• Tidak ada hasil yang ditemukan

10B. Pertanyaan Penelitian

E. Metode Penelitian

4. Analisis Data

Analisis ini lebih mengarah kepada menganalisis makna yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur‟an yang memiliki hubunganya dengan kemaksuman nabi dan rasul. Oleh karena itu, langkah-langkahnya ialah pengelompokan ayat-ayat yang setema, yang saling berkaitan, diharapkan setiap dari ayat-ayat yang setema saling menjelaskan satu sama yang lainnya. Sehingga ayat-ayat al-Qur‟an tersebut dapat ditarik maknanya. Dengan demikian, Metode analisis isi ini, menggunakan metode tafsīr mauḍu‟ī dan hermeneutika.

Menurut al-Farmāwī dalam kitabnya “al-Bidayah fī Tafsīr al-Mauḍu‟ī” menjelaskan bahwa metode tematik dalam penelitian Qur‟an ialah mengkaji dan mempelajari ayat al-Qur‟an dengan menghimpun ayat-ayat al-al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama, membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat itu. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan, membahas satu-persatu ayat al-Qur‟an dengan mempertimbangkan validitas dan relevansi penafsiran. Dengan demikian, peneliti dapat menjabarkan hakikat yang dikandung

20

dari ayat-ayat tersebut dengan mudah memberikan arahan secara sempurna33

Menurut Musthafa Muslim klasifikasi metode tafsir tematik (al-mauḍu‟ī) terdapat tiga macam cara, yaitu:

Pertama, tematik kata (al-mauḍu‟ī al-lafẓī) caranya adalah: (1) Melacak lafal dari kalimat-kalimat al-Qur‟an. (2) Mengumpulkan ayat-ayatnya, kemudian dijelaskan dari segi linguistik dan makna dari lafal tersebut. (3) Setelah mengumpulkan dan menghimpun semua interpretasinya, di mana akan memperoleh suatu kesimpulan dari setiap penggunaan lafal al-Qur‟an seperti contoh term umat dalam al-Qur‟an.

Kedua, tematik tema (at-tafsīr al-mauḍu‟ī bi ad-dilālah alā al-ma‟nā al-mauḍu‟īyyah) caranya adalah: (1) Melacak tema dari setiap surat dalam al-Qur‟an yang akan menghasilkan sebuah topik pembahasan. (2) Mengumpulkan dan menghimpun interpretasi dari tokoh mufasir. (3) Diselaraskan di antara pokok-pokok tersebut, diawali dengan pendahuluan yang melingkup gagasan-gagasan dari tema tersebut. (4) Peneliti membagi bab-bab, pasal-pasal, dan beberapa pembahasan, yang mana peneliti merujuk pada ayat-ayat al-Qur‟an atas semua argumen yang ada

33 Abd al-Hay al-Farmawi, al-Bidayah fī Tafsīr al-Mauḍuiy‟ (Tanpa

21

hubungannya dengan sebuah permasalahan yang terjadi disebuah masyarakat.34

Banyak dari golongan ulama dengan menggunakan metode yang kedua ini, baik ulama klasik maupun modern seperti tema I‟jaz Qur‟an, Nasikh wal Mansukh fī Qur‟an, ahkām al-Qur‟an, dan amtsāl al-Qur‟an.35

Ketiga, tematik surat (al-mauḍu‟ī fī as-surah), metode ini mirip dengan metode yang kedua, namun pembahasanya lebih dipersempit hanya membahas dari pokok-pokok dalam satu surat. Adapun tujuan pembahasan ini ialah berpusat pada tafsir tematik dalam surat. Langkah-langkah dalam metode ini. Yaitu: (1) Peneliti meneliti pokok primer surat tersebut. (2) Membahas sebab turunnya surat atau ayat-ayat yang terdapat dalam surat tersebut. (3) Meruntutkan turunnya surat di antara surat makiyyah atau madaniyyah. (4) Mengkaji hubungan (munasabah) di antara potongan-potongan ayat-ayat dalam surat tersebut.36

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis data dengan metode tematik yang kedua, yaitu: tematik tema (at-tafsīr

34 Musṭafa Muslim, Mabaẖist fī at-Tafsīr al-Maḍu‟i, (Damaskus: Dar al-Qolām, 2000), 26-27.

35 Musṭafa Muslim, Mabaḥiṡ fī at-Tafsīr al-Maḍu‟i, 28 36 Musṭafa Muslim, Mabaḥiṡ fī at-Tafsīr al-Maḍu‟i, 28.

22

mauḍu‟ī bi ad-dilālah alā al-ma‟nā al-mauḍu‟īyyah). Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: Pertama, melacak ayat-ayat al-Qur‟an yang setema dengan tema „iṣmatul anbiyā‟. Kedua, menghimpun interpretasi ayat-ayat yang sudah dikumpulkan. Di dalamnya termasuk dilengkapi dengan asbāb an-Nuzūl-nya jika ada, memaparkan munasabah antar ayat, melengkapi hadis Nabi Muhammad SAW yang relevan dengan pembahasan. Ketiga, menyeleraraskan pokok-pokok tema dari ayat-ayat al-Qur‟an. Keempat, menganalisis dengan cara membagi bab dari pokok-pokok pembahasan misalnya sub-bab yang pertama adalah Nabi Adam dan sub-sub-bab yang terakhir adalah Nabi Muhammad SAW.

Analisis isi kedua, dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutika, hal ini dilakukan supaya lebih membantu dalam mengolah dan menganalisis teks-teks al-Qur‟an yang diinterpretasikan oleh ar-Rāzī.

Fahruddin Faiz membagi hermeneutika menjadi tiga bagian. Pertama, hermeneutical theory (hermeneutika teoritis), memberikan penjelasan pemahaman konteks dari teks, sebagai interpretasi yang perlu diperhatikan, supaya mendapatkan pemahaman yang komprehensif, kajian ini biasanya memaparkan bagaimana sebuah teks secara morfologi, leksikologi, dan sintaksis, termasuk juga membahas dari siapa teks itu berasal.

23

Jenis ini dipelopori oleh Schlermacher, W. Dilthey dan Emilio Betii.

Kedua, hermeneutical philosophy (hermeneutika filosofis), jenis yang kedua, bukan lagi hanya memperoleh pemahaman yang komprehensif saja, melainkan membahas bagaimana kondisi manusia yang memahami teks tersebut, seperti dilihat dari aspek psikologis, sosiologis, dan historisnya. Jenis yang kedua dipelopori oleh Heideger, Gadamer, dan Paul Ricoeur.

Ketiga, hermeneutical critical (hermeneutika kritik), jenis yang ketiga ini menjelaskan bagaimana cara untuk mengeritisi pemahaman. Jenis yang kedua dipelopori oleh Habermas, Derrida.37

Untuk membantu analisis yang pertama, penelitian ini menggunakan analisis data dengan metode hermeneutika model yang ketiga, yaitu: hermeneutical critical (hermeneutika kritik), yang dipelopori oleh Habermas. Habermas menawarkan teori untuk mengkritik sebuah teks, yang disebut dengan kritik ideologi psikoanalisis, Habermas membuat teori ini dengan menggabungankan dari dua tokoh. Pertama, kritik ideologi Marx. Kedua, psikoanalisis Sigmund Freud. Habermas menggabungkan kedua teori tersebut supaya lebih tajam dalam

37 Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur‟an: Tema-tema Kontroversial, (Yogyakarta: Elsaq Press, 2005), 7-8.

24

mengkritik sebuah teks, bukan hanya teksnya saja yang dikritik, akan tetapi psikologi dari penulis teks itupun perlu dianalisis. Sebab hasil tulisan merupakan hasil distorsi sistematis yang tidak disadari oleh penulisnya sendiri.38

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dari kritik ideologi psikoanalisis itu ada dua hal. Yaitu: Pertama, merekontruksi teks, yakni menyingkap isi yang disembunyikan dibalik teks, kemudian mengembalikan makna teks tersebut secara utuh. Kedua, refleksi penulis teksnya, yakni menganalisis upaya menemukan sebab mengapa teks semacam itu yang dihasilkan. Karena seorang penulis tidak lepas dari ruang kosong.39 F. Sistematika Pembahasan

Secara global penelitian ini terbagi dari beberapa sub-bab, supaya tersusun secara sistematis, peneliti membaginya dengan lima bab, dari lima bab terdiri dari beberapa sub-bab. Lebih jelasnya peneliti paparkan sebagai berikut: Bab pertama adalah pendahuluan: Peneliti membahas yang berkaitan dengan latar belakang pemikiran, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

38 F Budi Hardiman, Seni Memahami Hermeneutik dari Schleiermacher

samapai Derrida, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), 223.

39 F Budi Hardiman, Seni Memahami Hermeneutik dari Schleiermacher

25

Bab kedua adalah Tinjauan Umum Tentang Kemaksuman nabi dan rasul: Bagian ini, merupakan landasan teori di dalamnya merupakan bagian yang meliputi Definisi Maksum, Makna nabi dan rasul, Dalil Maksum Bagi nabi dan rasul, dan Makna Maksum Bagi nabi dan rasul Menurut berbagai Pendapat Ulama.

Bab ketiga adalah Interpretasi Kemaksuman nabi dan rasul dalam Tafsīr Mafātīh al-Ghaib: Pada bagian ini, peneliti memaparkan yang meliputi Biografi ar-Rāzī, Pendapat Para Ulama Terhadap Keilmuan ar-Rāzī, Kitab-kitab Karya ar-Rāzī, Latar Belakang Penulisan Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, Corak dan Metode Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, sistematika Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, Kelebihan dan Kekurangan Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, dan Interpretasi Kemaksuman nabi dan rasul dalam Tafsīr Mafātīh al-Ghaib.

Bab keempat adalah Dimensi „Aqlī dan Naqlī dalam Pemikiran ar- Rāzī tentang Kemaksuman Nabi dan Rasul dalam Tafsīr Mafātīh al-Ghaib: Berkaitan dengan analisa, peneliti ingin memberi pemaparan Landasan Berpikir ar-Rāzī dalam Memahami Kemaksuman Nabi dan Rasul, Dimensi „Aqlī dan Naqlī dalam Pemikiran ar-Rāzī tentang Kemaksuman Nabi dan Rasul dalam Tafsīr Mafātīh al-Ghaib, dan Hikmah Nabi dan Rasul Memiliki Sifat Maksum.

Bab kelima adalah Penutup dari penelitian ini: Di dalamnya peneliti membahas kesimpulan dari semua yang berhubungan dengan penelitian pembahasan, dan diakhiri dengan saran dan penutup.

26

BAB II