut goyang ronggeng, padahal mereka ora enek ngundang”.

Menurut Bapak Saru

“Mistisnya itu kalau uda malam jumat kliwon, pasti enek suara glendingan musik Jawa di sekitaran desa karena Nyai Ronggeng sedang kelilingin desa. Terus kalau saiki itu di petilasa Nyai Ronggeng masih ada yang kasih sesajen neng kono, kadang juga ada yang melakukan ritual untuk Nyai Ronggeng. Terus juga sekarang kalau ada acara dan nanggap angguk, kadang Nyai Ronggeng iku datang, tapi kalau yang bawakan grup bapak Awi. Tapi untuk masalah korban yang jatuh karena Nyai Ronggeng iku sampe saiki aku ora pernah denger. Yang jelas masalah hal mistis iku tidak ada memakan korban dari Nyai Ronggeng. Cuma di petilasa

Nyai Ronggeng yang sampai saiki ini masih sangat kerasa hal mistise. Ora

sembarangan juga kita kalau masuk nengkono harus izin”.

Menurut Ibu Tumi

“Kalau kata orang dulu itu suara glendingan musik Jawa yang tiba-tiba timbul setiap malam Jumat Kliwon yang berasal dari iringan Nyai Ronggeng. Suara glendingan Jawa itu tapi bukan hanya musik, tetapi ada unsur mistis seng katae dulu kalau eneng wong seng due pegangan, maka tiba-tiba akan kerasukan. Saiki juga seng petilasa Nyai Ronggeng iku ora sembarangan, harus ada izin dari seng ndue batin ambek Nyai Ronggeng. Kalau sembarangan iso teko ora iso balek”.

Menurut Ibu Munar

“Pasti enek kejadian mistise atau serem, namanya juga cerita rakyat zaman dahulu, wong tuek dulu cerita kalau disetiap malam Jumat kliwon eneng suoro glendingan musik Jawa seng berasal dari Nyai Ronggeng. Musik glendingan iku seakan buat desa jadi serem suasane, para anak-anak dilarang keluar iku takut engko dibawa Nyai Ronggeng. Tapi ya padahal ora enek Nyai Ronggeng ambil-ambil roh koyo ngono, perasaan takut wong tuek zaman dahulu wae”.

Menurut golongan usia tua yang berjumlah 5 orang menyatakan bahwa cerita rakyat Nyai Ronggeng benar menyimpan mistis. Kejadian-kejadian mistis tersebut yaitu seperti dikatakan Bapak Tobel, “Hal serem seng terjadi dari kisah

Nyai Ronggeng iku setiap malam Jumat kliwon eneng suoro glendingan musik

Jowo neng sekeliling Desa Kolam. Suoro iku jelas tenan, sampe dulu katae kadang warga serem kalau dengerinya, tapi yo lama-lama wong sini bioso wae karena wes sering kan. Wes ngono kalau uda enek suoro glendingan iku, engko konco-konco seng ndue endang kek tiba-tiba kepanceng untuk ikut goyang ronggeng, padahal mereka ora enek ngundang”. Kejadian mistis yang dimaksud masyarakat adalah kejadian yang terjadi diluar pikiran manusia. Dan menurut responden diatas bahwa Nyai Ronggeng pada setiap malam Jumat mengelilingi Desa Kolam dengan memainkan musik glendingan Jawa untuk menjadi penanda jika dia sedang mengelilingi perkampungan.

b. Golongan Usia Menengah (24 sampai 29 tahun)

Hasil tanggapan dengan responden golongan usia menengah Desa Kolam yang berjumlah 5 responden terdapat perbedaan persepsi diantaranya; 3 responden mengakui hal mistis pernah terjadi, namun 2 responden tidak mengakui/percaya jika kejadian mistis yang timbul dari cerita rakyat Nyai Ronggeng itu memang benar terjadi. Untuk itu dari kelima responden yang telah diminta untuk memberi tanggapan dengan data sebagai berikut :

Menurut Gunawan

“Percaya akan hal mistis seng terjadi, kalau untuk zaman dulu kata para orang tua setiap malam Jumat Kliwon terdengar suara glendingan musik Jawa disekitaran Desa Kolam. Namun untuk di zaman sekarang yang masih jelas terlihat, kalau ada acara sukuran khitanan ataupun seng lainnya yang membuat tanggapan Angguk atau Jarang kepang dengan pakai punya wak Awi. Engko wak Awi iku kerasukan endang Nyai Ronggeng, weslah engko dandan kayak cewek dan nari lebih gemulai dari penari cewek-cewek disitu. Terus masalah petilasa

Nyai Ronggeng ikut juga, petilasa iku maksude kubura. Jadi kalau di petilasa Nyai Ronggeng kita iku ora iso sembarangan kalau kesana, harus enek seng nemeni dan

pastie seng nemeni iku yo harus punya pegangan. Pegangan kayak roh yang jaga dia gitu, kalau sembarangan kesana yo iso bahaya. Bahayae iku iso kita iki datang kesana, eh ora iso pulang. Tapi yo gak tau sebape naopo, karena hanya wong pinter yang tau begituan”.

Menurut Heru

“Jelas enek, kalau saiki nek eneng tanggapan Jarang Kepang/Angguk dan yang bawakan itu kelompok Awi, yowes kadang wak Awi itu manggil Nyai

Ronggeng untuk rasuki tubuhnya. Terus juga zaman dulu katae setiap malam

Jumat Kliwon, enek suara gelndingan musik Jawa seng datang teko Nyai

Ronggeng”.

Menurut Anda

“ Itu kepercayaan leluhur kuno, kalau di zaman seng modern ngene yo ora enek. Tapi yo namanya tradisi kan pasti ada warga masyarakat seng masih percoyo, bahkan masih ada kadang yang kasih pesugihan ke Nyai Ronggeng. Aneh yo kan, padahal wes nganut agama tapi masih percaya hal begituan. Kalau aku pribadi yo ora percaya, aku enek agama iku cuma kepercayaan leluhur kuno wae”.

Menurut Samad

“ Kalau orang tua neng kene katae dulu kek enek suoro glendingan musik Jawa dulu disekitaran Desa Kolam kalau wes malam Jumat Kliwon, tapi iku dulu. Kalau sak iki aku ora pernah denger, Cuma aku percaya akan nerima kalau hal mistis itu emang ada. Karena kalau ada pergelaran Jarang Kepang/Angguk dan yang bawakan wak Awi, kadang wak Awi manggil Nyai Ronggeng biar lebih seru. Terus juga untuk petilasa Nyai Ronggeng yang dibuat kek ruangan ukuran 4 x 4 meter diujung desa, kalau kesana iku ora iso sembarangan. Harus ada izin dan bawa orang pinter/dukun. Kalau semabarangan engko iso kejadian aneh-aneh neng kono, terus juga harus jaga ucapan, jangan ucapan aneg-aneh nengkono”.

Menurut Handoko

“ Ini zaman modern, yaudah gak ada. Itu Cuma pirasat aja, uda punya agama sekarang masak percaya hal begituan. Harus move on dari belenggu zaman dulu, tapi ya namanya cerita rakyat peninggalan zaman dahulu dari para leluhur. Harus kita hargai, tapi gak boleh lari dari ajaran agama”.

Dari tanggapan 5 responden; 3 respon memberi tanggapan jika mereka menerima dan mengakui adanya hal mistis yang timbul akan cerita rakyat Nyai

Ronggeng. Namun 2 respon lagi memberi tanggapan jika mereka tidak mengakui

adanya hal mistis yang timbul akan cerita rakyat Nyai Ronggeng di Desa Kolam.

Dokumen terkait