Bagan 3.1 Prosedur/ langkah-langkah PTK Arikunto dkk (2010: 16) Tahapan penelitian tindakan kelas ini meliputi:
3.2 TAHAP PENELITIAN
3.6.1 Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA,
dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan persentase
ketuntasan belajar, dan menghitung mean (rata-rata kelas). Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Menentukan skor berdasarkan proporsi (Poerwanti, 2008: 6.15-6.16)
Menggunakan rumus:
Skor =
x 100% (rumus bila menggunakan skala 100)
Keterangan:
B = banyaknya butir yang dijawab benar (bentuk pilihan ganda) atau
jumlah skor jawaban benar pada tiap butir soal (pada tes bentuk
penguraian).
= skor teoritis
Hasil belajar siswa dikategorikan dalam tuntas dan tidak tuntas. Untuk
yang ada. Kriteria ketuntasan belajar individual ditentukan dalam tabel
berikut:
Tabel 3.1
KKM Mata Pelajaran IPA SDN Tambakaji 02
Krtiteria Ketuntasan Individual Kualifikasi
≥ 62 Tuntas
< 62 Tidak tuntas
b. Menentukan persentase ketuntasan belajar
Menggunakan rumus:
% ketuntasan belajar klasikal =
x 100%
(Aqib, dkk, 2011: 41)
Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dikelompokkan dalam lima
kategori, seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Kriteria Tingkat Keberhasilan
Tingkat keberhasilan (%) Arti
> 80 % Sangat tinggi 60 – 79 % Tinggi 40 – 59 % Sedang 20- 39 % Rendah < 20 % Sangat rendah (Aqib, dkk, 2011: 41)
Berdasarkan tabel 3.2, peneliti mengambil kriteria ketuntasan belajar
klasikal dalam kategori sangat baik, yaitu ≥ 80%. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan minimal SDN Tambakaji 02
Semarang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas,
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Ketuntasan Belajar
Kriteria ketuntasan
Kualifikasi Klasikal Individu
≥ 80% ≥ 62 Tuntas
< 80% < 62 Tidak Tuntas
Dengan demikian, dapat ditentukan jumlah siswa yang tuntas dan tidak
tuntas.
c. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus:
̅ = ∑
∑
Keterangan: ̅ = mean (rata-rata)
∑ = jumlah semua nilai siswa
∑ = jumlah banyak data (Herrhyanto, 2008: 4.2) 3.6.2 Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data hasil belajar, hasil observasi keterampilan guru
serta aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning
kualitatif diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis
dan dideskripsikan untuk memperoleh kesimpulan.
Pedoman penilaian keterampilan guru dan aktivitas siswa yang diamati
dapat dihitung dengan menentukan skor dalam 4 kategori yaitu sangat baik, baik,
cukup baik, dan kurang baik. Menurut Widoyoko (2012:110), dalam mengelola
data skor langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Menentukan skor tertinggi
b. Menentukan skor terendah
c. Membagi jumlah kelas menjadi 4 kategori (sangat baik, baik, cukup, kurang)
d. Menentukan jarak interval
Analisis deskriptif kualitatif untuk instrument lembar observasi akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Data keterampilan guru dianalisis dengan menjumlahkan seluruh skor yang
diperoleh dalam setiap indikator. Pada penelitian ini, indikator keterampilan
guru terdiri dari 10 indikator, setiap indikator terdiri dari 4 deskriptor. Teknik
penskorannya adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi = 10 x 4 = 40
Skor terendah = 10 x 1 = 10
=
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh kriteria penilaian
Tabel 3.4
Kategori Keberhasilan Keterampilan Guru
Jumlah Skor Kategori
32,5 < skor ≤ 40 Sangat Baik 25 < skor ≤ 32,5 Baik 17,5 < skor ≤ 25 Cukup 10 < skor ≤ 17,5 Kurang
b. Data aktivitas siswa dianalisis dengan menjumlahkan seluruh skor yang
diperoleh dalam setiap indikator. Pada penelitian ini, indikator aktivitas siswa
terdiri dari 7 indikator, setiap indikator terdiri 4 deskriptor. Teknik
penskorannya adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi = 7 x 4 = 28
Skor terendah = 7 x 1 = 7
=
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh kriteria penilaian aktivitas
siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kategori Keberhasilan Aktivitas Siswa
Jumlah Skor Kategori
22,75 < skor ≤ 28 Sangat Baik 17,5 < skor ≤ 22,75 Baik 12,25 < skor ≤ 17,5 Cukup
c. Data karakter siswa (afektif) dianalisis dengan menjumlahkan seluruh skor
yang diperoleh dalam setiap indikator. Pada penelitian ini, indikator aktivitas
siswa terdiri dari 4 indikator, setiap indikator terdiri 4 deskriptor. Teknik
penskorannya adalah sebagai berikut:
Skor tertinggi = 4 x 4 = 16
Skor terendah = 4 x 1 = 4
=
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh kategori penilaian karakter
siswa sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Keberhasilan Karakter Siswa
Jumlah Skor Kategori
13 < skor ≤ 16 Sangat Baik 10 < skor ≤ 13 Baik
7 < skor ≤ 10 Cukup 4 < skor ≤ 7 Kurang
d. Rubrik keterampilan siswa (psikomotor) dianalisis dengan menjumlahkan
seluruh skor yang diperoleh dalam setiap indikator. Pada penelitian ini,
indikator keterampilan siswa terdiri dari 2 indikator. Setiap indikator
mempunyai skor 1 sampai 4 sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Berikut
adalah teknik penskorannya:
Skor Maksimal = 8
Jarak interval (i) =
=
= 1,5
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka diperoleh kategori penilaian karakter
siswa sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kategori Keberhasilan Keterampilan Siswa
Jumlah skor Kategori
6,5 < skor ≤ 8 Sangat baik (A) 5 < skor ≤ 6,5 Baik (B)
3,5 < skor ≤ 5 Cukup (C) 2 < skor ≤ 3,5 Kurang (D)
3.7 INDIKATOR KEBERHASILAN
Model Discovery Learning dengan media audio visual dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Tambakaji 02 Semarang
dengan indikator sebagai berikut:
1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
Discovery Learning dengan media audio visual meningkat dengan kategori minimal baik (25 < skor ≤ 32,5).
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
Discovery Learning dengan media audio visual meningkat dengan kategori
minimal baik (25 < skor ≤ 32,5).
3. Hasil belajar siswa kelas IV SDN Tambakaji 02 Semarang mengalami
a. Pada ranah kognitif sebanyak > 80% siswa mengalami ketuntasan individual sebesar ≥62 dalam pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning dengan media audio visual.
b. Pada ranah afektif siswa memperoleh skor dengan kategori minimal baik (10 < skor ≤ 13).
c. Pada ranah psikomotor siswa memperoleh skor dengan kategori minimal
185
5.1 SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Discovery Learning dengan media audio visual dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SDN Tambakaji 02
Semarang, dengan rincian sebagai berikut.
a. Keterampilan guru pada pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning
dengan media audio visual meningkat dengan memperoleh skor 38 (sangat
baik) pada siklus II pertemuan 2. Keterampilan guru telah mencapai indikator
keberhasilan yaitu minimal baik.
b. Aktivitas siswa pada pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning
dengan media audio visual meningkat dengan memperoleh rata-rata skor 34,86
(sangat baik) pada siklus II pertemuan 2. Aktivitas siswa telah mencapai
indikator keberhasilan yaitu minimal baik.
c. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning
dengan media audio visual meningkat. Hal ini dibuktikan dengan:
1) Hasil belajar kognitif pada siklus II pertemuan 2 sebanyak 88,9% atau 32
siswa tuntas. Hasil belajar kognitif telah mencapai indikator keberhasilan
yaitu sebanyak > 80% siswa mengalami ketuntasan belajar individual sebesar ≥62.
2) Hasil belajar afektif pada siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 13
dengan kategori sangat baik. Hasil belajar afektif telah mencapai indikator
keberhasilan yaitu minimal baik.
3) Hasil belajar psikomotor pada siklus II pertemuan 2 memperoleh skor 6,6
dengan kategori sangat baik. Hasil belajar psikomotor telah mencapai
indikator keberhasilan yaitu minimal baik.
Berdasarkan simpulan tersebut, maka hipotesis yang telah ditetapkan dapat
diterima kebenarannya yaitu dengan menerapkan model Discovery Learning
dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas
siswa, dan hasil belajar siswa.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan dan pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model
Discovery Learning dengan media audio visual, peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
a. Guru hendaknya merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan,
memilih model yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa agar siswa
dapat berlatih belajar secara mandiri dan menemukan sendiri
pengetahuannya. Model yang dapat digunakan salah satunya adalah model
Discovery Learning.
b. Dalam pembelajaran IPA, guru hendaknya menggunakan media yang sesuai
mengikuti pembelajaran. Alternatif media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran IPA adalah media audio visual.
c. Pembelajaran IPA melalui model Discovery Learning dengan media audio
visual merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru hendaknya
memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan
penemuan sendiri sehingga pengetahuan yang didapat siswa tidak mudah
lupa, dan guru berperan sebagai fasilitator.
d. Pihak sekolah hendaknya mengembangkan kerja sama diantara guru untuk
merancang pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, dan memfasilitasi
siswa agar bakat dan minat siswa dapat berkembang dengan baik.
e. Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian tentang iklim
pembelajaran, materi pembelajaran, dan media pembelajaran menggunakan
instrumen yang relevan karena dalam penelitian ini belum meneliti hal
188
Realita Terhadap Hasil Belajar IPA. (Jurnal Didaktika Dwija Indria Solo, Vol. 2, No. 1, Januari 2014)
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pt Bumi Aksara
Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Asnahwati. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar SIswa Melalui Metode Pembelajaran Discovery Pada Pelajaran IPA Kelas III SD. Artikel Penelitian. Pontianak: Universitas Tanjungpura
Astuti, Wahyu Puji. 2014. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Kenampakan Bumi. (Jurnal Didaktika Dwija Indria Solo, Vol. 2, No. 1, Januari 2014)
Awasthi, Deepa. 2014. Utilising Audio Visual Aids to Make Learning Easy and Effective in Primary Education. (International Journal of Scientific Research, Vol. 3, No. 8, Aug 2014)
Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi
Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Ghaedsharafi, Maliheh dan Mohammad Sadegh Bagheri, Ph.D. 2012. Effects of
Audiovisual, Audio, and Visual Presentation on EFL Learners’ Writing
Skill. (International Journal of English Linguistics, Vol.2, No.2, April 2012)
Hamalik, Oemar. 2011. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Mahmoud, Abdelrahman Kamel Abdelrahman. 2014. The Effect of Using Discovery Learning Strategy in Teaching Grammatical Rules to First Year General Secondary Student on Developing Their Achievement and Metacognitive Skills. (International Journal of Innovation and Scientific Research, Vol. 5 No. 2 Jul. 2014)
Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Permendiknas. 2007. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Permendiknas. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Purwono, Joni. 2014. Penggunaan Media Audio Visual pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pacitan. (Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol. 2, No. 2, April 2014)
Rahmawati, Lisa Nor. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Geometri Melalui Kepala Bernomor Terstruktur Berbantuan Media Audio Visual. (Joyful Learning, Vol. 2, No. 3, Januari 2014)
Rifa’i, Achmad dan Chatharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Samatowa. Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks
Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press
Sari, Vivi Novita. 2014. Penerapan Model Discovery Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Teks Cerita Petualangan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. (Jurnal nasional PGSD,Vol. 02, No. 02. Tahun 2014)
Setiasih, Sari. 2014. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Kenampakan Permukaan Bumi Melalui Penggunaan Media Audio Visual. (Jurnal Didaktika Dwija Indria Solo, Vol. 2, No. 1, Januari 2014)
Setiyani, Ade Irma. 2013. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Menggunakan Snowball Throwing Media Audio Visual Kelas IVA. (Joyful Learning, Vol. 2, No. 3, Januari 2014)
Sholeh, Moh. 2014. Metodologi Pembelajaran Kontemporer. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara
Sinambela, Pardomuan Nauli Josip Mario. 2013. Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam Pembelajaran. (Generasi Kampus, Vol. 6, No, 2, September 2013)
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Widoyoko, Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.