BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Data
1. Makna Novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala
Analisis struktur pada novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala memiliki keterkaitan antara unsur-unsurnya, yakni unsur tema, latar, tokoh dan watak sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh. Makna novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala ini adalah mencintai karena Allah. Makna mencintai karena Allah ini terdapat dalam setiap unsur yang diteliti yakni unsur tema, latar, tokoh dan watak.
Tema novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala adalah mencintai karena Allah. Untuk menyimpulkan tema dalam sebuah karya sastra “Maaf ya kalau ako ngomong kenpanjangan dan terkesan menggurui. Aku pernah ada di posisi kamu, Jal. Aku tahu ini nggak gampang, tapi kamu pasti bisa.”
85
“Aku mungkin bisa bantu kalau kebetulan luang, tapi kalau mau pelatih yang lebih baik yang laki-laki saja biar bisa lebih leluasa dari segi waktu dan interaksi. Kabarin aja kalau mau latihan, kalau sempat aku datang asal jangan jauh-jauh dari kampus dan jangan terlalu malam, Jal.”
86
“Sebentar,” Kak Laras bangkit dari tempat duduknya, mendekat ke arahku. “Jal, menurut kamu puisi itu bercerita tentang apa?”
89
Aku menyerahkan bungkusan itu pada Kak Laras. Ia tersenyum. Kemudian mengambil salah satu buah kiwi dari dalam bungkusan itu dan memerhatikannya secara seksama.
108
“Makasih ya Dek, hari ini makan buah New Zealand, semoga besok-besok sempat main ke sana.”
108 “Saya nggak punya alasan buat nolak tawaran orang yang udah banyak bantu saya: Kak Nisa.”
“Udah nggak usah diungkit-ungkit. Panggil Laras aja, Dek.”
111
“Iya, saya juga minta maaf kalau ada kata-kata yang salah. Selamat ya, kemarin penampilannya keren.”
57
dilihat dari keseluruhan naskah. Tema tidak dapat ditentukan hanya dari sebagian naskah saja. Berikut kutipan naskah novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala yang mencakup unsur tema. “Aku mulai bercerita tentang rasa ketertarikanku pada Kak Laras yang belakangan terasa begitu mendera. Sejak pertama kali aku mengenalnya, sampai kejadian di Gathering Lampu Djalan kemarin, aku ceritakan dengan singkat. Aku juga menceritakan dilema yang menghantam batinku: separuh diriku ingin selalu dekat dengannya, tapi separuh yang lain membisikkanku untuk menjaga jarak.” (halaman 131). Kutipan naskah berikut menunjukkan bahwa Rijal telah jatuh hati dengan seorang perempuan bernama Laras, senior di kampusnya. Namun, ia sadar bahwa ia harus menjaga jarak dengan Laras hingga tiba waktunya, sebab ia tahu bahwa merayakan cinta setelah menikah sangat indah. Hal ini sejalan dengan kutipan naskah berikut, “Pelan-pelan, perasaan yang menggebu kepada Kak Laras sudah bisa aku kelola dengan baik, tentu ini juga karena interaksi kami yang berkurang. Paling-paling kami hanya berpapasan di koridor kampus, atau bertemu untuk beberapa keperluan Ospek yang baru saja selesai bersamaan dengan berakhirnya semester satu. Bagaimanapun, aku sudah berkomitmen untuk meredam perasaan yang membuncah ini.” (halaman 136). Hal ini juga didukung dengan kutipan naskah berikut, “Tapi aku bersyukur bisa melewati itu semua tanpa melewati batas. Aku selalu ingat pesan Ustad Asnil, juga bapak, tentang pentingnya menjaga perasaan. Juga, tentang indahnya merayakan cinta dengan menikah.” (halaman 147).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan tema dari novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala ini yakni tentang mencintai karena Allah dan tema terdapat di halaman 131 sampai dengan halaman 147.
Makna mencintai karena Allah dari novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala ini semakin diperkuat dengan unsur latar, tokoh dan wataknya. Latar tempat yang ada di dalam novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala adalah di kedai, Depok, “Aku masih duduk dalam kedai itu, ditemani dua cangkir kopi dingin yang bahkan nampaknya lebih setia untuk terus denganku daripada kamu yang telah beranjak. Keegoisanku mulai hadir, mendramatisi setiap hal yang telah terjadi. Bagaimanapun, aku tak pernah membayangkan kita kembali dipertemukan dalam situasi sepelik ini, setidaknya bagiku.” (halaman 149). Latar suasananya ada dalam kutipan naskah “Setelah kejadian di kedai kopi semalam, aku merasa butuh betul guru spritual. Dulu, setiap menghadapi masalah apapun di sekolah, aku hampir selalu menceritakannya ke bapak, termasuk masalah hati. Dan bapak, tak pernah mengharuskannya ini itu, ia hanya memberi berbagai pertimbangan hingga pada akhirnya aku sendiri yang menentukan.” (halaman 105). Latar waktunya ada dalam kutipan naskah “Kulihat arloji di tanganku: 14.32. Sementara telah bertahun-tahun aku merindukan jumpa ini, rupanya tak sampai dua jam kita bersua dan duduk berdua. Hidup terkadang memang lucu, dagelan dengan skenario tak tertebak yang terus menggelitiki kita dengan kesenangan dan kesedihan, dengan kebahagiaan juga kepedihan.” (halaman 149).
59
Tokoh-tokoh dalam novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala adalah tokoh-tokoh yang sholeh dan sholeha. Rijal Rafsanjani adalah anak laki-laki yang dididik di lingkungan yang religius. Bapaknya selalu berpesan agar di mana pun berada, harus senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai pedoman, dan Rasul sebagai teladan, sepetrti dalam kutipan naskah “Saat itulah bapak mengajarkan shalat istikharah. Tak kan menyesal orang yang istikharah, tak kan rugi dia yang bermusyawarah, katanya menyampaikan pesan Rasululallah. Maka malam itu, setelah bapak meninggalkanku untuk tidur, aku langsung menhapal doa shalat istikharah dan langsung mempraktikkannya.” (halaman 179). Hal ini juga didukung dengan kutipan naskah, “ Kita hanya perlu tahu caranya, dan untuk tahu caranya, barangkali kita hanya perlu mendekat dan bertanya pada Allah Yang Maha Tahu.” (halaman 180). Tokoh yang lain adalah Annisa Larasaty, seorang perempuan yang cantik dan sholehah, seperti dalam kutipan naskah “Upaya jabat tangan dari Syevi tak bersambut. Perempuan di depanku ini justru merapatkan kedua telapak tangannya, lantas menariknya menjauh ke arah dada.” (halaman 63). Hal ini juga didiukung dengan kutipan, “Bukan hal yang sulit mencari Kak Laras di kampus, menurut penuturan beberapa senior yang membimbing kami, aku hanya perlu menunggu di depan mushola sepuluh menit setelah jamaah shalat pertama selesai. Dan Kak Laras akan keluar dari mushala dengn wajah berserinya sambil membawa tas kecil berisi mukenah.” (halaman 80). “Oh iya, Rijal. Maaf jadinya kalau terkesan menggurui. Ini Tasya gak ada kabar, saya agak kurang nyaman di sini Cuma berdua apalagi ini udah malam. Pesanan saya dibatalin aja ya. Insya Allah kewajiban kamu udah gugur.” (halaman 115).
Berdasarkan uraian di atas, telah jelas bahwa adanya keterkaitan antara unsur-unsur yang diteliti, yakni unsur tema, latar, tokoh dan watak sehingga menghasilkan makna yang menyeluruh. Tema novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala ini adalah tentang mencintai karena Allah. Latar tempatnya adalah dari Depok sampai Wellington. Latar suasananya adalah sedih, senang, hening, terharu, marah, dan bingung. Latar waktunya adalah senja, maghrib, sore, malam, siang, dan pagi. Kedua tokoh utamanya, yakni Rijal Rafsanjani dan Annisa Larasaty adalah orang-orang yang sholeh dan sholehah, suka membantu, hormat dengan orang tua, taat beragama dan memiliki kepribadian yang baik. Jadi, makna yang dapat disimpulkan dari novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala adalah mencintai karena Allah.
2. Nilai Religius Novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala
Nilai religius adalah nilai yang mengandung keyakinan terhadap Tuhan, ketaatan menjalankan perintah agama, dan akhlak mulia terhadap siapa saja. Penelitian novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala meliputi akidah, syariat, dan akhlak yang dikaji dari dua tokoh utama yakni, Rijal Rafsanjani dan Annisa Larasaty. Berikut analisis data nilai religius novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala yang diuraikan
a. Aqidah
Nilai religius akidah dari kedua tokoh utama novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala adalah baik. Kedua tokoh utama memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Tuhan yang maha berkehendak. Segala hal yang ada di
61
dunia ini adalah tidak lepas dari kehendak Allah subhana wata’ala. Seperti tokoh Rijal Rafsanjani yang jika berjanji selalu menyebutkan kata Insya Allah. Karena Rijal Rafsanjani sadar bahwa janjinya dapat ia tepati jika Allah menghendaki atau mengizinkan ia menepati janjinya tersebut. Seperti kutipan naskah berikut, “Insya Allah, minggu depan. Mau kirim undangan, gak tau harus kirim ke mana” (halaman 18). Tokoh Rijal Rafsanjani tidak hanya sesekali mengucapkan kata Insya Allah jika berjanji. Namun, setiap berjanji ia akan mengucapkan kata Insya Allah kepada siapa pun. Seperti kutipan naskah berikut tokoh Rijal berbicara pada Syevi, teman kampusnya, “Ada masalah dengan status mahasiswa? Kalau soal mapan, saya udah mulai mandiri dengan mengajar. Sekarang sedang menggarap sebuah buku untuk diterbitkan, Insya Allah bisa nambah penghasilan.” (halaman 140).
Begitupun dengan tokoh Annisa Larasaty yang apabila berjanji juga menyebut kata Insya Allah. Berikut kutipan naskah dialog tokoh Annisa Larasaty , “Aslm Rijal, sore ini ada gathering Lampu Djalan. Meski kamu belum terdaftar resmi, kamu datang aja, Insya Allah ilmunya bermanfaat. Jam 4 di Teater Daun. Maaf mendadak ngabarinnya.” (halaman 120).
Para tokoh utama tidak hanya meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang maha berkehendak namun juga meyakini bahwa Allahlah yang maha pemberi kemudahan. Seperti kutipan naskah dialog tokoh Rijal Rafsanjani “Aku jadi sadar mengapa pikiranku begitu kalut dan tidak menentu beberapa hari terakhir ini. Bukan karena pilihan-pilihan dihadapanku begitu membingungkan, hanya saja aku lupa bermusyawarah dengan yang Maha Mencerahkan. Sebab Allah tak akan
memberikan kita beban lebih dari kesanggupan kita memikulnya. Ia tak akan menurunkan masalah yang tak bisa kita pecahkan.” (halaman 180). Selanjutnya tokoh Annisa Larasaty yang percaya bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Seperti kutipan naskah dialog “Kami percaya setiap orang dianugerahi potensi yang luar biasa oleh Allah, potensi yang unik dan berbeda-beda. Bisa dalam bentuk bakat, pengetahuan, atau keterampilan. Kami percaya setiap orang itu berarti, dan setiap orang punya jalan masing-masing. Tapi lihat deh, banyak orang, bahkan teman-teman di sekitar kita sendiri, yang nggak percaya diri dengan potensinya. Mereka cenderung merasa bukan siapa siapa sehingga berhak dan tidak perlu melakukan apa-apa.” (halaman 109-110).
Para tokoh tidak hanya mengucapkan kalimat yang baik saat berjanji. Namun, juga mengucapkan kalimat Alhamdulillah saat mendapatkan kabar gembira. Seperti tokoh Rijal Rafsanjani yang merasa senang dan bersyukur ketika diterima di Jurusan sastra Indonesia Universitas Indonesia. Seperti dalam kutipan dialog naskah “Iya, Pak. Alhamdulillah. Berkat doa bapak juga.”
Jadi, kedua tokoh utama novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala berdasarkan uraian di atas memiliki akidah yang baik.
b. Syariat
Dalam beragama, keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga harus dibarengi dengan menjalankan perintah yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai ibadah kepadaNya agar mendapat balasan kesenangan baik di dunia maupun di akhirat. Seperti perintah menjalankan salat lima waktu, membaca Al-Quran,
63
mempelajari agama Islam, menunaikan ibadah haji, dan ibadah-ibadah lainnya baik ibadah wajib maupun sunnah.
Seperti kedua tokoh utama dalam novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala yang menjalankan ibadah shalat lima waktu. Seperti kutipan naskah berikut, tokoh Rijal Rafsanjani shalat berjamaah dengan ibu dan bapaknya, “Kami beranjak dari tempat duduk masing-masing untuk mengambil wudhu, kemudian shalat berjamaah di ruang shalat. “ (halaman 38) . Tokoh Rijal Rafsanjani juga menjalankan shalat sunnah, hal itu tergambar dari kutipan naskah berikut, “Benar saja, beberapa malam aku melakukan shalat istikharah, hatiku semakin mantap dan jalanku semakin mudah. Panen kebun jagung bapak lebih melimpah dari biasanya, ada A Nda yang begitu banyak membantu, dan ibu pelan-pelan mulai mengikhlaskan kepergianku ke UI selapang-lapangnya.” (halaman 179).
Begitu pun dengan tokoh Annisa Larasaty yang tak pernah meninggalkan shalatnya dan taat menjalankan perintah agama. Seperti kutipan naskah berikut, “Bukan hal yang sulit mencari Kak Laras di kampus, menurut penuturan beberapa senior yang membimbing kami, aku hanya perlu menunggu di depan mushola sepuluh menit setelah jamaah shalat pertama selesai. Dan Kak Laras akan keluar dari mushola dengan wajah berserinya sambil membawa tas kecil berisi mukena.” (halaman 80).
Berdasarkan uraian di atas, kedua tokoh utama adalah orang-orang yang taat dalam beribadah seperti melaksanakan shalat lima waktu dan melaksanakan shalat sunnah.
c. Akhlak
Akhlak adalah gambaran hati seseorang yang dilakukan reflek tanpa dibuat-buat. Akhlak yang baik dapat berupa patuh dan hormat terhadap orang tua, peduli terhadap orang lain, saling menyapa, menghormati dan menasehati, serta akhlak baik lainnya. Seperti tokoh Rijal Rafsanjani yang sangat patuh dan menghormati orang tuanya. Seperti kutipan naskah berikut, “Ambilin air putih anget.” Aku segera bergegas ke dapur. Teh Zaenab memberikan minum itu pada ibu, sampai ibu sadar sepenuhnya.” (halaman 33). Rijal Rafsanjani juga baik kepada orang yang belum dikenalnya sama sekali. Seperti kutipan naskah berikut, “Di dekat kakinya, selembar kertas berisikan tabel dan angka-angka yang kucurigai sebagai nilai raport hampir terbang tertiup angin. Buru-buru aku mengambilnya. Syaweli Saputra, nama yang tertulis dengan huruf tebal di pojok kanan kertas tersebut. Aku menepuk bahu laki-laki necis di depanku itu.“Maaf, ini kayaknya ada berkas yang jatuh. Itu, mapnya kebuka.” Laki-laki itu menengok, menampakkan seluruh wajahnya yang bersih tanpa keringat. Tangan kanannya memindahkan tisu ke tangan kiri. Sambil tersenyum, ia mengambil kertas yang kusodorkan.” (halaman 56).
Para tokoh juga saling menyapa dengan baik. Seperti tokoh Annisa Larasaty yang menyapa mahasiswa baru di kampusnya. Seperti kutipan naskah berikut ini, “Halo..Selamat datang di stan Sastra Indonesia!” (halaman 63). Tokoh Annisa Larasaty juga suka membantu sesama. Seperti kutipan naskah berikut, “Aku mungkin bisa bantu kalau kebetulan luang, tapi kalau mau pelatih yang lebih baik yang laki-laki saja biar bisa lebih leluasa dari segi waktu dan interaksi.
65
Kabarin aja kalau mau latihan, kalau sempat aku datang asal jangan jauh-jauh dari kampus dan jangan terlalu malam, Jal.” (halaman 86)
Berdasarkan uraian di atas, kedua tokoh utama Rijal Rafsanjani dan Annisa Larasaty memiliki akhlak yang baik.
Disimpulkan bahwa kedua tokoh utama novel Tuhan Maha Romantis karya Azhar Nurun Ala yakni Rijal Rafsanjani dan Annisa Larasaty adalah orang-orang yang memiliki nilai religius yang mencakup akidah, syariat, dan akhlak.