• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. PEMBAHASAN 1. Deskripsi Data

2. Analisis Data

Dalam menganalisis hasil karangan siswa, seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya, penulis membuat tabel bentuk interferensi

morfologis. Langkah pertama, penulis menganalisis seluruh karangan siswa

dan menggarisbawahi unsur yang terinterferensi bahasa Betawi. Setelah

menggarisbawahi semua unsur yang terinterferensi bahasa Betawi, penulis

mengelompokkannya berdasarkan bentuknya. Penjelasan selanjutnya

terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8

Bentuk Interferensi Morfologis No. Urut Siswa Interferensi Morfologis Keterangan Kata Afiks Pengulangan Prefiks Sufiks Infiks Konfiks

1 abis habis 2 3 4 jalanin menjalani begituh begitu gak tidak setaun setahun ninggalin meninggalkan nyangka menyangka

tapi tetapi 5 ga tidak tapi tetapi berantem berantam ngobrol mengobrol 6 tapi tetapi keliatan terlihat ga tidak aja saja kalo kalau kesel kesal cekek cekik denger dengar udah sudah ngomongin mengomongkan musuhin memusuhi tapi tetapi 7 tapi tetapi ga tidak bekatta berkata 8 9 kenalin kenalkan apah apa gua saya ngerti mengerti nyasar menyasar nyambung menyambung

dulu dahulu gak tidak dapet dapat temen teman bener benar ngerasa merasa tapi tetapi

tau tahu akan

aja saja kalo kalau maen main deket dekat ama sama ngerasain merasakan nafkahin menafkahi seneng senang

Baikan lebih baik

mikir memikir ketemu bertemu 10 11 tapi tetapi 12 tapi tetapi udah sudah 13 tapi tetapi ga tidak

14 tau tahu akan

16 17 kalo kalau perna pernah hidaya hidayah 18 19 20 tapi tetapi 21 tapi tetapi maen main kaga tidak kalo kalau

masa bodo masa bodoh

aja saja

tau tahu akan

tetep tetap

sampe sampai

ngertiin mengertikan

tau tahu akan

cape capai

22 tau tahu akan

nasehat nasihat 23 sodara saudara tapi tetapi bedain bedakan bakal akan buktiin buktikan 24

25 tapi tetapi dulu dahulu sebel sebal 26 27 28 29 mengibur menghibur 30 tapi tetapi ditegor ditegur ngumpulin mengumpulkan gimana bagaimana 31 ngomelin memarahi memarahin memarahi mikirin memikirkan 32 33 tapi tetapi

bahagiaan lebih bahagia

34 gue saya ketawa tertawa liat lihat kalo kalau udah sudah gak tidak

lamaan lebih lama

tapi tetapi

jelasin jelaskan

ngobrolin mengobrolkan nyambung menyambung tapi tetapi kalo kalau 36 liat lihat melemparin melemparkan menasehati menasihati 37 ngikutin mengikuti nyamain menyamakan tapi tetapi mengeliat melihat malemnya malamnya ngigo mengigau keluarge keluarga kite kita iye iya 38 ga tidak tapi tetapi ituh itu dimanah dimana 39 diboncengin diboncengi temen teman pengen ingin keselnya kesalnya 40 tapi tetapi lemes lemas 41 temen teman

tapi tetapi

tau tahu akan

gimana bagaimana 42 kebon kebun tapi tetapi semuah semua kalo kalau 43 tapi tetapi ngomong mengomong ngobrol mengobrol nyambung menyambung

44 ogah tidak mau

ogahan lebih tidak mau

45 tapi tetapi

Dengan menggunakan data dari tabel di atas, bentuk-bentuk

interferensi bahasa Betawi pada karangan narasi siswa dapat terlihat lebih

mudah. Dari data tersebut terlihat bentuk yang dominan terinterferensi dan

bentuk yang jarang terinterferensi. Interferensi pada bentuk kata lebih

dominan timbul, sedangkan interferensi dalam bentuk pengulangan tidak

muncul dalam karangan siswa. Selain pengulangan interferensi dalam afiks

kategori infiks juga tidak muncul.

a. Analisis Interferensi Bentuk Kata

Interferensi pada bentuk kata yang sering muncul adalah

penggunaan kata gue, tau, tapi, dan kalo.

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata gue sebagai berikut:

Gue ribut ama temen gue dan akhirnya dia juga putus. Tapi gue

mikir buat apah gue ribut, cowo banyak kali. Akhirnya gue

baikan ama dia. Dan, dari situ gue belajar sahabat lebih penting dari apapun meskipun pacar sekalipun. Ini pengalaman banget buat gue.

Kalimat tersebut merupakan struktur kalimat bahasa Indonesia yang

terinterferensi bahasa Betawi, karena terdapat unsur bahasa Betawi

yang masuk ke dalam struktur kalimat tersebut. Kata gue merupakan

bahasa Betawi yang berarti „saya‟ dalam bahasa Indonesia. Meskipun kata gue identik dengan bahasa Gaul, kata gue di sini berasal dari

bahasa Betawi gua yang berarti „saya‟. Kata gue, gua, guah

merupakan unsur dari bahasa Betawi yang berarti „saya‟. Kata gue pada kalimat di atas dapat diganti dengan kata „aku‟ atau „saya‟ untuk

menggantikan orang pertama. Selain itu, contoh lain interferensi dari

kata gue sebagai berikut:

Walaupun masuk rumah hantu bikin tegang tetapi Riya selalu menguji keberanian saya, padahal gue udah takut baget. Tapi gak apa-apa deh demi sahabat gue, gue jadi berani.

2. Interferensi kata tau

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata tau sebagai berikut:

Aku merasa senang sekali mempunyai sahabat seperti mereka-mereka, aku beruntung sekali mempunyai sahabat seperti mereka yang selalu ada disaat aku membutuhkan dia, selalu menghibur aku disaat aku sedang sedih. Sahabat adalah seseorang yang tau

akan perasaan kita disaat kita sedang gembira maupun sedih. Kata tau merupakan bahasa Betawi yang berarti „tahu akan‟ dalam

bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi. Kata tau

merupakan unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam kalimat bahasa

Indonesia. Kata tau pada kalimat di atas seharusnya diganti dengan

kata „tahu akan‟. Contoh lain interferensi dari kata tapi adalah:

Sampe suatu hari, orang itu bilang sayang sama aku dan aku juga bilang sayang juga sama cowo itu. Akhirnya aku dan dia pacaran tetapi teman-teman aku belum tau.

3. Interferensi kata tapi

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata tapi sebagai berikut:

Semenjak saya duduk sebangku dengannya saya jadi sering absen. Karena bagi saya dia bukan orang yang peduli sama teman-temannya. Yang lebih buruk lagi, dia itu suka marah-marah di sebelah saya, ada aja barang-barang yang dia banting, saya jadi benci setengah mati, tapi saya berusaha sabar.

Kata tapi merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan kata

„tetapi‟ dalam bahasa Indonesia sebagai kata penghubung yang

menunjukkan ketidakselarasan. Kalimat tersebut merupakan struktur

kalimat bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi. Kata

tapi pada kalimat di atas merupakan unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Kata tapi pada kalimat di atas

seharusnya diganti dengan kata „tetapi‟. Selain itu, contoh lain dari interferensi kata tau adalah:

Namun teman-temanku selalu memberi dukungan kepadaku, tapi

tetap saja aku tidak berani mengungkapkannya. Dan akhirnya tanpa aku sadari, teman-temanku mengajakku bertemuan dengan dia.

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata kalo sebagai berikut:

Merekapun berkata kalo saya tidak perlu berterimakasih, karena seharusnya ayah dan ibu yang berterima kasih, kamu sudah ada di kehidupan kami.

Ciri khas bahasa Betawi adalah mengganti diftog „au‟ menjadi fonem „o‟. Kata kalo merupakan bahasa Betawi yang sejajar artinya dengan

kata „kalau‟ dalam bahasa Indonesia. Kalimat tersebut merupakan

struktur kalimat bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi.

Kata kalo merupakan unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Kata kalo pada kalimat di atas seharusnya

diganti dengan kata „kalau‟. Contoh lain dapat dilihat di bawah ini:

Dia baik hati dan tidak memilih teman untuk bergaul. Tetapi dia anaknya pendiam dan tidak suka banyak omong. Pokoknya dia asik diajak kemana-mana, apalagi kalo kita berdua sedang ngobrolin tentang cowo.

a. Analisis Interferensi Bentuk Prefiks

Interferensi pada jenis afiks kategori prefiks yang sering muncul

adalah penggunaan kata ngobrol dan nyambung.

1. Interferensi kata ngobrol

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata ngobrol sebagai berikut:

Ketika pulang Radit pun jalan bersama Ranjani, ngobrol terus-menerus sampai ia sudah sampai rumah baru ia berhenti. Keesokan harinya Radit dan Jani bertemu.

Kata ngobrol merupakan bahasa Betawi dengan ciri nasal yang

merupakan bahasa Indonesia yang terinterferensi bahasa Betawi. Kata

ngobrol merupakan unsur bahasa Betawi yang masuk ke dalam bahasa Indonesia. seharusnya kata tersebut diganti dengan „mengobrol‟.

Contoh lain dari interferensi kata ngobrol adalah:

Pertama kali saya bertemu dia, baik sepertinya. Wajahnya asing banget bagi saya. Tapi, pertama kenalan dia Orangnya si asik ditambah enak diajak ngobrolnya.

2. Interferensi kata nyambung

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata ngomong sebagai berikut:

Pertama kenalan dengan dia orangnya si asik ditambah enak diajak ngobrolnya dan nyambung banget diajak ngomong buat kita curhat. Sehari-hari kita pergi kemana-mana selalu bersama-sama. Dan sampai itu, sampai sekarang kamipun tetap berbersama-sama. Kalimat bahasa Indonesia di atas terinterferensi bahasa Betawi. Kata

nyambung merupakan bahasa Betawi yang masuk ke dalam susunan kalimat bahasa Indonesia. Bentuk kata dasar dari nyambung adalah

„sambung‟. Seharusnya bahasa Indonesianya adalah „menyambung‟.

Contoh interferensi kata nyambung lain yang terdapat pada karangan narasi siswa adalah:

Gue punya hp. Seneng banget gue. Banyak nomer-nomer nyasar, namanya juga nomer hp. Bisa diacak-acak terus nyambung.

b. Analisis Interferensi Bentuk Sufiks

Interferensi pada jenis afiks kategori sufiks yang sering muncul

merupakan ciri bahasa Betawi yang digunakan sebagai afiks pembentuk

kata kerja. Sedangkan akhiran –an juga merupakan bahasa Betawi yang

berarti „lebih‟, lain halnya dengan akhiran –an dalam bahasa Indonesia yang menunjukkan kata benda.

1. Interferensi akhiran –in

Contoh narasi yang terdapat interferensi akhiran –in, sebagai berikut: Pokoknya lucu banget, bisa-bisa gak ada ujungnya kalo dijelasin

lagi. Sesudah nonton sirkus aku pun langsung pulang. Sepanjang perjalanan aku dan yang lain tidur.

Kalimat tersebut adalah kalimat bahasa Indonesia yang terinterferensi

unsur bahasa betawi jelasin. Bahasa Indonesia tidak mengenal adanya akhiran –in. Kata jelasin sejajar dengan „jelaskan‟ dalam bahasa

Indonesia. Selain itu, akhiran –in juga terdapat pada kata kenalin.

Contohnya sebagai berikut:

Kenalin nama gue Fitri Anggraini. Gue mau cerita tentang persahabatan gue. Pada tahun 2005, gue pindah rumah karena harus ngertiin keadaan orangtua gue.

Kalimat ini adalah kalimat bahasa Indonesia yang terinterferensi

bahasa Betawi. Kata kenalin adalah kata bahasa Betawi yang dalam

bahasa Indonesianya adalah „kenalkan‟.

2. Interferensi akhiran –an

Contoh narasi yang terdapat interferensi akhiran –an, sebagai berikut: Sesudah puas bermain-main gak lamaan, kami melihat sirkus yang spektakuler. Ceritanya tentang Koboy dan Pemburu binatang. Intinya sirkus itu bikin ketawa.

Kalimat di atas adalah struktur bahasa Indonesia yang terinterferensi

bahasa Betawi. Kata lamaan dalam bahasa Betawi berarti lebih. Sedangkan dalam bahasa Indonesia akhiran –an menyatakan hasil, dapat pula menyatakan bentuk nomina. Maka kata yang benarnya

adalah „lebih lama‟. Selain itu, akhiran –an juga terdapat pada kata

„bahagiaan‟ sebagai berikut:

Padahal bagian saya sudah bermain bagus tapi tidak apa-apa yang penting bagian saya sudah mengalahkan bagian Asep dengan skor 2-1. Saya dan teman-teman saya bahagiaan sekali bisa mengalahkan bagian Asep.

Kalimat ini adalah kalimat bahasa Indonesia di atas terinterferensi

bahasa Betawi. Kata bahagiaan adalah kata dari bahasa Betawi

berarti „lebih bahagia‟ dalam bahasa Indonesia. Seharusnya kata yang benar adalah „lebih bahagia‟.

c. Analisis Interferensi Bentuk Konfiks

Interferensi pada jenis afiks kategori konfiks yang muncul

diantaranya adalah kata nyamain dan ngikutin.

1. Interferensi kata nyamain

Contoh narasi yang terdapat interferensi kata nyamain sebagai berikut:

Lecet-lecet di kakinya menimbulkan korengan dan infeksi. Saya tertawa saja melihatnya. Kakak saya nyamain saya yang sedang alergi debu di kaki saya.

Kalimat di atas merupakan kalimat berstruktur bahasa Indonesia yang

terinterferensi bahasa Betawi. Kata nyamain adalah bahasa Betawi

memiliki kata dasar „sama‟ sama seperti bahasa Indonesia. Dalam

bahasa Indonesia kata nyamain dalam bahasa Betawi sejajar dengan

„menyamakan‟, karena dalam bahasa Indonesia terdapat imbuhan me -kan untuk menyata-kan verba.

2. Interferensi kata ngikutin

Contoh narasi yang terdapat interferensi dari kata ngikutin sebagai berikut:

Kejadian aneh lagi saya dapati ketika sepulang pergi dari rumah saudara saya. Seperti ada yang ngikutin saya, malemnya saya langsung panas. Ibu saya hanya memberikan obat penurun panas. Kalimat di atas merupakan bahasa Indonesia yang terinterferensi

bahasa Betawi. Kata ngikutin merupakan bahasa Betawi yang sejajar

dengan kata „mengikuti‟. Bahasa Indonesia selain mengenal imbuhan

me-kan sebagai bentuk verba, juga mengenal imbuhan me-i dalam

pembentukan verba.

Dokumen terkait