• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

Peneliti dalam skripsi ini menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu peneliti membandingkan teori dengan keadaan lapangan. Selain itu peneliti juga membandingkan antara kondisi konseli sebelum penerimaan terapi dan setelah penerimaan terapi. Berikut merupakan analisis data tentang seseorang yang mengalami pikiran negatif dan hal tersebut menyebabkan dirinya menjadi patah semangat dan putus asa dalam kehidupan.

A. Analisis Data Tentang Proses Konseling Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Mengatasi Inferiority Pada Seorang Anggota Komunitas Keluarga Mahasiswa Blitar Di Surabaya.

Peneliti dalam penelitian ini yang juga sebagai konselor untuk konseli melakukan proses konseling berdasarkan langkah-langkah proses konseling, dimulai dari identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi dan evaluasi. Berikut peneliti menjabarkan analisis dari tiap tahapan konseling sesuai dengan metode penelitian skripsi ini, yaitu analisis deskriptif:

Peneliti menggunakan tahapan-tahapan konseling dengan tanpa mengatasinya, dimulai dari identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi, dan evaluasi. Peneliti yang juga bertindak sebagai konselor juga menggunakan ayat-ayat Alquran dan kisah teladan sebagai bagian dari terapi. Berikut perbandingan antara teori dan proses lapangan yang dialami oleh peneliti:

109

Tabel 4.1

Perbandingan teori dan proses lapangan

NO Data Teori Data Lapangan

1 Identifikasi Masalah Mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk memperoleh

gejala-gejala serta gambaran masalah yang dialami oleh konseli.

Tahapan ini peneliti mendapatkan data dari konseli berupa konseli mengalami keadaan murung, berfikir irasional, menghina diri sendiri, pesimis, tidak bisa menerima keadaan, membandingkan diri dengan orang lain, dan menghabiskan waktu untuk hal yang kurang bermanfaat. Konseli hanya fokus memikirkan dirinya kedepan, memikirkan kesuksesan temannya, mengahabiskan waktu dengan berbaring di kasur, dan menangis daripada melakukan hal-hal yang menunjang dirinya menjadi lebih produktif.

2 Diagnosis

Menentukan pokok utama masalah yang dihadapi oleh konseli.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dalam tahap sebelumnya, peneliti mengambil kesimpulan mengenai permasalahan yang dialami oleh Taqi tersebut, yaitu pikiran negatif yang berupa inferiroty Berdasarkan hal ini peneliti menetapkan hal yang akan difokuskan

110

untuk dikurangi dalam diri konseli, yaitu pikiran negatif terhadap diri sendiri, dan perilaku kurang baik yang dilakukan oleh konseli.

3 Prognosis

Menentukan model terapi yang cocok dengan permasalahan konseli

Langkah berikutnya adalah menentukan terapi yang tepat untuk permasalahan yang dialami oleh konseli berdasarkan penentuan permasalahan sebelumnya (diagnosis). Peneliti menggunakan teori rasional emotif behavior terapi untuk menangani permasalahan konseli. Ada beberapa terapi yang peneliti rasa sesuai dengan permasalahan konseli. Adapun terapinya adalah terapi kognitif yang berupa dispute cognitive, terapi perilaku berupa self control dan pekerjaan rumah. Ketiga terapi ini akan disisipkan tentang ajaran-ajaran Islam pada prosesnya oleh peneliti.

4 Terapi

Pengaplikasian bantuan untuk permasalahan

Pelaksanaan terapi merupakan tahap selanjutnya setelah peneliti menentukan terapi apa yang dapat digunakan untuk

111

konseli. Penelitian ini menggunakan terapi dispute cognitive dan home work.

mengatasi permasalahan konseli. Terapi untuk mengatasi pikiran negatif konseli ini menggunakan rasional emotif behavior. Berikut merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti:

a. Tahap pertama (Penyadaran)

Pada tahapan ini target utama peneliti adalah menyadarkan konseli akan pikirannya yang kurang tepat (irrasonal). Untuk menyadarkan konseli atas pemikirannya yang kurang tepat peneliti menggunakan teknik dispute cognitive, yaitu dengan cara menanyakan maksut serta alasan konseli berfikiran irasional. Pada tahap pertama ini peneliti menanyakan tentang alasan kenapa konseli berfikir bahwa dia sudah gagal hanya karena temannya sudah sukses. Hal inilah yang kemudian peneliti kejar untuk meluruskan pandangan konseli tentang dirinya. Peneliti juga mengatakan bahwa iri seharusnya menjadi

112

penyemangat untuk terus melangkah lebih baik dan lebih maju lagi, bukan untuk membuat diri menjadi pesimis, berpikir bahwa kita sudah gagal, berpikir bahwa kita sudah tidak ada gunanya di dunia ini. Padahal perjalanan masih panjang, masih banyak kesempatan yang akan didapatkan dalam kehidupan Taqi. Sehingga tidak baik memikirkan kesuksesan teman terlalu dalam. Namun buat kesuksesan teman menjadi penyemangat bahwa kita bisa menjadi lebih baik dari dia dan lebih baik lagi.

b. Tahap kedua

Peneliti berusaha menjelaskan dampak yang terjadi kepada konseli akibat pikiran negatif yang irrasional dan perilaku yang kurang baik dari konseli. Peneliti menjelaskan berdasarkan apa yang telah konseli katakana bahwa dia hanya murung, menangis, dan berfikir

113

terlalu keras sehingga hampir depresi adalah dampak dari keyakinannya bahwa dia sudah gagal dan tidak ada gunanya hidup di dunia ini lagi. Hal itu yang terus peneliti coba tekankan dengan harapan konseli sadar akan dampak buruk yang diterimanya dari pikiran negatifnya tersebut. Peneliti juga mencoba menjelaskan bahwa hal itu hanya akan membuang waktu dengan percuma. Tugas kuliah juga bisa keteteran serta keadaan emosi yang sering berubah-rubah bisa menyebabkan kesehatan menurun, gampang pusing, serta gejala lainnya. Hal ini di iyakan oleh konseli karena konseli sering merasa mual dan pusing setiap berfikiran negatif terhadap diri sendiri. peneliti juga mengatakan bahwa kesehatan konseli diperlukan untuk mencapai apa yang konseli cita-citakan.

114

c. Tahap ketiga

Saat konseli dirasa sudah menyadari perilaku dan pikirannya yang kurang tepat, maka peneliti mencoba memberikan arahan berupa “aku berhak bahagia dan bangga dengan diriku yang sekarang, dan aku akan berusaha lebih baik lagi kedepannya” kepada konseli untuk menanamkan dalam diri konseli. Dalam hal ini peneliti menggunakan self control . Kata-kata ini peneliti maksutkan untuk mengganti pemikiran konseli yang selalu mengatakan bahwa dia sudah gagal.

Peneliti juga menyarankan agar pada akhir pekan konseli melakukan kegiatan-kegiatan ringan yang bertujuan agar pikiran negatifnya tidak sering kembali dan memengaruhi konseli tersebut. Hal itu berupa jalan-jalan pagi, membersihkan kamar, menata kamar, mencuci pakaian, dan

115

hal-hal lainnya yang bisa konseli lakukan untuk mempersibuk diri sendiri. Pada saat ini peneliti menggunakan pekerjaan rumah (home work) sebagai terapi pada konseli. d. Tahap keempat

Setelah merancang perubahan, maka selanjutnya peneliti mencoba meyakinkan bahwa jika konseli berubah maka konseli akan lebih produktif lagi dalam hidup, terbebas dari belenggu pikirannya sendiri. Peneliti menggunakan ayat Alquran untuk menegaskan bahwa Allah akan selalu memberikan pertolongan selama hamba tersebut berusaha untuk merubah keadaan dirinya. Pada tahap ini konseli sudah mulai meyakini bahwa pikiran negatifnya yang memengaruhi dia tidak berkembang atau sagnan. Sehingga konseli berusaha untuk merubah pikirannya tersebut, mencoba lebih tenang ketika

116

pikiran negatif tersebut datang kembali serta berdoa agar selalu dijauhkan dari pikiran dan keyakinan yang tidak baik. 5 Evaluasi

Mengetahui hambatan, perubahan konseli, serta hal-hal yang perlu dikembangkan atau

dirubah dalam

pelaksanaan konseling.

Evaluasi merupakan tahap selanjutnya setelah pelaksanaan terapi untuk konseli. Evaluasi ini berguna untuk mengukur sejauh mana perubahan konseli serta sejauh mana proses pelaksanaan konseling berjalan, kendala apa yang dihadapi, serta apa yang perlu diperbaiki kedepannya. Sehingga pelaksanaan konseling akan lebih baik lagi setelah dievaluasi kelebihan dan hambatannya. Berdasarkan dari informasi konseli bahwa sedikit demi sedikit konseli mulai bisa berubah dan efek dari pikiran negatif tersebut sudah dianggap biasa oleh konseli. Keadaan temannya yang sudah sukses mendorong dia untuk bisa lebih baik lagi kedepannya. Konseli mengakui bahwa terkadang pikirannya tersebut masih muncul di dalam pikirannya. Namun konseli berusaha untuk bersikap biasa saja serta

117

mengikhlaskan kalau temannya lebih dulu sukses, karena konseli memang masih berproses untuk lebih baik lagi.

Berdasarkan perbandingan antara teori dengan data lapangan di atas diketahui bahwa peneliti menggunakan langkah-langkah konseling yang berupa identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, terapi (treathment), dan evaluasi (follow up). Berdasarkan identifikasi peneliti kepada konseli dapat diambil data berupa konseli mengalami keadaan murung, berfikir irasional, menghina diri sendiri, pesimis, tidak bisa menerima keadaan, membandingkan diri dengan orang lain, dan menghabiskan waktu untuk hal yang kurang bermanfaat. Konseli hanya fokus memikirkan dirinya kedepan, memikirkan kesuksesan temannya, mengahabiskan waktu dengan berbaring di kasur, dan menangis daripada melakukan hal-hal yang menunjang dirinya menjadi lebih produktif. Sehingga peneliti mengambil langkah pemberian bantuan konseling dengan teknik rational emotive behavior therapy berupa dispute cognitive, self control, dan pekerjaan rumah. Dengan terapi tersebut diharapkan konseli dapat mengontrol diri dan pikirannya ketika rasa inferiority tersebut kembali memengaruhi dirinya.

Berdasarkan perbandingan antara teori dengan data lapangan dapat diperoleh kesesuaian dan persamaan yang mengarah kepada tahapan pelaksanaan konseling dengan rational emotive behavior therapy.

118

B. Analisis Data Tentang Hasil Konseling Rational Emotive Behavior

Dokumen terkait