BAB III METODE PENELITIAN
4.2. Penyajian Data
4.2.1 Analisis Data
Penggalan Scene 1 ( Scene 8 dalam film )
Gambar 4.1 Muluk mengancam dan menyekap Komet yang baru saja mencopet Level Realitas
• Penampilan ( Ekspresi, Kostum dan Make Up ) :
Menunjukkan dua sisi yang berbeda yaitu Muluk mempunyai dandanan, pakaian dan celana yang rapi serta bersih, mempunyai ekspresi wajah yang kaku dan menakutkan untuk menunjukkan keadaan marah dan tersinggung. Sedangkan Komet mempunyai dandanan, pakaian, dan celana yang lusuh, mempunyai ekspresi wajah yang tegang, takut untuk menunjukkan keadaan takut, kaget, dan cemas karena diancam dan dibentak oleh Muluk.
• Setting :
Suasana di gedung yang sudah tua, yang berada di dekat pasar. Tempat Komet dan kawan – kawannya biasanya melakukan aktivitasnya yaitu mencopet. Dapat kita perhatikan di dunia nyata, bahwa pencopetan dan sejenisnya sering terjadi di tempat – tempat yang ramai seperti pasar, mall, bahkan konser hiburan.
Level Representasi
• Teknik Kamera : Long Shot dan Medium Shot
Teknik kamera long shot dan medium shot pada kamera scene tersebut untuk menggambarkan pengancaman Muluk terhadap Komet dengan memperlihatkan ekspresi kemarahan Muluk dan Ketakutan Komet karena disudutkan oleh Muluk.
Level Ideologi • Dialog :
Muluk : Diem Lu !! Eh.. Diem ! Diem !. Gua bawa ke kantor polisi Lu ! Lu tau gak, Gua udah dua tahun cari kerja, supaya bisa dapet duit.
Enak aja “ nyomot “ dompet orang. Nyinggung perasaan gua tahu ! Orang susah payah cari kerja, duitnya diem – diem Lu ambil ! Lu ga bisa minta baik – baik !
Analisis Data :
Pada setting scene diatas menunjukkan gedung yang sudah tua dekat pasar, tempat sehari – hari Komet dan teman – temannya biasanya melakukan aktivitas mencopet. Lalu Muluk menyudutkan Komet di tembok bagian dari gedung tersebut. Tentunya memang dapat kita perhatikan di dunia nyata, bahwa pencopetan dan sejenisnya sering terjadi di tempat – tempat yang ramai seperti pasar, mall, bahkan konser hiburan.
Dengan pengambilan Long Shot dan Medium Shot seperti scene diatas, hal itu memberikan gambaran atau informasi mengenai kekerasan yang dilakukan oleh Muluk terhadap Komet. Terlihat bagaimana Muluk menyekap seperti sedikit mencekik Komet. Kekerasan yang dilakukan seperti scene diatas tergolong kedalam kekerasan fisik dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong, atau dengan alat atau senjata, menganiaya, membunuh dan sebagainya.
Dan dialog adegan diatas menceritakan Komet yang disekap oleh Muluk, karena Muluk melihat Komet mencopet dan merasa tersinggung karena perbuatan Komet tersebut. Lalu Muluk mengikuti Komet dari pasar sampai menuju gedung tua dekat pasar. Secara tiba – tiba dan spontan, Muluk menyudutkan Komet. Lalu Muluk mengancam dan membuat takut Komet. Komet-pun tak berkutik, ketika Muluk menyekapnya, dengan ketakutan dia mendengar kemarahan Muluk. Dan seakan sudah pasrah karena takutnya, Komet hanya bisa menjawab sebisanya, agar Muluk mau melepaskan Komet dari sergapan Muluk.
Dialog diatas tersebut jelas terjadi kekerasan verbal yang menjadi kekerasan psikologis secara langsung seperti terlihat pada bentakan – bentakan dan ancaman yang dilakukan Muluk kepada Komet, seperti dialog Diem Lu !! Eh.. Diem ! Diem !. Gua bawa ke kantor polisi Lu !, dengan bentakan – bentakan dan ancaman tersebut membuat Komet ketakutan, dan cemas. Seharusnya sebagai orang dewasa dapat memberikan nasihat yang baik, tak perlu dengan membentak – bentak. Hal ini memberikan contoh yang tidak baik kepada para penonton.,terutama untuk para orang tua.
Penggalan Scene 2 ( Scene 33 dalam film )
Gambar 4.2 Pemukulan Bang Jarot ( Bos ) kepada Komet karena membawa orang asing ke markas dan tidak menjawab pertanyaan Bos
Level Realitas
• Penampilan ( Ekspresi, Kostum dan Make Up ) :
Komet masih dengan dandanan, pakaian yang lusuh, mempunyai ekspresi wajah yang tegang, takut dan sambil memegang kepalanya karena dampak rasa sakit akibat dipukul oleh Bang Jarot ( Bos ) dengan menggunakan benda seperti buku. Muluk masih tetap dengan dandanan, pakaian yang rapi serta bersih, mempunyai ekspresi wajah yang kaku dan agak tegang dan sedikit cemas karena melihat Komet dipukul oleh Bang Jarot. Sedangkan Bang Jarot memiliki dandanan, pakaian yang cukup rapi dengan rambut yang sudah mulai memutih, dengan sebelah mata ber-retina kecil yang membuat image Bang Jarot menyeramkan, mempunyai ekspresi wajah kaku dan menakutkan untuk menunjukkan keadaan marah.
• Setting :
Suasana didalam sebuah ruangan yang minim sekali penerangan, agak gelap. Kotor, kumuh, berantakan, minim fasilitas rumah pada umumnya. Menunjukkan tempat itu adalah markas dari para pencopet cilik dan tempat dimana mereka mengumpulkan hasil dari para pencopet cilik itu semua dalam mencopet. Dan tempat Bos melakukan koordinasi kepada para pencopet cilik dalam melakukan aksi atau merencanakan sesuatu.
Level Representasi
• Teknik Kamera : Medium Shot
Teknik kamera medium shot ditujukan untuk memberikan informasi bagaimana kekerasan dilakukan. Pengambilan tehnik ini memperlihatkan
jelas pemukulan Bang Jarot kepada Komet, dan ekspresi kesakitan Komet setelah dipukul dengan benda oleh Bang Jarot.
Level Ideologi • Dialog :
Komet : Bang, Abang itu namanya Muluk Bang Jarot : Gua ga Tanya ! Siapa dia ?
Komet : Kan tadi udah bilang, dia itu namanya Bang Muluk, Orang Pinter, Sarjana apa bang ?
Muluk : Sarjana Management Komet : Tuh Kan, Orang pinter Bang Jarot : Mau ngapain dia kemari ?
Komet : Mau ngapain Bang kesini ? ( bertanya kepada Bang Muluk ) Bang Jarot : ( Melihat Muluk maju selangkah )
Eh ! Diem Lu, Diem, Diem, Diem disitu Lu ! ( Sambil memukul Komet ) Gua Tanya ama dia ! Mau ngapain dia kemari !
Komet : Iya Bang, Mau ngapain kemari ? Muluk : Mau mengadakan presentasi
Bang Jarot : Presentasi apa ! Multi Level Marketing ! Ha ! Muluk : Bukan, Proposal kerjasama
Analisis Data :
Pada setting scene tersebut Suasana didalam sebuah ruangan yang minim sekali penerangan, agak gelap. Kotor, kumuh, berantakan, minim fasilitas rumah pada umumnya. Dan itu adalah markas dari para pencopet cilik tersebut
Keadaan diatas menunjukkan cara hidup mereka yang kurang mementingkan kebersihan, kesehatan, dan kerapian. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri dari kenyataan bahwa banyak anak – anak jalanan yang kondisi badannya kotor, pakaiannya yang juga lusuh, ini juga ditunjang dari lingkungan tempat tinggal mereka yang kotor dan kumuh. Hal ini juga mencerminkan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap fakir miskin dan anak – anak yang terlantar.
Dan Bang Jarot yang mempunyai rambut yang memutih menunjukkan bahwa dia sudah menua yang dalam dunia nyata juga memperlihatkan apabila orang yang sudah tua rambutnya akan memutih, yang menggunakan kekuasaannya untuk melakukan kekerasan. Dalam dunia nyata memang sering anak jalanan, mendapat kekerasan dari pimpinannya, lebih dewasa.
Dengan teknik kamera medium shot ditujukan untuk memberikan informasi bagaimana kekerasan dilakukan. Pengambilan tehnik ini memperlihatkan jelas pemukulan Bang Jarot kepada Komet, terlihat tangan dari Bang Jarot yang memegang benda seperti buku yang digunakan untuk memukul Komet. Lalu dilanjutkan dengan ekspresi kesakitan Komet setelah dipukul dengan benda oleh Bang Jarot, yaitu Komet yang mengelus – ngelus kepalanya karena merasakan sakit akibat dipukul Bang Jarot.
Hal ini menunjukkan kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak – anak yang memang masih banyak kita jumpai pada kehidupan sehari – hari. Banyaknya kekerasan pada anak yag dilakukan orang dewasa terlebih orang tuanya sendiri. Seharusnya dalam film ini tak perlu memakai kekerasan dalam meminta sesuatu dari anak tersebut.
Kekerasan yang dilakukan seperti scene diatas tergolong kedalam kekerasan fisik dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong, atau dengan alat atau senjata, menganiaya, membunuh dan sebagainya.
Dan dialog diatas terjadi ketika Komet mengajak Muluk ke markas dari pencopet, dan disana Muluk bertemu dengan Bang Jarot selaku Bos para pencopet. Bang Jarot merasa tidak nyaman dengan kehadiran Muluk, karena Muluk masih menjadi orang asing dilingkungan mereka. Dengan keras Bang Jarot bertanya kepada Muluk dan Komet. Karena Komet juga tidak tahu alasan Muluk datang ke markas mereka. Maka Bang Jarot membentak dan memukul Komet, sampai Komet merasa kesakitan.
Dari dialog tersebut telah terjadi kekerasan psikologis, seperti terlihat Bang Jarot melakukan pembentakan terhadap Komet dan Muluk. Yang menimbulkan rasa ketakutan pada Komet dan Muluk. Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit, memata – matai atau tindakan – tindakan lain yang menimbulkan rasa takut ( termasuk yang diarahkan kepada orang – orang terdekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman, atau orang tua).
Penggalan Scene 3 ( Scene 47 pada film )
Gambar 4.3 Kekerasan yang dilakukan Bang Jarot Bang Jarot ( Bos ) kepada Glen karena mengambil uang setoran rutin
Level Realitas
• Penampilan ( Ekspresi, Kostum dan Make Up ) :
Dalam scene diatas, Glen ( Ketua Copet Mall ), memiliki dandanan yang agak tak teratur. Dengan memakai kaos “ You Can See “, memakai ikat kepala, rambut yang dicat pirang, dan mempunyai tattoo pada bahu dan lengan kirinya. Pada scene terlihat ekspresi Glen yang ketakutan, karena Bang Jarot akan mengambil uang dari Glen dengan pemaksaan, dan melakukan kekerasan fisik kepada Glen.
Sedangkan Bang Jarot memiliki dandanan, yang berbeda dari sebelumnya, pakaian yang hanya memakai kaos oblong, tetap dengan jeans dan memakai sepatu boot, mempunyai ekspresi wajah kaku dan menakutkan untuk menunjukkan keadaan kesal atau marah. Seperti dalam dunia nyata anak jalanan memiliki gaya hidup yang bebas dan tak ada yang peduli peenampilan mereka harus seperti apa.
• Setting :
Suasana didalam sebuah ruangan yang minim sekali penerangan, agak gelap. Kotor, kumuh, berantakan, minim fasilitas rumah pada umumnya. Menunjukkan tempat itu adalah markas dari para pencopet cilik dan tempat dimana mereka mengumpulkan hasil dari para pencopet cilik itu semua dalam mencopet. Dan tempat Bos melakukan koordinasi kepada para pencopet cilik dalam melakukan aksi atau merencanakan sesuatu.
Level Representasi
• Teknik Kamera : Long Shot dan Medium Shot
Teknik kamera long shot dan medium shot pada kamera scene tersebut untuk menggambarkan kekesalan Bang Jarot kepada Glen, dan dengan tehnik ini terlihat Bang Jarot menggunakan tangan dan kakinya untuk melakukan kekerasan. Hal itu karena kekesalan Bang Jarot kepada Glen karene telah menyembunyikan uang.
Level Ideologi • Dialog :
Bang Jarot : Eh, Sini Lu, Sini ! Sini !! Elu Baru jadi cicak ! Mau Ngadalin Buaya Lu, Sono !!
Analisis Data :
Pada setting scene tersebut Suasana didalam sebuah ruangan yang minim sekali penerangan, agak gelap. Kotor, kumuh, berantakan, minim fasilitas rumah pada umumnya. Dan itu adalah markas dari para pencopet cilik tersebut. Menggambarkan tempat tersebut menjadi persembunyian dari copet – copet itu, dan jarang diketahui oleh orang lain.
Keadaan diatas menunjukkan cara hidup mereka yang kurang mementingkan kebersihan, kesehatan, dan kerapian. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri dari kenyataan bahwa banyak anak – anak jalanan yang kondisi badannya kotor, pakaiannya yang juga lusuh, ini juga ditunjang dari lingkungan tempat tinggal mereka yang kotor dan kumuh. Hal ini juga mencerminkan kurangnya kepedulian pemerintah terhadap fakir miskin dan anak – anak yang terlantar.
Teknik kamera pada scene diatas menggunakan gabungan dua teknik kamera yaitu medium shot dan long shot, untuk menggambarkan kekerasan yang dilakukan oleh Bang Jarot kepada Glen, pada teknik kamera medium shot terlihat bagaimana Bang Jarot menggumnakan tangannya untuk melakukan kekerasan fisik, yaitu dengan menarik bagian tubuh, untuk memberikan rasa sakit kepada Glen, sehingga terlihat ekspresi Glen yang sedang kesakitan. Hal itu merupakan akibat Bang Jarot menarik bagian tubuh dari Glen. Terlihat juga Glen sampai badannya terdorong, karena hal itu.
Kekerasan yang dilakukan seperti scene diatas tergolong kedalam kekerasan fisik dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong, atau dengan alat atau senjata, menganiaya, membunuh dan sebagainya.
Adegan dalam scene diatas juga bisa dimasukkan dalam kekerasan financial, karena terdapat adegan Bang Jarot yang dengan paksaan mengambil uang Glen bahkan dengan kekerasan. Kekerasan financial adalah tindakan mengambil, mencuri uang korban, menahan atau tidak memberikan pemenuhan kebutuhan financial korban, mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil – kecilnya.
Dari dialog tersebut telah terjadi kekerasan verbal yang berlanjut pada kekerasan psikologis, seperti terlihat Bang Jarot melakukan pembentakan terhadap Glen. Dan pada Yang menimbulkan rasa ketakutan pada Glen. Dialog diatas tersebut jelas terjadi kekerasan verbal yang menjadi kekerasan psikologis secara langsung seperti terlihat pada bentakan – bentakan dan ucapan ucapan yang merendahkan yang dilakukan Bang Jarot kepada Glen, seperti dialog Eh, Sini Lu, Sini ! Sini !! Elu Baru jadi cicak !
Dan dengan kata – kata yang kasar dan bentakan membuat Glen ketakutan. Seharusnya sebagai orang dewasa dapat memberikan nasihat yang baik, tak perlu dengan membentak – bentak apalagi Bang Jarot merendahkan Glen dengan sengaja. Dengan meyebut Glen sebagai “ cicak “, yang berarti Bang Jarot menyebut Glen dan menyamakan Glen sebagai hewan seperti cicak. Hal ini memberikan contoh yang tidak baik kepada para penonton.,terutama untuk para orang tua.
Penggalan Scene 4 ( Scene 62 pada film )
Gambar 4.4 Glen merendahkan Bedul karena tidak dapat mengetahui arti kata “ Dinas “ dilanjutkan dengan kekerasan fisik
Level Realitas
• Penampilan ( Ekspresi, Kostum dan Make Up ) :
Dalam scene diatas, Glen ( Ketua Copet Mall ), memiliki dandanan yang agak keren dari sebelumnya. Dengan memakai kaos dan di rangkap dengan jaket sporty yang membuat penampilan Glen dari segi kostum lebih rapid an menarik. Hal ini disesuaikan dengan bagian pekerjaan dia yaitu sebagai ketua copet mall, dengan costum seperti itu agar sesuai dengan lingkungan kerjanya.
Glen memakai ikat kepala, rambut yang dicat pirang, memakai gelang dan jam tangan, dan masih tetap sama dengan sebelumnya, dia juga mempunyai tindik di telinganya. Pada scene terlihat ekspresi Glen yang kesal dan marah, karena Bedul tidak mengerti arti kata “ dinas “, dari kalimat Komet. Sedangkan Bedul dengan pakaian dan dandanan kebalikan dari Glen, yaitu dengan kaos oblong dan memakai topi yang dibalik, hal ini juga disesuaikan dengan lingkungan kerja Bedul sebagai anak buah Komet, yaitu copet pasar.
• Setting :
Setting pada scene diatas, berada di depan markas mereka ( para pencopet ). Tepatnya berada di halaman depan markas, yang digunakan untuk memarkir sepeda motor dinas yang baru dibeli Bang Muluk. Dengan pencahayaan lebih terang, karena adegan dilakukan di halaman depan markas, cahaya matahari lebih jelas menyinari daripada adegan yang dilakukan didalam ruangan markas, dan disebelah motor baru Bang Muluk.
Level Representasi
• Teknik Kamera : Medium Shot
Teknik kamera medium shot ditujukan untuk memberikan informasi bagaimana kekerasan dilakukan. Pengambilan tehnik ini memperlihatkan jelas Glen yang mendorong kepala Bedul. Juga memperlihatkan jelas ekspresi kekesalan Glen kepada Bedul dan Komet sebagai ketua Bedul yang tak terima karena Glen mendorong kepala Bedul.
Level Ideologi • Dialog :
Glen : Ini motor pasti dibeli pake duit kita.
Komet : Motor dinas, dibeli pake duit kita, dipake Bang Muluk buat dinas. Bedul : Dinas apa sih ?
Glen : Eh.. Tugas Bego ! ( Sambil Mengemplang Kepala Bedul )
Komet : Eh Glen, Bedul anak buah gue, Cuma gue yang boleh ngemplang dia Glen : Anak buah Lo Bego sih ! Dinas aje ga ngerti !
Komet : Biarin aje dia Bego, dia kepengen Bego. Glen : Loe mau apa !
Komet : Bos bilang, urus anak buah masing – masing, klo mau kemplang, Kemplang anak buah Lo.
Glen : Klo mau, kepala Lu mau Gua kemplang ! Komet : Coba aja.
Analisis Data :
Setting pada scene diatas, pencahayaan lebih terang, karena adegan dilakukan di halaman depan markas, cahaya matahari lebih jelas menyinari daripada adegan yang dilakukan didalam ruangan markas, dan disebelah motor baru Bang Muluk.berada di depan markas mereka ( para pencopet ).
Tetapi masih terlihat dibeberapa bagian depan markas tersebut yang menunjukkan bagian yang kotor. Hal ini masih membuktikan bahwa markas mereka dilihat dari depan ataupun dalam menunjukkan suasana yang kotor dan tak terawat. Maka tak heran jika gaya hidup mereka- pun sederhana.
Pakaian Glen pada adegan diatas agak berbeda daripada adegan sebelumnya, Dalam scene diatas, Glen ( Ketua Copet Mall ), memiliki dandanan yang agak keren dari sebelumnya. Dengan memakai kaos dan di rangkap dengan jaket sporty yang membuat penampilan Glen dari segi kostum lebih rapi dan menarik.
Hal ini disesuaikan dengan bagian pekerjaan dia yaitu sebagai ketua copet mall, dengan costum seperti itu agar sesuai dengan lingkungan kerjanya. Secara realita, suasana keja Glen yang menjadi copet di Mall, secara dandanan dan kostum para pengunjung di mall adalah rapi bersih dan keren. Karena mall memang tempat untuk orang – orang mencari hiburan dan berbelanja, serta tempat orang – orang yang melakukan interaksi.
Berbeda dengan Bedul yang menjadi copet pasar, dengan pakaian dan dandanan yang sederhana dan apa adanya, sesuai dengan lingkungan kerja Bedul yaitu pencopet di pasr tradisional. Secara realita dapat kita lihat sehari – hari, pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli yang sebagian besar dari mereka menggunakan pakaian atau dandanan yang biasa saja, atau sederhana. Karena tempatnya juga yang tidak sebagus dan serapi pedagang di mall, jadi pedagang dan pembeli di pasar-pun juga tidak terlalu memperhatikan pakaian yang bagus dan dandanan yang glamour.
Dengan teknik kamera medium shot ditujukan untuk memberikan informasi bagaimana kekerasan dilakukan. Pengambilan tehnik ini memperlihatkan jelas Glen yang mendorong kepala Bedul. Hal ini bisa digolongkan dalam kategori kekerasan fisik. Karena mendorong kepala merupakan sesuatu yang tidak sopan walaupun hal itu merupakan candaan.
Dan dialog diatas terjadi ketika Bang Muluk yang membeli sepeda motor baru yang digunakan sebagai motor dinas Bang Muluk, dengan menggunakan uang hasil dari para pencopet cilik itu. Tetapi hal ini tidak diketahui oleh mereka semua. Dan membuat respon mereka yang tidak terima akan hal itu. Setelah itu Bedul sebagai anak buah Komet ( Copet Pasar ), menanyakan apa itu dinas, dan langsung Glen ( Ketua Copet Mall ) mendorong kepala Bedul, serta memberikan umpatan yang merendahkan Bedul. Komet sebagai pemimpin Bedul tidak terima dan mereka berdua terlibat perselisihan mulut, serta hamper beradu fisik.
Dari dialog tersebut telah terjadi kekerasan psikologis, seperti terlihat Glen yang merendahkan Bedul degan sebutan bego. Bego adalah kata lain dari kata bodoh, dungu, tolol. Pada adegan diatas Glen melakukan pengumpatan kepada Bedul dengan sengaja. Walaupun hal ini dilakukan sesama sebayanya, tapi hal itu hendaknya tak perlu terlalu ditampilkan. Karena hal itu bisa dicontoh para penonton terutama anak – anak. Dengan menganggap hal itu adalah hal sepele dan boleh dilakukan dalam kehidupan sehari – hari.
Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit, memata – matai atau tindakan – tindakan lain yang menimbulkan rasa takut ( termasuk yang diarahkan kepada orang – orang terdekat korban, misalnya keluarga, anak, suami, teman, atau orang tua).
Penggalan Scene 5 ( Scene 71 pada Film )
Gambar 4.5 Bang Jarot melakukan kekerasan fisik pemukulan kepada Glen dan teman - temannya
Level Realitas
• Penampilan ( Ekspresi, Kostum dan Make Up ) :
Dalam scene diatas, Glen ( Ketua Copet Mall ) dan teman - temannya, memiliki dandanan yang santai. Dengan memakai kaos, sementara Glen tetap memakai ikat kepala, rambut yang dicat pirang, dan mempunyai tindik pada telinganya. Pada scene terlihat ekspresi Glen dan teman – temannya yang ketakutan, karena Bang Jarot marah dan melakukan kekerasan fisik kepada Glen dan teman – temannya dengan cara memukul.
• Setting :
Setting pada scene diatas, berada di jembatan sungai di pinggiran kota. Dekat warung kopi yang biasanya, dikunjungi Bang Jarot dan kawanan pencopet itu. Dan pengambilan gambar dilakukan pada malam hari, sehingga pencahayaan pada scene diataspun kurang atau agak gelap. Jembatan yang tidak terlalu modern karena hanya jembatan kecil untuk penduduk sekitar.
Level Representasi
• Teknik Kamera : Close Up
Close Up adalah shot gambar yang jika objeknya adalah manusia, maka dapat diukur dari bahu hingga sedikit ruang di atas kepala. Pengambilan gambar close up menggambarkan dan memberikan informasi kepada penonton tentang penguatan ekspresi dan dialog penting untuk lebih diperhatikan penonton. Pada tehnik kamera ini memperlihatkan jelas pemukulan Bang Jarot kepada Glen dan teman – temannya. Juga tertangkap ekspresi mereka yang ketakutan, tegang, juga kesakitan.
Level Ideologi • Dialog :
Bang Jarot : Ada Apa !
Glen : Bos, knapa sih, mau – maunya nurut sama Bang Muluk ? Bang Jarot : Eh ! Eh ! ( Sambil Memukul kepala Glen dan temannya )
Sapa lagi yang mau gua gampar Hah ! Glen : Tapi kita ngga mau sekolah !
Bang Jarot : Heh Glen, Lu inget ngga kejadian di Kalibata Mall, waktu