• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Data Klimatologi a.Suhu Udara

Dalam dokumen LAPORAN PRATIKUM KLIMATOLOGY (Halaman 30-37)

G. ALAT PENGUKUR TEMPERATUR TANAH a. Termometer tanah berumput

4.2 Analisis Data Klimatologi a.Suhu Udara

Adanya kenaikan dan penurunan suhu disebabkan adanya pengaruh radiasi matahari, sehingga energi dari panas bumi dapat dikembalikan lagi ke atmosfer sebagai gelombang pendek. Terjadinya perubahan suhu dari bulan ke bulan selama satu tahun juga dapat disebabkan oleh pengaruh intensitas penyinaran radiasi matahari atau terjadinya insolation (incoming solar radiation). semakin tinggi intensitas matahari yang diikuti oleh curah hujan yang cukup tinggi akan menyebabkan suhu menjadi semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Radiasi tinggi berarti suhu akan semakin tinggi, hal ini mengingat besarnya sinar matahari yang sampai ke bumi mengakibatkan meningkatnya panas bumi. Pada grafik suhu vs bulan dapat dilihat fluktuasi temperatur bulanannya cukup kecil (pada daerah sekitar khatulistiwa fluktuasi cukup kecil). Namun pada bulan Juli ke Agustus serta November menuju Desember terjadi kenaikan suhu yang cukup tinggi di bandingkan bulan-bulan lainnya.

b. Kelembaban Udara

Pada grafik dapat dilihat bila kelembaban pada bulan Januari hingga bulan Juli Relatif tetap dan bila terjadi penurunan sangat kecil. Hal ini terjadi karena banyaknya uap air yang terkandung dalam udara di suatu daerah relatif tetap. Namun pada bulan Juli hingga bulan Agustus terjadi penurunan walaupun hanya berkisar 10 %. Dan pada bulan Agustus hingga bulan september terjadi kenaikan yang relatif rendah. Kenaikan dan penurunan kelembaban udara di Indonesia relatif rendah karena Indonesia merupakan daerah di khatulistiwa yang memiliki iklim tropis basah. Sehingga terdapat pemanasan yang hampir sama di setiap bulannya dan selalu menerima hujan di setiap tahun.

c. Panjang Penyinaran.

Dari grafik di atas dapat dilihat bila panjang penyinaran tertinggi terjadi pada bulan Agustus, sedangkan panjang penyinaran terkecil terjadi pada bulan November yang kemudian diikuti oleh kenaikan yang cukup tinggi di bulan Desember. Panjang penyinaran yang lama mempengaruhi kelembaban udara. Panjang penyinaran disebabkan oleh keadaan musim yang berubah (pancaroba) dari musim panas ke musim hujan dan dipengaruhi oleh letak lintang. Selain itu panjang penyinaran juga dapat disebabkan oleh intensitas radiasi matahari. intensitas sinar matahari yang tinggi akan menyebabkan tingginya panjang penyinaran.

d. Evaporasi

Pada grafik di atas memberi gambaran dari hasil pengamatan bahwa tingkat evaporasi pada bulan Januari hingga Desember selalu bervariasi. Titik terendah tingkat evaporasi terjadi pada bulan Februari, sedangkan evaporasi tertinggi terjadi pada bulan September. Tingkat evaporasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain curah hujan, kecepatan angin, temperatur, kelembaban relatif, jumlah vegetasi pada daerah tersebut dan lain-lain. Misalnya, jika curah hujan tinggi maka kelembaban relatif juga akan meningkat. Hal ini akan menyebabkan menurunnya evaporasi.

e. Curah Hujan

Berdasarkan grafik di atas, curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan Februari, sedangkan curah hujan yang terendah terjadi pada bulan September. Pada grafik curah hujan menunjukkan kondisi curah hujan yang tidak teratur dari bulan ke bulan selama satu tahun. Di Indonesia sendiri hanya terdapat dua musim yaitu, musim hujan dan musiam kemarau hal ini tentu saja mempengaruhi banyak curah hujan. Musim hujan terjadi antara bulan November hingga bulan Februari, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April hingga bulan Oktober yang menyebabkan curah hujan relatif sangat rendah. Musim hujan tertinggi berpeluang untuk terjadi pada bulan Februari, sedangkan peluang untuk musim hujan terkecil

adalah bulan September. Ketinggian curah hujan perbulan bergantung pada nilai curah hujannya.

f. Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang terendah terjadi pada bulan Januari, sedangkan kecepatan angin terbesar terjadi pada bulan September. Pada grafik terlihat bahwa kecepatan angin terlihat berfluktuasi setiap bulannya. Perbedaan kecepatan angin diakibatkan oleh pengaruh rotasi bumi terhadap matahari. Dimana rotasi bumi akan menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam. Perubahan pasang surut air laut. Semakin cepat arah angin yang bergerak menuju utara atau arah selatan khatulistiwa akan sangat mempengaruhi kecepatan angin di setiap bulan pada daerah pengamatan.

g. Iklim untuk pertanian

 Iklim salah satu faktor pembatas pertumbuhan & perkembangan tanaman

 Tidak teraturnya iklim dan perubahan awal musim (hujan atau kemarau)

 Di Indonesia yang daerah tropis curah hujan merupakan faktor pembatas yang terpenting.

 Unsur lain yang juga berpengaruh a.l: suhu, angin, kelembapan dan sinar matahari (As Syakur, 2007).

- Curah hujan Definisi :

Ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat datar tertampung air setinggi1 millimeter atau tertampung air sebanyak 1 liter.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 CH DASARIAN (mm)

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

99 131 141 87 83 83 68 83 100 59 90 60 50 31 33 50 49 32 25 21 25 14 25 13 13 14 29 42 51 64 62 90 103 75 119 119

Gb. Grafik Curah Hujan Rata-rata Dasarian Kertak Hanyar Kab. Banjar

- Masalah Yang Berhubungan Dengan Awal Musim Hujan 1. Hujan Tipuan (False Rain)

Hujan Ekstrim Di Musim Hujan Jeda Musim (Season Break) Musim Hujan Berakhir Awal.

h. Kondisi & Potensi Wilayah Kalimantan Selatan

Luas Wilayah : 3.753.052 Ha Kondisi Iklim :

Umumnya termasuk tipe iklim B (klasifikasi Schmidt dan Ferguson). Curah hujan antara 2.200 – 2.600 mm/th. Potensi Lahan yang tersedia di

Kalimantan Selatan sangat potensial untuk dikembangkan komoditas Unggulan, khususnya bidang Pertanian dan Perkebunan sesuai dengan karakteristik wilayah.

- Kesesuaian Iklim Karet

Karakteristik iklim Kelas Kesesuaian

S1 S2 S3 N1 N2 Suhu Rata-rata tahunan (°C) 26 – 30 >30– 34 24 -< 26 Td 22-24 >23 >22 Ketersediaan air -Bulan Kering (<75mm) 1-2 >2-4 Td >4 Curah hujan/tahun (mm) 2500-3000 >3000-35002000-<2500 >3500-40001500-<2000 >4000<1300

Tabel. Kesesuaian Iklim Karet

- Kesesuaian Iklim Kelapa Sawit Karakteristik iklim Kelas Kesesuaian S1 S2 S3 N1 N2 Suhu Rata-rata tahunan (°C) 25-28 >28– 32 22 -< 25 >32-3520-<22 Td >35>20 Ketersediaan air -Bulan Kering (<75mm) <2 >2-3 >3-4 Td >=1 Curah hujan/tahun (mm) 2000-3000 >1750-2000 1250-1750 Td >3000 <1250

i. Permasalahan

Isu deforestasi, keanekaragaman hayati dan “rakus air” akhir -akhir ini memojokkan perkebunan sawit di Indonesia karena dituding luar negeri maupun dari dalam negeri sebagai penyebab utama. Padahal minyak sawit memberikan konstribusi sangat nyata terhadap pembangunan sosial dan ekonomi bangsa. 2010 produksi minyak sawit Indonesia menyentuh > 21,9 juta ton ± 47% produksi minyak sawit dunia. Konservasi keanekaragaman hayati dan air ini seharusnya dilihat dan dicermati secara bijak.

Kelapa sawit merupakan perkebunan yang berfungsi ganda : tanaman yang bernilai ekonomis tinggi, sumber pendapatan, lapangan pekerjaan, pendapatan ekspor non migas, sembako dan juga sebagai media melestarikan alam dan lingkungan. Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan sawit untuk menyimpan air lebih rendah dibandingkan karet misalnya, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan tindak budidaya sawit yang benar (Rusmayadi, 2011)

Untuk menjamin ketersediaan air di lapangan selama periode pertumbuhan tanaman sawit dan juga lingkungan sekitar kawasan perkebunan, maka langkah yang dilakukan oleh manajemen perkebunan adalah dengan mempertahankan wilayah konservasi sebagai penampung air alami (water catchmant area), rorak berukuran 180 x 180 x150 cm untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah dan membuat embung besar yang luasnya puluhan hektar.

Upaya konservasi telah dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit, maka ketersediaan air akan lebih terjamin. Hal ini dapat menjadi model menjembatani agrobisnis dengan upaya konservasi. Jadi kebun sawit selain sebagai media untuk melestarikan alam dan lingkungan, untuk konservasi keanekaragaman-hayati, sumber air tanah, juga untuk pencegahan tanah longsor, produksi oksigen (O2), penyerapan emisi karbon dioksida (CO2) dan permintaan akan bio-diesel akan meningkat signifikan sebagai implementasi kebijakan energi nasional. Di samping itu, perkebunan kelapa sawit juga punya kemampuan penyerapan CO2 yang tinggi (2,5 ton/ha/th) sangat berguna mengurangi konsentrasi CO2 di udara yang merupakan GRK yang menyebabkan pemanasan global.

j. Teknologi Dan Inovasi Budidaya Tanaman Tahunan Yang Tekno-Ekologis 1. Teknologi Adaptasi

 Perbaikan teknik budidaya : penanaman tanaman penutup tanah (cover crop) agar mempertahankan kelembapan tanah, pemupukan pupuk organik, penambahan fosfat & kalium, perbaikan pemangkasan, pengaturan pengairan.

 Pergantian komoditas (dengan yang tahan kekeringan) 2. Teknologi Mitigasi

 Mempertahankan tanaman tahunan yang hidroorologis (yang mampu mengikat air).

 Pengelolaan limbah : limbah dapat jadi pupuk atau pakan yang berguna secara ekonomis dengan penggunaan inokulan tertentu.

BAB. V

Dalam dokumen LAPORAN PRATIKUM KLIMATOLOGY (Halaman 30-37)

Dokumen terkait