Pada sub bab analisis data ini ditampilkan analisis .teoritik subtantif dengan mengacu pada konsep atau teori tentang pendidikan karakter bagi
siswa. Analisis ini dilakukan untuk menemukan makna atau hakikat yang menghasilkan pernyataan yang didasarkan pada interpretasi data yang berupa pernyataan responden, pengamatan di lapangan dan studi dokumentasi, yang selanjutnya diformulasikan dalam bentuk tema atau konsep/teori.
Berdasarkan pada hasil temuan penelitian pada sub bab di atas, maka selanjutnya didiskusikan sesuai dengan fokus penelitian, yaitu: (1) karakter siswa SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang; (2) pola pembentukan karakter siswa di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
1. Karakter siswa SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
Karakter dasar yang ditanamkan pada siswa SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar adalah karakter yang meliputi:
Nilai-nilai karakter tersebut dijabarkan secara detail sebagai berikut:
1) Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (H}abl min Alla>h) a. Religius, yang meliputi butir-butir sebagai berikut: (1) bersuci dan
menjaga kesucian dengan benar, (2) berdo’a setelah wudlu, (3) menjalankan salat lima waktu (maktubah) dengan berjama’ah, (4) salat dhuha, (4) puasa senin kamis, (5) salat sunnah ba’diyah dan qabliyah dengan tertib dan khusu>’, (6) membaca al-Qur’an penuh kesadaran, (7) membaca do’a sebelum dan sesudah aktifitas.
2) Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri (H}abl min al-nafs)
a. Jujur, yang meliputi butir-butir jujur dalam perkarkataan dan perbuatan kepada siapapun.
b. Bertanggung jawab, yang meliputi (1) kesadaran menanggung atas resiko atau akibat dari perbuatanya, dan (2) kesadaran menjalankan apa yang telah dipercayakan kepadanya (ama>nah).
c. Bergaya hidup sehat, meliputi (1) Makan dari makanan atau snack yang telah disediakan di kantin sekolah, (2) menyimpan sampah pada tempatnya, (3) budaya lingkungan kelas hijau dan bersih, (4) budaya
health service, layanan konsultasi dan pemeriksaan kesehatan untuk
siswa/i di Balai Pengobatan Lembaga.
d. Disiplin yang meliputi: (1) disiplin waktu datang sekolah tepat waktu, (2) disiplin waktu salat dhuha dan dhuhur berjama’ah, (3) disiplin ngaji dan membaca al-Qur’an.
e. Kerja keras yang meliputi: (1) rajin belajar, (2) antusiasme dalam mengikuti pelajaran, (3) kesadaran pantang menyerah dan tidak mengeluh.
f. Percaya diri yang meliputi: (1) percaya diri dalam menampilkan karya sendiri, (2) percaya diri dalam presentasi di depan kelas, (3) percaya diri dalam bergaul dengan dunia luar.
g. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif: (1) antusiasme dan peran aktif dalam pembelajaran, diskusi kelas (2) berkarya sebagai hasil dari proses pembelajaran.
h. Mandiri yang meliputi kemandirian dalam (1) mengerjakan tugas pribadi, (2) memenuhi kebutuhan dan keperluan pembelajaran, (3) dalam berfikir dan berkarya.
i. Cinta ilmu yang meliputi (1) semangat belajar, (2) budaya gemar membaca, (3) budaya berkunjung ke perpustakan buku maupun digital untuk mencari informasi dan wawasan baru.
3) Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama dan lingkungan (H}abl min al-Na>s wa al-bi>’ah)
a. Ta’dzim dan hormat kepada guru, dan semua staff sekolah SMP Islam Terpadu misykat al-Anwar.
b. Santun dalam berkata / berkomunikasi dan bertindak dengan teman sebaya, guru atau orang lain.
c. Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
d. Menghargai karya dan prestasi orang lain dalam bentuk ruang apresiasi berupa MADING dan Penerbitan lain, kegiatan gelar karya yang digelar persemester, dll yang bersifat insidental.
e. Peduli sosial dalam bentuk amal mingguan, bakti sosial, santunan sosial bulanan, dan kunjungan sosial kepada warga sekolah yang sedang terkena musibah.
f. Peduli Lingkungan dalam bentuk menjaga kebersihan dan kehijauan lingkungan rumah dan sekolah.
a) Nasionalis dengan khidmah dalam mengadakan upacara dan peringatan hari-hari besar nasional.
b) Patuh pada aturan-aturan sekolah dan kesepakatan yang dibuat di kelas.
c) Demokratis dalam memilih dan dipilih dalam suksesi OSIS atau kepengurusan kesiswaan yang lain.
Apabila dikomparasikan dengan konsep karakter dasar yang dikembangkan oleh Ratna Megawangi melalui lembaganya, Indonesian
Heritage Foundation (IHF), yang menyebutkan ada delapan kelompok
karakter, yaitu: (1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, dan (9) toleransi, cinta damai an persatuan,42 maka ada sedikit kesamaan yang subtantif, meskipun perbedaan yang tidak ditemukan pada masing-masing keduanya, dimana ada jenis karakter yang nampak pada SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang tidak muncul pada karakter yang ada pada Indonesian Heritage Foundation (IHF), dan begitu pula sebaliknya.
Begitu juga bila dikomparasikan dengan konsep karkkter dasar yang dirilis oleh Living Values: An Education Program (LVEP) yang didukung oleh UNESCO dan disponsori, oleh Spanish Committee dari
42 Arismanto, Tinjauan Berbagai Aspek Character Building, Bagaimana Mendidik Anak Berkarakter (Yogyakarta: Tirta Wacana, 2008), 29.
UNICEF, yang menyebutkan ada dua belas, yaitu: kedamaian, penghargaan, cinta, tanggung jawab, kebahagiaan, kerja sarna, kejujuran, kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, kebebasan, dan persatuan,43 maka ditemukan persamaan dan perbedaannya, dimana dalam konsep SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang lebih luas maknanya bila dibanding dengan konsep dari Values: An Education Program (LVEP).
Perbedaan dan persamaan diantara ketiga konsep karakter dasar tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini:
Tabel 3.1.
Perbandingan Karakter Dasar dalam Pendidikan KARAKTER DASAR
SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang Indonesian Heritage Foundation (IHF) Living Values an Educatoin Program
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (H}abl min Alla>h)/Religius, yang meliputi butir-butir sebagai berikut: (1) bersuci dan menjaga kesucian dengan benar, (2) berdo’a setelah wudlu, (3) menjalankan salat lima waktu (maktubah) dengan berjama’ah, (4) salat dhuha, (4) puasa senin kamis, (5) salat sunnah ba’diyah dan qabliyah dengan tertib dan khusu’, (6) membaca al-Qur’an penuh kesadaran, (7) membaca do’a sebelum dan sesudah aktifitas.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri
sendiri (H}abl min al-nafs)
(1) Jujur, yang meliputi butir-butir
a. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya b. Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri c. Jujur d. Hormat dan santun e. Kasih sayang, peduli dan kerja sama a. Kedamaian b. Penghargaan c. Cinta d. Tanggung jawab e. Kebahagiaan f. Kerja sama g. Kejujuran h. Kerendahan hati i. Toleransi j. Kesederhana an
43 Diane Tilman, Living Values, Living Values Activities For Children Ages 8-14, Pendidikan Nilai Untuk Anak Usia 8-14 Tahun (Jakarta: Gramedia Widiasmara Indonesia, 2004,), 20
jujur dalam perkarkataan dan perbuatan kepada siapapun.
(2) Bertanggung jawab, yang meliputi (1) kesadaran menanggung atas resiko atau akibat dari perbuatanya, dan (2) kesadaran menjalankan apa yang telah dipercayakan kepadanya (ama>nah).
(3) Bergaya hidup sehat, meliputi (1) Makan dari makanan atau snack yang telah disediakan di kantin sekolah, (2) menyimpan sampah pada tempatnya, (3) budaya lingkungan kelas hijau dan bersih, (4) budaya health service, layanan konsultasi dan pemeriksaan kesehatan untuk siswa/i di Balai Pengobatan Lembaga.
(4) Disiplin yang meliputi: (1) disiplin waktu datang sekolah tepat waktu, (2) disiplin waktu salat dhuha dan dhuhur berjama’ah, (3) disiplin ngaji dan membaca al-Qur’an.
(5) Kerja keras yang meliputi: (1) rajin belajar, (2) antusiasme dalam mengikuti pelajaran, (3) kesadaran pantang menyerah dan tidak mengeluh.
(6) Percaya diri yang meliputi: (1) percaya diri dalam menampilkan karya sendiri, (2) percaya diri dalam presentasi di depan kelas, (3) percaya diri dalam bergaul dengan dunia luar.
(7) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif: (1) antusiasme dan peran aktif dalam pembelajaran, diskusi kelas (2) berkarya sebagai hasil dari proses pembelajaran.
(8) Mandiri yang meliputi kemandirian dalam (1) mengerjakan tugas pribadi, (2)
f. Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah g. Keadilan dan kepemimpinan h. Baik dan rendah
hati, i. Toleransi, cinta damai dan persatuan k. Kebebasan l. Persatuan
memenuhi kebutuhan dan keperluan pembelajaran, (3) dalam berfikir dan berkarya.
(9) Cinta ilmu yang meliputi (1) semangat belajar, (2) budaya gemar membaca, (3) budaya berkunjung ke perpustakan buku maupun digital untuk mencari informasi dan wawasan baru.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
dan lingkungan (H}abl min
al-Na>s wa al-bi>’ah)
(1) Ta’dzim dan hormat kepada guru, dan semua staff sekolah SMP Islam Terpadu misykat al-Anwar. (2) Santun dalam berkata /
berkomunikasi dan bertindak dengan teman sebaya, guru atau orang lain.
(3) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
(4) Menghargai karya dan prestasi orang lain dalam bentuk ruang apresiasi berupa MADING dan Penerbitan lain, kegiatan gelar karya yang digelar persemester, dll yang bersifat insidental.
(5) Peduli sosial dalam bentuk amal mingguan, bakti sosial, santunan sosial bulanan, dan kunjungan sosial kepada warga sekolah yang sedang terkena musibah.
(6) Peduli Lingkungan dalam bentuk menjaga kebersihan dan kehijauan lingkungan rumah dan sekolah.
d. Nilai kebangsaan (H}abl min
al-wat}an)
(1) Nasionalis dengan khidmah dalam mengadakan upacara dan peringatan hari-hari besar nasional.
(2) Patuh pada aturan-aturan sekolah dan kesepakatan yang dibuat di kelas.
(3) Demokratis dalam memilih dan dipilih dalam suksesi OSIS atau kepengurusan kesiswaan yang lain.
Dalam konteks pendidikan Islam, pengembangan karakter dasar atau akhla>k al-kari>mah hendaklah dikembangkan kepada tiga dimensi
yaitu dimensi ke-Tuhanan (il>ahiyyah), dimensi kemanusiaan universal
(insa>niyah), dan dimensi kemanusiaan individual (bashariyah). Karakter
yang tergolong dimensi ke-Tuhanan meliputi: cinta Allah dan Rasul dan cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya. Karakter yang tergolong dimensi kemanusiaan universal, meliputi: cinta orang tua/guru, cinta sesama, cinta bangsa dan negara, hormat dan santun, kasih sayang, peduli dan kerja sama; toleransi, cinta damai dan persatuan, kerja sama, dan toleransi. Sedangkan Karakter yang tergolong dimensi kemanusiaan individual, meliputi: cinta din sendiri, cinta ilmu pengetahuan dan teknologi, tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, baik dan rendah hati, dan kesederhanaan.
Apabila dikaji lebih tajam menurut konteks pendidikan Islam, karakter dasar yang dikembangkan oleh SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang merupakan konsep yang lebih lengkap dan islami karma rumusannya telah mencakup pada ketiga dimensi, yaitu dimensi ke-Tuhanan (ila>hiyyah), kemanusiaan yang universal (ins>aniyyah), dan
kemanusiaan yang bersifat individul (bashariyyah).
2. Pola pembentukan karakter siswa di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
a. Latar Belakang Komitmen Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
Latar belakang diselenggarakannya pendidikan karakterdi SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar adalah adanya rasa keprihatinan bersama dari guru, dan staf atas demoralisasi yang terjadi di kalangan anak-anak dan para remaja Indonesia akhir-akhir ini yang makin meningkat, yang ditandai dengan beberapa hal, yaitu: (i) meningkatnya tindak kekerasan atau pertengkaran di kalangan remaja, makin maraknya anak-anak sekolah yang membentuk kelompok (geng), dan munculnya penganiayaan terhadap teman-teman sekolahnya; (2) makin maraknya pacaran di kalangan remaja yang melampaui batas norma-norma agama, dan bahkan ada diantara mereka ada yang melakukan hubungan seksual sebelum nikah; (3) makin maraknya anak-anak dan remaja yang gemar bermain play station, sehingga mereka lupa untuk selalu berdzikir kepada Allah, lalai salat tepat pada waktunya, dan tidak gemar lagi membaca al-Qur'an serta malas berdo'a; (4) makin maraknya anak-anak dan remaja yang gemar melihat gambar-gambar porno, menonton film dan situs-situs porno; (5) membudayanya ketidakjujuran dan rasa tidak hormat anak terhadap omg tua dan guru di kalangan anak- nak dan remaja; (6) menurunnya semangat belajar, etos kerja, kedisiplinan dan kecenderungan untuk memperoleh hidup yang mudah dan tanpa kerja keras; (7) menurunnya rasa tanggung jawab anak-anak dan remaja, baik terhadap diri sendiri, keluarga,
lingkungan masyarakat, maupun bangsa dan negara; (8) membudayanya nilai meterialisme dan hedonisme di kalangan anak-anak dan para remaja; dan (9) makin maraknya penggunaan narkoba serta minuman beralkohol.
Latar belakang pendidikan karakter yang dijadikan alasan tersebut, bila dibandingkan dengan latar belakang yang dijadikan landasan oleh Thomas Lickona dalam mengembangkan pendidikhn karakter di Amerika nampaknya hampir sama. Thomas Lickona menjelaskan ada sepuluh tanda kehancuran zaman yang harus diwaspadai, yaitu: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer
group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku
yang merusak diri seperti narkoba, seks bebas, dan alkohol, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) penurunan etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, (8) rendahnya tanggung jawab individu dan negara, (9) ketidakjujuran yang membudaya, dan (10) rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama.44
Latar belakang yang mendorong diselenggarakannya pendidikan karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang nampaknya mengadaptasi dari keprihatinan tokoh pendidikan Amerika, Thomas Lickona atas demoralisasi yang melanda bangsa
44 Ratna Megawangi, Semua Berakar, 57.
Amerika. Keprihatinan atas demoralisasi yang terjadi di Amerika menggerakkan hati para pimpinan, guru, dan staf untuk mengambil langkah antisipatif agar demoralisasi tersebut tidak melanda anak dan remaja Indonesia, khususnya siswa SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
Keprihatian tersebut sangat bisa difahami oleh kalangan pendidik, mengingat negara Indonesia adalah negara yang religius yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian yang bermartabat. Tentunya demoralisasi sebagaimana disebutkan di atas sangat bertentangan dengan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan yang selalu dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia, khususnya siswa SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
Pendidikan karakter yang diselenggarakan, disamping sebagai antisipasi atas timbulnya demoralisasi pada anak dan remaja Indonesia, juga penting sebagai penanaman pondasi dan dasar-dasar perilaku yang kuat pada anak untuk menghadapi tantangan glolalisasi yang terkadang memberikan dampak yang negatif bagi anak dan remaja Indonesia. Dengan demikian, pendidikan karakter merupakan kebutuhan yang penting untuk segera diterapkan di sekolah-sekalah. b. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter.
Ada lima prinsip yang dijadikan landasan agar pendidikan karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang berjalan dengan efektif dan efisien, yaitu; (1) adanya keteladanan yang baik dari
orang sekitar, (2) pembiasaan-pembiasaan yang tidak hanya sekedar mengetahui kebajikan (knowing the good) tetapi juga merasakan (feeling the good), mencintai (loving the good), menginginkan (desiring the good), dan mengerjakan kebajikan (acting the good); (3) anak memerlukan nasihat dan bimbingan; (4) kontrol dan pengawasan; dan (5) sanksi yang mendidik.
Kelima prinsip yang dijadikan landasan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter tersebut mengacu pada prinsip yang sampaikan oleh tokoh pendidikan Islam, Abdullah Nas}ih Ulwan, yaitu: metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, memberikan perhatian, dan hukuman yang mendidik.45
Dengan demikian pnnsip-pninsip pendidikan karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang sebenarnya bersumber dari nilai-nilai pendidikan Islam yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Dalam menjalankan risalahnya, Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak (karakter) yang mulia, beliau menggunakan prinsip keteladanan,46 pembiasaan-pembiasaan, nasihat yang bijak, dan sangsi (pukulan) yang mendidik.
Prinsip-prinsip di atas merupakan prinsip yang masih bersifat subtantif, yang membutuhkan langkah-langkah oprasional dalam implementasinya agar dapat bejalan lebih optimal. Thomas Lickona menawarkan sebelas prinsip pendidikan karakter yang disebut dengan
45
Abdullah Nas}ih Ulwan, Tarbiyah al-Awla>d fi> al-Isla>m, Terjemah Indonesia Oleh Syaifullah Kamallie, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, Jilid II (Semarang: Asy-Syifa, 1981), 2.
"eleven prinsiples of effective character education”47 sebagai langkah
operasional, yaitu: (1) mempromosikan nilai-nilai etika sebagai karakter dasar yang baik; (2) karakter dipahami secara komprehensif yang mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku; (3) diperlukan proaktif dan pendekatan komprehensif; (4) sekolah harus menjadi masyarakat yang peduli; (5) kesempatan untuk melakukan tindakan moral; (6) memnyusun kurikulum akademis yang menghormati semua pelajar; (7) mengembangkan motivasi intrinsik siswa; (8) staf sekolah harus menjadi kumunitas moral yang bertanggung jawab untuk pendidikan karakter; (9) memerlukan kepemimpinan yang bermoral; (10) merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai mitra penuh dalam upaya pembangunan karakter; dan (11) dilakukan evaluasi pendidikan karakter yang komprehensif.
Dengan mengkombinasikan prinsp-prinsip islami yang subtantif dan dilengkapi dengan prinsip yang bersifat operasional dari pakar pendidikan karakter, maka penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah akan semakin efektif dan efisien dalam mencapai visi yang telah ditetapkan bersama-sama.
c. Metode Pembentukan Karakter
Metode pendidikan karakter yang diterapkan di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang didasarkan pada lima pilar pendidikan karakter yaitu: (1) knowing the good (mengetahui
kebajikan); (2) feeling the good (merasakan kebajikan); (3) loving the
good (mencintai kebajikan); (4) desiring the good (menginginkan
kebajikan); dan (5) acting the good (mengerjakan kebajikan).
Metode yang diterapkan di atas senada dengan metode yang dikembangkan oleh Thomas Lickona, yang didasarkan pada tiga komponen pendidikan karakter yang baik (components of good
character). yang meliputi: (1) moral knowing atau pengetahuan
tentang moral; (2) moral feeling atau perasaan tentang moral; dan (3)
moral action atau perbuatan bermoral.48
Berdasarkan pada hal di atas, untuk mengajarkan anak berbuat kebaikan, metode yang pertama kali harus dilakukan adalah memberikan pengetahuan secara kognitif tentang karkater yang baik kepada anak. Setelah anak mengetahui kebaikan, maka anak disentuh perasaannya amok berbuat kebaikan agar tumbuh rasa cintanya kepada kebaikan, sehingga tumbuh keinginannya untuk melakukan kebaikan dengan kesadarannya sendiri, tanpa ada unsur keterpaksaan akibat ada tekanan dari luar.
Metode yang diterapkan dalam menumbuhkan kesadaran untuk melakukan kebaikan belum sepenuhnya membuat anak berperilaku baik. Banyak diantara anak-anak yang telah mengatahui kebaikan namun belum atau enggan melakukan kebaikan tersebut. Oleh karena itu kesadaran anak untuk berbuat kebaikan harus ditumbuhkan dengan
48 Zaim Mubarak, Membumikan, 110.
pendekatan peningkatan keimanan atau kepercayaan yang mendasar bagi anak. Dengan lahirnya keimanan yang kuat akan mendorong anak berbuat kebaikan dengan fanatisme yang tinggi. Unsur keimanan merupakan hal yang eksistensial yang tidak boleh Iepas dan pribadi anak, karena unsur keimanan ini akan melahirkan kesadaran robba>niyyah yang memberikan motivasi yang kuat untuk selalu
berbuat baik (amal saleh). Dengan modal kesadaran robba>niyyah inilah, anak-anak akan berusaha memahami, merasakan, mencintai, dan berkeinginan melakukan suatu kebaikan secara konsisten.
Berdasarkan uraian di atas, tentang proses penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah yang dimulai dari perumusan visi dan misi, perumusan karakter dasar, latar belakang yang jelas, pemilihan prinsip dan metode yang tepat, dapat dikemukakan proposisi sehagai berikut:
Apabila penyelenggaraan pendidikan kayak-ter di sekolah didasarkan pada visi dan misi yang jelas, latar belakang yang mendasar, rumusan karakter dasar yang detail, prinsip-prinsip yang kuat dan metode-metode yang tepat, maka akan berjalan secara efektif dan efisien.
d. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
1. Pilar-pilar Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang.
Berdasarkan pada temuan penelitian yang telah diuraikan pada sub bab di atas, bahwa pola implementasi pendidikan karakter di SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang menitikberatkan pada pada tiga pilar besar, yaitu; Pengembangan program dan kebijakan sekolah, Program pembelajaran, Kemitraan dengan wali siswa / orang tua.
Dari pilar-pilar tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter dalam pendekatan penyelengaraanya melibatkan seluruh anggota masyarakat sekolah, yaitu kepala sekolah, guru dan staff, siswa dan , orang tua/wali.
Apabila dianalisis secara tajam, pelibatan semua komponen, seperti kepala sekolah, guru, dan orang tua dalam pendidikan karakter anak merupakan keniscayaan yang tidak bisa diabaikan begitu saja, mengingat harus ada kesinambungan yang sinergis dalam pembentukan karakter anak antara di sekolah dan dan di rumah. Pembiasaan prilaku anak di sekolah harus dilanjutkan di rumah dengan bimbingan dan pengawasan orang tua. Tidak akan menjadi karakter yang baik, apabila karakter yang terjadi di sekolah kalau tidak dibiasakan di rumah, dan begitu sebaliknya. Hal inilah yang menjadikan pentingnya pelibatan orang tua demi kesinambungan pendidikan karakter di sekolah dengan karakter yang terjadi di rumah (dalam keluarga) dan bahkan luar rumah (di tengah-tengah-masyarakat).
Keberhasilan pengembangan pendidikan karakter dengan pendekatan pengembangan sekolah secara menyeluruh ditentukan pada tiga komponen utama yang saling terintegrasi yaitu pengembangan program dan kebijakan sekolah oleh kepala sekolah, pengembangan program pembelajaran oleh guru, dan dan pengembangan kemitraan dengan orang tua. Dengan demikian, pendidikan karakter rnerupakan tangung jawab barbagai komponen pendidikan di sekolah (kepala sekolah dan guru/staf) dan orang tua. Dalam konteks pendidikan karakter, pembentukan karakter anak berhasil dengan maksimal bila dilakukan secara komprehensif dan integratif antara semua komponen pendidikan di sekolah dan peran serta orang tua. Pembentukan karakter anak yang dilakukan dengan parsial dan tidak adanya kesamaan persepsi, pandangan dan perlakuan dari semua komponen pendidikan di sekolah dan peran serta orang tua akan mengalami kegagalan.
Berkaitan dengan hal di atas, Doni Koesoema mengandaikan adanya pendekatan yang integral diantara empat agen utama pendidikan, yaitu keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat (termasuk di dalamnya institusi keagamaan), dan negara.49 Keempat pelaku utama pendidikan ini seharusnya memiliki perhatian yang sama bagaimana membentuk karakter anak-anak sehingga menjadi pemuda yang unggul.
49 Doni Koesoema, Pendidikan, 182.
Tampaknya konsep pendekatan terintegrasi diantara empat agen utama pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikin karakter yang disampaikan oleh Doni Koesoema bersifat memperkuat dan menyempurnakan apa yang telah dikembangkan oleh SMP Islam Terpadu Misykat al-Anwar Jombang, yaitu pola pengembangan dengan pendekatan integratif.
2. Peran dan tanggung jawab pimpinan, guru, dan orang tua dalam pembentukan karakter.
Implementasi pendidikan karakter yang menitik beratkan pada Pengembangan program dan kebijakan sekolah, Program pembelajaran, Kemitraan dengan wali siswa / orang tua menunut peran serta dan tanggung jawab semua komponen, yaitu kepala sekolah dan guru/karyawan serta orang tua di rumah.
Keberhaslian pendidikan karakter dengan pendekatan yang integratif tersebut sangat ditentukan oleh seberapa besar peran serta dan tanggung jawab semua komponen pendidikan di sekolah dan di rumah.
a) Peran dan tanggungjawab Kepala Sekolah.
Berdasarkan paparan data di atas, bahwa peran dan