• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III HASIL PENELITIAN

B. Analisis Data Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disajikan dalam bentuk prosentase yang telah dideskripsikan, kemudian data hasil penelitian dianalisis.

Analisis data hasil penelitian memberikan gambaran data secara jelas mengenai: urutan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode pembelajaran yang digunakan, media yang digunakan, serta waktu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

1. Urutan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dari hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri yang ada di Jakarta Timur selalu mengurutkan kegiatan pembelajaran yang dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Sebagaimana data menunjukan bahwa sebagian besar responden (50%) selalu mengurutkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kemudian kegiatan penutup. Sebagaimana hal ini selalu dilakukan oleh dua orang guru yang berasal dari SMP Negeri 255 Jakarta atas nama Bapak Taufik dan SMP Negeri 195 Jakarta atas nama Ibu Nina.48 Hal ini berarti guru sudah mampu mengatur waktu kegiatan belajar dengan baik. Sedangkan sebagian guru lainnya (50%) tidak selalu mengurutkan seperti halnya yang dilakukan oleh dua orang guru yang berasal dari SMP Negeri 202 Jakarta atas nama Bapak Ridwan dan Pak Jamal.49 Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan waktu yang tersedia dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Dan pada jam

48 Berdasarkan Kegiatan Observasi terhadap Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 255 dan SMP Negeri 195 Jakarta, Taufik dan Nina, Kamis 01 Februari 2018 pukul 10:47-12.48 wib

49 Berdasarkan Kegiatan Observasi terhadap Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 202 Jakarta, Ridwan dan Jamal, Kamis 01 Februari 2018 pukul 13.24 wib

61

pelajaran tertentu guru tidak lagi melakukan kegiatan pendahuluan tetapi langsung pada kegiatan inti.50 Mengurutkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting agar kegiatan belajar mengajar menjadi lebih terarah dan sistematis.

Pada tahap pendahuluan, seluruh guru (100%) bidang studi Pendidikan Agama Islam menyampaikan tujuan khusus pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilaksanakan agar siswa dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan siswa tidak merasa sia-sia karena telah mempelajari suatu pelajaran. Dari sini jelas berarti guru sudah memiliki pemahaman mengenai pentingnya penyampaian tujuan khusus pembelajaran.

Ada beberapa hal menarik terkait di tahap pendahuluan salah satunya yaitu seperti yang dilakukan oleh guru SMP Negeri 202 yaitu Bapak Jamal. Setiap kali kegiatan belajar-mengajar yang dilakukannya beliau selalu mengintruksikan agar siswa-siswinya menyanyikan lagu wajib nasional berupa lagu “Indonesia Raya”. Hal ini demi mendukung terbentuknya karakter siswa berupa cinta tanah air. Beliau selalu memadukan kegiatan ini dalam setiap kali kegiatan pembelajaran PAI di sekolah tersebut. Bahkan, beliau sering kali mengutamakan kegiatan ini dibandingkan dengan kegiatan membaca al-Qur’an. Di mana kegiatan membaca al-Qur’an selalu beliau lakukan ketika sudah memasuki tahap kegiatan inti serta hanya yang berkaitan dengan materi yang diajarkannya saja.51

Penyampaian tujuan pembelajaran yang disampaikan sebagian guru (50%) sesuai dengan yang ditulis dalam satu pertemuan. Hal ini berarti guru beranggapan bahwa semua tujuan pembelajaran yang tercantum

50

Pengisian Angket oleh Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 255 Jakarta, Taufik Hidayat, Senin 08 Januari 2018 pukul 19:30 wib

51

Berdasarkan Kegiatan Observasi terhadap Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 202 Jakarta, Ridwan dan Jamal, Kamis 01 Februari 2018 pukul 13.24 wib

dalam satu pertemuan sangat penting diketahui siswa. Sedangkan sebagian guru lainnya (50%) hanya menyampaikan garis besarnya saja/yang penting-pentingnya saja dari tujuan khusus pembelajaran yang tercantum dalam satu pertemuan. Hal ini tergantung dari waktu jam pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dianggap tidak mencukupi.

Seusai menyampaikan tujuan pembelajaran, sebagian guru (50%) menyatakan bahwa seluruh siswa termotivasi untuk memulai pelajaran baru, sedangkan sebagian guru lainnya (50%) menyatakan hanya sebagian siswa yang termotivasi. Hal ini kemungkinan siswa yang termotivasi atau tidaknya bergantung pada materi pembelajaran yang akan dipelajarinya. Sebagian besar siswa termotivasi ketika guru menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi yang selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari baik itu al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak dan Fikih. Sedangkan terdapat sebagian kecil siswa yang kurang termotivasi ketika guru usai menyampaikan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan materi sejarah Islam. Bukan tanpa alasan, karena biasanya siswa lebih sering disuguhkan dengan pembelajaran sejarah yang sifatnya monoton dan kurang menarik seperti disuguhkan dengan bercerita dan membaca buku. Lain halnya dengan siswa yang disuguhkan dengan pembelajaran sejarah seperti menonton film keteladanan dan lain sebagainya.

Penjelasan deskripsi singkat isi pembelajaran dilaksanakan oleh seluruh guru (100%) Pendidikan Agama Islam, hal ini dilaksanakan agar siswa dapat mengetahui dan memiliki gambaran menyeluruh mengenai materi yang akan dipelajarinya.

Penjelasan mengenai relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa selalu dilaksanakan oleh seluruh guru (100%) Pendidikan Agama Islam. Relevansi ini dilaksanakan agar siswa mengetahui hubungan yang akan dipelajarinya dengan kegiatannya sehari-hari dan guru juga dapat mengetahui bagaimana dan sejauh mana pengalaman yang dimiliki

63

siswanya dan ini dapat menunjukkan kepedulian guru terhadap siswa. Selain itu, sebagian besar guru juga mengkaitkan materi pelajaran dengan peristiwa-peristiwa aktual, hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.

Kegiatan membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan pada tahap kegiatan awal sangat penting untuk dilaksanakan, karena dengan adannya kegiatan ini siswa menjadi terbiasa dengan membaca Al-Qur’an dan dapat menunjang mereka untuk memperlancar bacaan siswa. Seluruh guru Pendidikan Agama Islam (100%) selalu melaksanakan kegiatan membaca Al-Qur’an karena mereka menyadari kegiatan ini sangatlah penting dan mereka juga dapat dikatakan mampu mengatur waktu jam pelajaran yang sedikit menjadi sangat efektif.

Pada tahap penyajian dalam kegiatan pembelajaran, sebagian guru (25%) Pendidikan Agama Islam dalam menyajikan materi tentang akidah akhlak dengan cara penyajiannya yaitu menjelaskan materi pelajaran kemudian memerintahkan siswa menerapkannya sehari-hari melalui proses pembiasaan. Sedangkan sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam lainnya (75%) hanya sekedar menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberikan contoh keteladanan yang didukung oleh cerita mengenai Rasulullah.

Dalam kegiatan inti, pada tahap penyajian dalam menyajikan atau mengajarkan materi Al-Qur’an pada kegiatan membaca. Sebagian guru Pendidikan Agama Islam melaksanakan kegiatan membaca Al-Qur’an kemudian siswa mengikuti bersama-sama. Cara seperti ini tidak menjamin bahwa siswa dapat menyerap pembelajaran karena bisa saja siswa hanya mengikuti, tetapi ketika siswa harus membaca sendiri ia tidak mampu membaca dengan benar. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh salah satu guru yang bernama Jamal. Beliau hanya melakukan kegiatan membaca al-Qur’an kemudian siswa/i mengikuti bacaannya. Bahkan tidak jarang juga

siswa/i diintruksikan untuk membaca al-Qur’an secara mandiri. Namun sayangnya beliau tidak melakukan klarifikasi terhadap kesalahan-kesalahan dalam membaca al-Qur’an yang dilakukan siswa/i-nya tersebut.

Sedangkan sebagian kecil guru memerintahkan siswa membaca perorangan kemudian bapak/ibu guru membenarkan, hal ini lebih baik karena siswa akan mengetahui apa kesalahannya dan perbaikannya. Sebagian kecil lagi guru melaksanakan kegiatan membaca kemudian diikuti siswa, siswa membaca perorangan guru membenarkan. Kegiatan ini dapat dikatakan lebih tepat guna mengingatkan tidak seluruh siswa telah memiliki kemampuan awal membaca Al-Qur’an. Justru dengan diawali oleh guru maka siswa yang tidak memiliki kemampuan membaca tersebut dapat mendengarkan dengan baik dan juga ketika diperintahkan untuk membaca perorangan siswa sudah mengetahui bacaannya.

Untuk menyajikan atau mengajarkan materi akidah, sebagian besar guru menjelaskan materi pelajaran kemudian memberi contoh kongkrit. Memberikan contoh kongkrit dapat membantu siswa untuk lebih memahami isi pelajaran. Sebagian kecil guru menjelaskan contoh nyata yang berkaitan dengan materi pelajaran kemudian menjelaskan, hal ini baik dilakukan karena jika contoh kongkrit yang diberikan dalam bentuk cerita, siswa dapat belajar memahami sebuah cerita dan mampu mengerti makna yang terkandung dalam cerita tersebut. Sedangkan sebagian kecil guru lainnya memutarkan film, selanjutnya siswa menyimpulkan di lembar tugas, hal ini sangat baik dilakukan karena dapat lebih menumbuhkan semangat belajar siswa dan berarti dapat dikatakan sarana yang tersedia di sekolah sangatlah mendukung proses kegiatan mengajar.

Untuk mengajarkan materi tarikh atau sejarah Islam, sebagian kecil guru mengajak siswa berdiskusi mengenai materi pelajaran, dengan diskusi siswa mampu menuangkan hasil-hasil pemikirannya dari kegiatan ini guru dapat mengetahui nama siswa yang memiliki kemampuan lebih

65

dan tidak, juga dapat melatih siswa untuk berfikir kritis. Sedangkan sebagian kecil guru melaksanakan tinjauan kepustakaan bersama siswa, dilakukan agar siswa dapat membaca lebih banyak buku sejarah dan mengetahui banyak mengenai sejarah Islam lainnya yang tidak terdapat di buku pegangan wajib. Sedangkan sebagian guru lainnya menjelaskan materi, melakukan tinjauan kepustakaan, tanya jawab, dan pemutaran film sejarah. Jika waktu memungkinkan dan media tersedia hal ini sangat tepat guna untuk diterapkan, karena menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih bervariasi dan siswa tidak akan merasa jenuh.

Untuk mengajarkan materi praktik. Sebagian guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memperagakan dan siswa mengikuti, sebagian guru lainnya memerintahkan siswa memperagakan, guru menjelaskan dan membenarkan kemudian memberi contoh yang benar. Untuk materi praktik seperti ibadah (wudhu, tayammum dan sholat) memang harus diperagakan. Jika hanya disuguhkan dengan teori maka sangatlah kurang baik karena siswa harus menerapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Maka dari itu, guru dianggap sudah mengerti apabila apa yang disampaikan dalam pembelajaran dapat diterima dengan baik seperti yang diuraikan di atas.

Setelah selesai pelaksanaan kegiatan belajar mengajar sebagian kecil guru selalu melaksanakan tes formatif untuk mengukur sejauhmana materi dapat dikuasai oleh siswa juga untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam mengajar. Sedangkan sebagian kecil tidak selalu melaksanakan tes formatif. Hal ini karena waktu yang tersedia hanya sedikit dan biasanya untuk tes dilaksanakan khusus di hari yang ditentukan guru. Sebagian besar guru yang melaksananakan tes formatif memberikan tes secara lisan dan tulisan, dan sebagian kecil dengan praktek. Setelah tes dilaksanakan sebagian besar guru memberitahukan kepada siswa hasil tesnya, karena hal ini dapat dijadikan umpan balik dan siswa dapat melihat sejauhmana kemampuannya dalam menguasai matei. Sebagian besar guru ada yang

mengadakan tindak lanjut terhadap hasil tes siswa yang kurang mencapai KKM, sebagian besar guru menyatakan bagi siswa yang hasil tesnya kurang dapat mengikuti tes perbaikan atau mengerjakan tugas lain sebagai tambahan nilai.

2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Dalam menyajiakn materi pelajaran, seorang guru haruslah mengetahui dan dapat menggunakan metode yang sesuai dengan materi, tujuan dan keadaan siswanya. Pemilihan dan penggunaan metode yang sesuai dan tetap dapat membantu memudahkan kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Pada umumnya metode yang sering digunakan oleh seluruh guru baik di SMP Negeri 195, SMP Negeri 202 maupun SMP Negeri 255 Jakarta Timur adalah metode ceramah, diskusi, bermain peran, studi kasus, praktikum, karya wisata, problem based learning (pemecahan masalah) dan tanya jawab.52 Metode ini memang biasa digunakan terlebih Kurikulum 2013 menuntut guru untuk memusatkan kegiatan pembelajaran yang diorientasikan pada siswa (student centre).53 Hal ini dilaksanakan agar siswa dapat menuangkan hasil-hasil pemikirannya dan juga melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

Sebagian besar guru ada yang menggunakan metode ceramah54 dan sebagian kecil guru menggunakan metode pemecahan masalah.55 Hal

52

Pengisian Angket oleh Keempat Guru Bidang Studi PAI dari SMP Negeri 195 Jakarta, SMP Negeri 202 Jakarta dan SMP Negeri 255 Jakarta, Ridwan, Jamal, Nina Suryani dan Taufik Hidayat, Senin 08 Januari 2018

53

Berdasarkan hasil evaluasi microteaching dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah Microteaching, Muslihin, Rabu 21 Desember 2016 pukul 13:30 wib

54 Berdasarkan Kegiatan Observasi terhadap Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 202 Jakarta, Ridwan dan Jamal, Kamis 01 Februari 2018 pukul 13.24 wib

55

Berdasarkan Kegiatan Observasi terhadap Guru Bidang Studi PAI SMP Negeri 255 Jakarta, Taufik, Kamis 01 Februari 2018 pukul 10:47-12.48 wib

67

tersebut perlu dilakukan agar ketika siswa masuk dalam lingkup masyarakat luas, siswa mampu memecahkan suatu permasalahan dengan memberikan solusinya.***

Sebagian besar ada juga yang menggunakan metode praktikum, digunakan agar siswa dapat langsung melatih dan melaksanakan praktik di kehidupan sehari-hari, karena sudah mengetahui tata caranya. Sebagian kecil lainnya menggunakan metode demonstrasi. Metode ini diperlukan untuk mengajarkan materi yang sifatnya praktik dan ada juga yang menggunakan metode Qiroah. Metode Qiro’ah digunakan untuk materi yang memerlukan kegiatan latihan seperti membaca al-Qur’an tutor sebaya. Hal ini berarti guru sudah mampu menyiapkan media berupa VCD dan guru sudah mampu mengembangkan metode mengajarnya. Penggunaan metode ini tergantung dari materi, tujuan yang ingin dicapai, jumlah siswa, lingkungan belajar siswa dan juga pertimbangan lainnya.

Dalam pengunaan metode pembelajaran sebagian besar guru menyesuaikan pengunaan dengan tujuan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Besar kemungkinannya bahwa dari keempat guru ini menurut peneliti sudah pernah mengikuti pelatihan-pelatihan pendidikan sehingga mereka mengerti bahwa metode yang digunakan harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Apalagi tuntutan kurikulum 2013 sangatlah mengharuskan guru untuk menguasai berbagai metode bahkan bila perlu mengkombinasikannya dalam setiap kegiatan belajar-mengajar di kelas.56 Sedangkan sebagian kecil guru lainnya tidak selalu menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, karena bisa saja lingkungan belajar tidak memungkinkan serta sarana dan prasarana belum tersedia.

Banyak metode yang dapat digunakan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Pengunaannya tergantung pada guru, materi pemebalajaran dan

56

Berdasarkan hasil evaluasi microteaching dengan Dosen Pengampu Mata Kuliah Microteaching, Muslihin, Rabu 21 Desember 2016 pukul 13:30 wib

keadaan siswa itu sendiri. Sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam selalu mengkombinasikan metode pembelajaran agar metode belajar lebih bervariasi dan siswa tidak menjadi jenuh. Hal ini didukung dengan kemampuan guru yang memiliki pengetahuan luas terkait berbagai macam metode. Sedangkan sebagian kecil guru Pendidikan Agama Islam tidak selalu mengkombinasikan. Dalam suatu kegiatan pembelajaran terkadang bisa saja menggunakan satu metode tergantung dari banyaknya materi dan jumlah waktu yang tersedia.

Dalam memilih metode yang digunakan jumlah siswa dapat dijadikan dasar pemilihan metode. Sebagian kecil guru Pendidikan Agama Islam selalu menjadikan jumlah siswa sebagai dasar pemilihan metode. Sedangkan sebagian besar tidak selalu menjadikan jumlah siswa sebagai dasar pengunaan metode dan sebagian kecil lainnya tidak pernah menjadikan siswa sebagai pertimbangan untuk pemilihan metode. Jika jumlah siswa tidak dijadikan dasar berarti dapat dikatakan guru kurang mampu menerapkan metode yang tepat dan kurang memiliki pengetahuan yang luas mengenai metode belajar. Guru diharuskan untuk mampu menyesuaikan pengunaan metode dengan materi pembelajaran, hal ini perlu dilakukan agar siswa mampu menyerap informasi dengan baik.

Berikutnya yaitu tentang metode pembelajaran yang biasa digunakan untuk mengajarkan materi yang berhubungan dengan akhlak. Seluruh guru menggunakan metode diskusi, sebagian besar lainnnya melakukan tanya jawab dan studi kasus. Tujuannya agar kegiatan pembelajaran menjadi kaya akan wawasan dan pengetahuan. Bukan sebaliknya dimana guru sepenuhnya memberikan ceramah sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru itu sendiri sehingga melupakan kekayaan hasanah pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Selain itu, diperkuat juga dengan adanya metode tanya jawab yang akan menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi tidak pasif. Sebagian kecil menggunakan meode ceramah, metode bermain peran dan keteladanan digunakan agar siswa

69

dapat mencontoh seseorang yang patut dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.

Metode yang biasa digunakan untuk mengajarkan materi Al-Qur’an ada sebagian guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk mengajarkan pelajaran yang berupa teori, kandungan ayat dan kisah turunnya Al-Qur’an, sedangkan sebagian besar guru menggunakan metode Qira’ah untuk mengajarkan cara membaca surat-surat pilihan.

Terkait materi tentang akidah, seluruh guru menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan materi yang sifatnya teori.57 Sebagian besar guru lainnya menggunakan metode tanya jawab. Biasanya dilaksanakan setelah guru menjelaskan materi yang dilakukan agar kelas lebih hidup dan siswa menjadi aktif, tidak diam dan mendengar saja. Bahkan seluruh guru juga menggunakan metode diskusi, dimana biasanya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Metode ini baik digunakan karena dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan hasil pemikirannya dan siswa bisa bertukar informasi dengan teman lainnya. Sedangkan sebagian kecil lainnya menggunakan metode studi kasus dan metode keteladanan. Metode ini sangat berguna karena siswa dapat melihat contoh yang baik dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk materi ibadah/fikih, seluruh guru Pendidikan Agama Islam menggunakan metode ceramah yang digunakan untuk menyampaikan materi yang bersifat teori dan metode pratikum untuk materi yang bersifat praktik atau psikomotorik. Sebagian besar lainnya menggunakan metode tanya jawab, dan sebagian kecil menggunakan metode diskusi.58

57

Pengisian Angket oleh Keempat Guru Bidang Studi PAI dari SMP Negeri 195 Jakarta, SMP Negeri 202 Jakarta dan SMP Negeri 255 Jakarta, Ridwan, Jamal, Nina Suryani dan Taufik Hidayat, Senin 08 Januari 2018

58 Pengisian Angket oleh Keempat Guru Bidang Studi PAI dari SMP Negeri 195 Jakarta, SMP Negeri 202 Jakarta dan SMP Negeri 255 Jakarta, Ridwan, Jamal, Nina Suryani dan Taufik Hidayat, Senin 08 Januari 2018

Untuk materi tarikh/sejarah sebagian besar menggunakan metode ceramah dan karya wisata. Hal ini demi menunjang pembelajaran yang lebih menyenangkan. Selain itu, siswa juga dapat menemukan informasi terbaru dengan siswa lainnya.

3. Media pembelajaran yang digunakan dalam Pendidikan Agama Islam

Media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam media yang sering digunakan oleh guru Pendidikan buku sumber Penddikan Agama Islam, Al-Qur’an dan Hadits karena merupakan sumber dan dasar Pendidikan Agama Islam, gambar-gambar bangunan bersejarah digunakan untuk mengetahui tempat-tempat terjadinya sejarah, tempat ibadah untuk melaksanakan praktek sholat dan mebaca Al-Qur’an dan sebagian kecil guru sering menggunakan media audio visual, penggunaan media ini tergantung dari sarana dan prasarana yang ada di sekolah, karena tidak seluruh sekolah memiliki dan menggunakan media audio visual.59

Penggunaan media pembelajaran haruslah disesuaikan dengan materi, metode dan lingkungan belajar. Sebagian besar guru selalu menyesuaikan penggunaan media pembelajaran dengan materi, metode dan lingkungan belajar. Penyesuaian dilakukan agar media menjadi tepat guna. Dan sebagian kecil guru tidak selalu menyesuaikannya. Hal ini tergantung dari ketersediaan sekolah dalam menyediakan berbagai media pembelajaran. Sedangkan sebagian kecil guru lainnya tidak pernah menyesuaikan media pembelajaran dengan materi dan kondisi lingkungan belajar. Hal ini berarti guru kurang memiliki kemampuan untuk menentukan media yang cocok

59

Pengisian Angket oleh Keempat Guru Bidang Studi PAI dari SMP Negeri 195 Jakarta, SMP Negeri 202 Jakarta dan SMP Negeri 255 Jakarta, Ridwan, Jamal, Nina Suryani dan Taufik Hidayat, Senin 08 Januari 2018

71

dan cenderung kegiatan belajar-mengajar akhirnya menjadi tidak berkembang.

4. Waktu yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Waktu jam pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya tiga jam pelajaran dalam satu minggu. Dengan waktu yang sedikit ini guru Agama Islam harus mengatur penggunaan waktu sebaik mungkin. Hanya sebagian kecil guru mengatakan bahwa materi pelajaran dapat dituntaskan pada waktu yang bersamaan dan sebagian besar mengatakan tidak selalu tuntas, ini karena ada beberapa materi yang memerlukan beberapa pertemuan untuk menyelesaikannya. Apabila materi tidak tuntas dipelajari pada waktu yang sama, sebagian besar guru akan melanjutkan mengajar materi tersebut di pertemuan berikutnya. Akan tetapi apabila tidak dilanjutkan pada pertemuan berikutnya sebagian kecil guru memerintahkan siswa untuk membaca buku sumber Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan karena pertimbangan waktu yang sedikit sedangkan materi lainnya masih banyak yang belum dipelajari. Sebagian besar guru mengatakan bahwa waktu yang disediakan untuk mengajar Pendidikan Agama Islam tidak selalu mencukupi dan sebagian kecil lainnya mengatakan tidak pernah mencukupi karena materi yang diajarkan cukup banyak.

Sebenarnya untuk hal itu guru harus bisa mengatur waktu dengan baik agar seluruh materi dapat diajarkan. Begitu pula dengan waktu yang diberikan guru kepada siswa untuk mengerjakan tugasnya. Sebagian kecil guru mengatakan waktu yang diberikan kepada siswa selalu mencukupi, ini berarti guru sudah mampu mengatur waktu dengan baik dan sebagian besar mengatakan tidak selalu mencukupi. Jika demikian, maka sebagian guru menyatakan memberikan tambahan waktu kepada siswa unuk menyelesaikan pekerjaaannya jarang sekali dijadikan tugas rumah atau pekerjaan rumah.

Dokumen terkait