• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data

1. Analisis Data Skala

Pengujian normalitas menggunakan teknik analisis one sample Kolmogorov-Smirnof test dengan bantuan SPSS for Windows versi 16. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari frekuensi harapan distribusi normal teoritiknya. Normalitas berarti bentuk distribusi variabel dalam populasi berbentuk distribusi normal atau kurve normal (Hadi,2001).

Tabel 7

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

total N 60 Mean 88.0000 Normal Parametersa Std. Deviation 1.61896E1 Absolute .138 Positive .138 Most Extreme Differences

Negative -.075 Kolmogorov-Smirnov Z 1.069 Asymp. Sig. (2-tailed) .204

a. Test distribution is Normal.

Uji normalitas menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka sebarannya normal, tetapi bila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran skornya tidak normal.

Hasil analisis data dalam penelitian dengan menggunakan teknik

Kolmogorov Smirnov pada SPSS versi 16, diperoleh signifikansi sebesar 0,204. Angka ini menunjukkan bahwa distribusi data subjek adalah normal, dengan nilai p yang dihasilkan lebih besar dari 0,05.

a. Deskriptif Data Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian ini memerlukan penyajian data melalui tabel, penghitungan nilai maksimum dan minimum, mean teoritis, mean empiris dan standar

deviasi. Berikut tabel yang berisi data penilaian berdasarkan penghitungan komputerisasi dengan menggunakan SPSS versi 16. Tabel 8

Deskripsi Data Penelitian

N 60

Skor Minimum Teoritik 39

Skor Minimum Empirik 58

Skor Maksimum Teoritik 156

Skor Maksimum Empirik 132

Mean Teoritik 97,5

Mean Empirik 88

Median 83

Modus 99,5

Standar Deviasi Teoritik 19,5

Standar Deviasi Empirik 16,2

Varians 262,102

Standar Deviasi (SD) teoritik yang diperoleh dari penghitungan rentang antara nilai maksimum teoritik dan nilai minimal teoritik dibagi 6 ( ) menunjukkan nilai Standar Deviasi (SD) empirik (16,2) lebih kecil daripada SD teoritik (19,5), yang artinya bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritik. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata subjek penelitian kelompok data lebih rendah dari nilai rata-rata teoritik, yang berarti bahwa subjek

penelitian secara umum adalah kelompok yang homogen yaitu mahasiswa pengguna internet

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa mean empirik (88) lebih kecil daripada mean teoritik (97,5), di uji lagi dengan uji statistik one sample test dengan bantuan SPSS for windows versi 16 dengan tujuan untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih besar dari mean teoritik. Berikut ini hasil perhitungan uji one sample test :

Tabel 9

Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritis

One-Sample Statistics

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean total 60 88.0000 16.18956 2.09006

One-Sample Test

One-Sample Test

Test Value = 97.5

95% Confidence Interval of the Difference

t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper total -4.545 59 .000 -9.50000 -13.6822 -5.3178

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai t adalah sebesar -4.545 dengan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,01 (p – 0,000 < 0,01) yang berarti secara signifikan ada perbedaan antara

mean empirik dan mean teoritik. Hal ini membuktikan bahwa secara signifikan mean empirik lebih kecil dari mean teoritik sehingga bisa dinyatakan bahwa gejala Pathologycal Internet Use (PIU) pada mahasiswa rendah.

b. Kategorisasi Gejala Pathological Internet Use pada Mahasiswa

Berdasarkan pada norma kategorisasi skala (tabel 6) pada bab sebelumnya, maka dapat dikategorisasikan skor total subjek berdasarkan tinggi-rendahnya. Berikut ini deskripsi skor total yang telah dikategorisasikan.

Tabel 10

Kategori Skor Total Subjek

Norma Kategori

117 ≤ x Tinggi

72 ≤ x < 117 Sedang

X < 72 Rendah

Tabel 11

Data Jumlah Subjek Per Kategori

Jumlah Subjek Kategori

Pria Wanita

Jumlah

Subjek Prosentase

Gejala PIU Tinggi 2 0 2 3,3%

Gejala PIU Sedang 32 19 51 85%

Gejala PIU Rendah 5 2 7 11,7%

Hasil pengkategorisasian dari tabel 10 diatas menunjukkan bahwa dari 60 orang subjek terdapat 2 orang tergolong dalam kategori tinggi (3,3%), 51 orang tergolong dalam kategori sedang (85%), dan 7

orang masuk pada kategori rendah (11,7%). Subjek penelitian terbanyak masuk dalam kategori sedang.

c. Deskripsi Kedudukan pada gejalaPathologycal Internet Use(PIU) Tabel 12

Deskripsi Data Tiap Gejala PIU

No Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 2 Skor Minimum Teoritik 6 5 5 6 2 4 4 5 2 3 Skor Maksimum Empirik 22 17 18 19 8 14 14 18 7 4 Skor Maksimum Teoritik 24 20 20 24 8 16 16 20 8 5 Skor Minimum Empirik 7 6 5 7 2 6 4 6 2 6 Mean Teoritik 15 12,5 12,5 15 5 10 10 12,5 5 7 Mean Empirik 14,25 12,35 11,37 12,7 5,4 9,8 8,8 9,5 4 8 Median 14 12 11 13 6 9 9 9 4 9 Modus 11 11 10 12 6 9 7 8 4 10 Standard Deviasi 3 2,5 2,5 3 1 2 2 2,5 1 11 Varian 12,6 7,6 8 9,25 3 3 4,8 6,9 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara umum subjek memiliki gejala PIU diri yang dikategorikan rendah dari tiap aspeknya yang tampak dari mean empirik yang lebih rendah dari mean teoritis. Apabila dilihat dari perbandingan perolehan nilai mean empirik yang

dibandingkan juga dengan mean teoritik yang diperoleh subjek penelitian, tampak bahwa indikator gejala PIU memperoleh pengungkapan diri tentang keasyikan dengan internet memperoleh mean empirik 14,25, toleransi waktu 12,35, Kegagalan usaha untuk mereduksi atau memutuskan penggunaan internet 11,37, Penarikan diri 12,7, menggunaan internet untuk melarikan diri dari masalah 5,4, Berbohong tentang keterlibatannya dengan internet 9,8, Melakukan tindakan online yang illegal 8,8, Membahayakan atau kehilangan hubungan yang signifikan 9,5, Perasaan bersalah mengenai penggunaan 4. Hal ini menunjukkan bahwa pada subjek dapat mengontrol penggunaan internetnya.

C. Pembahasan

Berdasarkan mean teoritik dari skala pengungkapan diri didapatkan hasil skor rata 97,5, dan mean empirik deskriptif data penelitian skor rata-rata subjek penelitian pengungkapan diri adalah 88. Ini berarti skor rata-rata-rata-rata teoritik lebih besar daripada skor rata-rata empirik.

Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian secara umum memiliki gejala penggunaan internet yang patologis (PIU) tergolong sedang. Dengan nilai rata-rata ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di kota Yogyakarta cukup mampu mengintegrasikan hubungan dan aktivitas online

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60 subjek terdapat 2 subjek (3,3%) masuk dalam kategori tinggi, 51 subjek (85%) masuk dalam kategori sedang, dan 7 subjek (11,7%) masuk dalam kategori rendah. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek penelitian terbanyak ada pada kategori sedang.

Kehadiran internet tidak dapat dihindari dan sangat mudah mengaksesnya. Dengan hadirnya fasilitas hotspot dan work station yang tersambung ke internet di kampus, telephone seluler, dan personal digital assistant(PDA) yang menyediakan jalur-jalur ke internet membuktikan bahwa internet sudah memasuki kehidupan manusia khususnya mahasiswa sebagai kelompok yang memanfaatkan internet dalam skala besar. Karena pengaruh dari kemajuan teknologi ini yang menjadikan penggunaan internet sebagai norma pada populasi mahasiswa.

Hasil yang diperoleh penelitian ini menggambarkan bahwa 3,3% mahasiswa pengguna internet di Yogyakarta mengalami gejala PIU dengan kategori tinggi. Menurut Davis (2000) hal ini disebabkan karena adanya penguatan (reinforcement) yang mereka terima dari pengalaman. Jika individu itu memiliki pengalaman positif dengan teknologi baru, dia diperkuat untuk terus-menerus penggunaannya. Pengalaman positif ini akan mengkondisikan individu agar individu tersebut berusaha mengulangi penggunaan teknologi baru sehingga dapat menerima penguatan (reinforcement) positif yang sama yang dia alami sebelumnya. Bentuk pengkondisian operan ini terus menerus sampai orang mencari aplikasi online yang baru untuk mencapai penguatan fisiologis positif yang sama.

Selain itu faktor yang dapat menyebabkan munculnya gejala PIU lain adalah akses yang relatif mudah dan gratis. Kebanyakan perguruan tinggi saat ini menyediakan penggunaan internet yang tak terbatas dan gratis pada mahasiswa mereka. Biaya penggunaan per jam yang telah membatasi penggunaan berlebihan telah diganti oleh biaya untuk akses yang tidak terbatas, hal ini tentu saja menghilangkan alasan finansial untuk membatasi waktuonline.

Dorongan dan kebutuhan penggunaan internet di kelas perguruan tinggi juga merupakan faktor yang memberi kontribusi pada kerentanan mahasiswa perguruan tinggi pada PIU. Internet sering merupakan ekstensi alami dari ruang kelas sehingga mudah bagi mahasiswa untuk melakukan hal lain selain mengerjakan tugas akademik, seperti:surfinginternet, mengecek e-mail, atau berbicara dalamchat room.

Ciri-ciri mahasiswa dengan gejala tinggi antara lain adalah Kebutuhan atas jumlah waktu mahasiswa dengan gejala PIU tinggi semakin meningkat untuk mencapai kepuasan; Penarikan diri (Withdrawal) yang dapat berupa penghentian atau pengurangan dalam penggunaan internet yang telah berlangsung lama. Dalam usaha penghentian atau pengurangan penggunaan internet tersebut seseorang dapat mengalami kecemasan, agitasi psikomotor maupun pemikiran obsesif mengenai apa yang terjadi di internet. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam sosial, pekerjaan, atau bidang fungsional penting lainnya.

Ciri selanjutnya adalah internet sering diakses lebih sering atau untuk periode waktu yang lebih lama dari yang diharapkan; Gagal untuk menghentikan atau mengontrol penggunaan internet; Banyak waktu dihabiskan dalam aktivitas yang berhubungan dengan penggunaan internet seperti; mencoba browser situs baru, mencari vendor internet, mengorganisir

file dari materi yang diunduh (download); Mereduksi aktivitas sosial, akademik atau pekerjaan yang penting karena penggunaan internet.

Ciri terakhir adalah melanjutkan penggunaan internet walaupun mengetahui bahwa masalah fisik, sosial, pekerjaan, atau psikologis yang menetap atau kambuhan ini mungkin telah disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan internet (deprivasi tidur, kesulitan-kesulitan marital, pengabaian tugas kerja, atau perasaan-perasaan ketinggalan pada lainnya yang signifikan).

Pada kategori sedang terdapat 85% atau 51 subjek sampel yang diasumsikan bahwa mahasiswa tersebut dapat membatasi waktunya dalam menggunakan internet. Mereka yang terkategori sedang cenderung dapat mengontrol diri dalam hal waktu penggunaan maupun konten yang diakses. Aktivitas mereka dengan internet cenderung tidak mengganggu satu atau lebih bidang-bidang fungsional kehidupan penting lain seperti hubungan yang signifikan seperti: pekerjaan, sekolah, kesehatan mental, atau kesehatan fisik.

Pada kategori rendah terdapat 11,7% atau 7 orang subjek sample. Mahasiswa dengan kategori ini sangat mampu mengendalikan Penggunaan internet. Dalam menggunakan internet mereka melibatkan integrasi hubungan dan aktivitasonlinedengan aktivitas-aktivitas dan hubungan dunia riil.

Dari hasil wawancara dengan beberapa pengguna internet diperoleh keterangan bahwa beberapa penggunaa internet tersebut mengalami kurang dari 5 gejala PIU yang antara lain adalah keasyikan dengan internet atau aktivitas yang terkait dengan internet, toleransi dalam hal keharusan untuk meningkatkan jumlah waktu yang dihabiskan pada internet untuk menghasilkan pengaruh yang diinginkan, usaha yang berulang untuk mereduksi atau memutuskan penggunaan internet, berbohong atau menutupi tingkat keterlibatan dengan internet atau tipe konten yang diakses, melakukan tindakan online yang ilegal (misalnya, hacking dalam jaringan komputer, meng-copy file secara ilegal, mengunduh konten yang ilegal). Hal ini menunjukan mereka mengalami gejala PIU dengan kategori sedang. Semua subyek mengakui bahwa mereka memang senang menggunakan internet. Mereka senang menggunakan facebook, google maupun situs-situs free download.

Dari semua penjelasan diatas, maka secara umum gejala

Pathologycal Internet Use(PIU) mahasiswa yang berada di kota Yogyakarta masuk ke dalam kategori rendah. Hal ini menunjukan, mahasiswa di Yogyakarta mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam menjaga keseimbangan dan integrasi kehidupan pribadi dan dunia maya.

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait