BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan suatu metode dimana data-data yang dikumpulkan dan dikelompokkan kemudian dianalis dan diinterpretasikan secara objektif.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Model analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap variabel dependen.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan bantuan program Software SPSS 16.0 for Windows (Statistic Product and Services Solution).
Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: Y= a+b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5+ b6X6+ b7X7+e Dimana: Y = Return Saham
a = Konstanta
X1 = Return on Assets (ROA) X2 = Return on Equity (ROE) X3 = Net Interest Margin (NIM)
X4 = Debt to Equity Ratio (DER) X5 = Earning Per Share (EPS) X6 = Price Earning Ratio (PER)
X7 = Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) b1,2,3,4,5,6,7 = Koefisien regresi variabel X1,2,3,4,5,6,7 e = Kesalahan Penggangu (standard error)
Sebelum model tersebut dikatakan layak digunakan maka harus memenuhi syarat asumsi klasik yang meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng (Situmorang, 2010:91). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri atau ke kanan. Model regresi yang baik adalah model yang berdistribusi normal. Uji ini dilakukan melaui analisis grafik dan Kolmogorv-Smirnov.
b. Uji Multikolineritas
Uji Multikolineritas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi (hubungan) diantara variabel bebas dalam model regresi(Situmorang, 2010:129). Hubungan linear antar variabel bebas inilah yang disebut dengan multikolineritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Uji multikolineritas ini dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunujukkan adanya multikolineritas adalah tolerance < 0,1 sedangkan VIF > 5.
c. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Situmorang, 2010:113). Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Durbin-Watson (DW) Test dengan ketentuan:
Tabel 1.3
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tidak ditolak Du < d < 4 - du Sumber : Situmorang (2010:120)
Keterangan : dl = Batas bawah du= Batas atas d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan kepengamatan lainnya (Situmorang, 2010:100). Jika variance dari satu residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka terjadi homoskedastisitas. Jika berbeda, inilah yang disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode grafik yaitu grafik Scatterplot. Apabila terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan uji glejser.
c. Pengujian Hipotesis
Model regresi yang sudah memenuhi syarat asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat.
Bentuk pengujiannya:
Ho : bi =0, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Ho : bi ≠ 0, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel
pada tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria pengambilan keputusan pada uji F adalah: Ho diterima jika Fhitung < Ftabel
H1 diterima jika Fhitung > Ftabel 2. Uji Signifikansi Parsial ( Uji- t)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel bebas secara parsial terhadap variasi variabel terikat.
Bentuk pengujiannya adalah:
Ho : bi =0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham.
Ho : bi ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR) terhadap return saham
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α) = 5%.
Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t adalah: Ho diterima jika thitung < ttabel
BAB II
URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu
Marviana (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Burden Ratio. Analisis data yang digunakan dengan pendekatan regresi linear berganda pada tingkat signifikan 5%. Hasil penelitian menunujukkan bahwa secara simultan faktor fundamental Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Burden Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2007. Sedangkan secara parsial hanya Net Interest Margin (NIM), Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2007.
Parhusif (2009) melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Tingkat Pengembalian Saham Pada Perusahaan Sektor Perbankan dan Properti yang Terdaftar di Bursa Indonesia”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio
(PER), dan Debt to Equity Ratio (DER). Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi 5%. Penganalisaan data menggunakan software pengolahan data statistik yaitu SPSS 14.00 for windows. Hasil uji F menunjukkan bahwa Faktor-faktor Fundamental yang terdiri atas Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER) dan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada sektor perbankan hanya variabel Earning Per Share (EPS) yang memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, variabel Price Earning Ratio (PER) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Pada sektor properti variabel Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham, sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
Salim (2008) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Beta Saham Terhadap Return Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham. Pengujian hipotesis menggunakan metode regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan faktor fundamental
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham memiliki pengaruh positif terhadap return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara parsial, faktor fundamental Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Risked Assets (RORA), Loan to Assets Ratio (LAR), Net Profit Margin (NPM), Operation Profit Margin (OPM), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Loan to deposit ratio (LDR), dan Beta Saham memiliki pengaruh negatif terhadap return saham perbankan di Bursa Efek Jakarta.
B. Bank
1. Pengertian Bank
Pengertian Bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalalah:
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Berdasarkan pengertian di atas disimpulkan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan masalah bidang keuangan. Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa Bank lainnya
2. Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan keuangan para investor akan mengetahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh suatu bank. Laporan keuangan bank juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Melalui laporan ini, pihak manajemen bank dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.
Menurut Kasmir (2004:243), Jenis-jenis laporan keuangan bank adalah sebagai berikut:
a. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan neraca meliputi posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.
b. Laporan Komitmen dan Kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi, sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
c. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan
ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kas.
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang bank yang bersangkutan baik yang ada didalam negeri maupun di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.
C. Saham
1. Pengertian Saham
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Saham didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan( Anoraga, 2006:58). Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Pemilik saham akan mendapatkan hak untuk menerima
sebagian pendapatan tetap/dividen dari perusahaan serta kewajiban menanggung risiko kerugian yang diderita perusahaan.
Saham yang diperdagangkan di bursa ada dua jenis yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock) (Anoraga, 2006:54). Saham biasa (common stock) adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Sedangkan, saham preferen (preferred stock) adalah saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan yang tetap tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:7). Harga saham yang terjadi di pasar sangat berfluktuasi tergantung dari jumlah permintaan dan penawaran saham tersebut. Harga saham akan cenderung naik apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan akan cenderung turun apabila mengalami kelebihan penawaran.
2. Manfaat Kepemilikan Saham
Secara umum, ada dua manfaat yang bisa diperoleh pembeli saham yaitu manfaat ekonomis dan manfaat non ekonomis (Anoraga, 2006:60).
a. Manfaat Ekonomis meliputi: 1. Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit sahamatas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai (cash dividend) yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham, atau dapat pula berupa dividen
saham (stock dividend) yaitu kepada setiap pemegang saham diberikan dividen dalam bentuk saham sehingga jumlah saham yang dimiliki investor akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:12).
2. Capital Gain
Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh investor dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan nilai beli yang lebih rendah (Anoraga, 2006:60).
b. Manfaat Non-ekonomis
Manfaat non-ekonomis yang diperoleh pemegang saham adalah kepemilikan hak suara dalan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menentukan jalannya perusahaan. Semakin besar jumlah saham yang dimiliki oleh investor, maka semakin besar pula hak suaranya dalam RUPS.
D. Return Saham
Pada dasarnya, tujuan investor berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return realisasi ini sangat penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa mendatang (Jogiyanto, 2003:109). Beberapa pengukuran return realisasi yang
banyak digunakan adalah return total (total returns), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung berdasarkan rata-rata aritmatika (arithmetic mean) atau rata-rata geometrik (geometric mean). Rata-rata geometrik banyak digunakan untuk menghitung rata-rata return beberapa periode. Oleh karena itu, rata geometrik lebih tepat digunakan daripada metode rata-rata aritmatika biasa (Jogiyanto, 2003:110).
Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield (Jogiyanto, 2003:110). Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Return =Capital gain (loss)+ Yield Atau Return = 1 1 − − − t t t P P P + Yield
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt rupiah per-lembarnya, maka yield adalah sebesar Dt/Pt-1 dan return saham dinyatakan sebagai berikut: Return Saham = 1 1 − − − t t t P P P + 1 − t t P D Atau
Return Saham= 1 1 − − + − t t t t P D P P
Keterangan: Pt = harga saham sekarang Pt-1= harga saham periode lalu Dt = dividen periodik
E. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis penilaian atas laporan keuangan perusahaan (Widoatmodjo, 2009:178). Adapun target analisis fundamental ini adalah memberikan jawaban tentang sehat atau tidaknya kondisi suatu perusahaan. Jika sehat, maka perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat investasi, misalnya dengan cara membeli sahamnya.
Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan cara mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi suatu perusahaan (Darmadji, Fakhruddin, 2006:189). Dengan demikian analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.
Fakhruddin dan Sopian, (2001:55) menyatakan bahwa analisis fundamental adalah teknik-teknik yang dipakai untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan cara:
1) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.
2) Menerapakan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Tandelilin (2001:232) menyatakan bahwa dalam melakukan analisis perusahaan, investor harus mendasarkan kerangka pikirnya pada dua komponen
utama dalam analisis fundamantal yaitu EPS (Earning Per Share) dan PER (Price Earning Ratio) perusahaan. Ada tiga alasan utama yang mendasari penggunaan dua komponen tersebut. Pertama, karena pada dasarnya kedua komponen tersebut bisa dipakai untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Kedua, dividen yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya dibayarkan dari earning. Ketiga, adanya hubungan antara perubahan earning dengan perubahan harga saham.
F. Faktor Fundamental
Aspek fundamental merupakan faktor-faktor yang diindikasikan dapat mempengaruhi return saham. Faktor fundamental merupakan informasi penting bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Menurut Darmadji, Fakhruddin (2006:189), faktor fundamental yang mempengaruhi return saham dapat diukur dari berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi suatu perusahaan, seperti Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Long term Debt to Assets Ratio (LDAR).
1. Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2005:118).
2. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Semakin besar ROE berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan ROE tersebut akan menyebabkan kenaikan return saham. Rasio ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor (Dendawijaya, 2005:118). 3. Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan menggunakan income producing assets (Koch, Timothy, 1995:116). Rasio ini sangat penting untuk mengevaluasi kemampuan bank mangukur risiko tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga akan mengakibatkan perubahan pendapatan bunga dan beban bunga. Earning Assets terdiri dari kredit yang diberiakan, surat berharga, penempatan dana pada bank lain dan penyertaan. Calon investor memandang bahwa bank yang mempunyai NIM yang tinggi akan menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi pula.
4. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari modal bank sendiri. Dengan kata lain, rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas persentase modal bank sendiri
dibandingkan dengan besarnya utang (Dendawijaya, 2005:122). Dalam bisnis perbankan, sebagian besar dana yang ada pada suatu bank berasal dari simpanan masyarakat, baik berupa simpanan giro, tabungan, dan deposito. Dengan demikian, hanya sebagian kecil saja dana yang berasal dari modal sendiri.
5. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS, semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham (Darmadji, 2006:195). Oleh karena itu semakin tinggi tingkat EPS akan semakin baik karena investor akan tertarik menanamkan investasinya kedalam perusahaan dengan anggapan akan mendapatkan return saham yang tinggi.
6. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan salah satu pendekatan yang sering digunakan oleh analisis sekuritas untuk menilai suatu saham. Pendekatan ini mendasarkan atas ratio antara harga per lembar saham yang berlaku di pasar modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham (Horne dan Wachowicz,2007:300). PER menunujukkan barapa banyak jumlah uang yang dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap satuan laba yang dilaporkan. Penilaian saham dengan Price Earning Ratio berusaha membuat analisis harga saham dengan memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang diambil dari komponen-komponen laporan keuangan yang mempengaruhi harga saham. Price Earning Ratio akan lebih tinggi pada
perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang kuat, jika hal-hal lain dianggap konstan, tetapi Price Earning Ratio akan lebih rendah pada perusahaan-perusahaan yang lebih berisiko (Brigham dan Houston 2006:110).
7. Long term Debt to Assets Ratio (LDAR)
Long term Debt to Assets Ratio digunakan untuk mengukur seberapa jauh nilai seluruh aktiva bank dibiayai atau didananya diperoleh dari sumber-sumber utang jangka panjang. Dalam bisnis perbankan, utang jangka panjang biasanya diperoleh dari simpanan masyarakat dengan jatuh tempo diatas satu tahun, dana pinjaman dari bank lain dalam rangka kerja sama antar bank, pinjaman luar negeri (biasanya dalam valuta asing), pinjaman dari BI, serta pinjaman dari pemegang saham (Dendawijaya, 2005:122).
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia (BEI), atau Indonesia Stock Exchange (IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai Surabaya sebagai operasional dan transaksi. Bursa Efek Indonesia mulai beroperasi pada 1 Desember 2007.
Bursa Efek Indonesia menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan sebelumnya. Tahun 2009 sistem JATS digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG. Untuk memberikan informasi yang lebih lengkap tentang perkembangan bursa kepada publik, Bursa Efek Indonesia menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator pergerakan harga saham tersebut adalah ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham antara lai berpusat di Kawasan Niaga Sudirman, Jl. Jend. Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Bar
B. Gambaran Umum Masing-masing Perusahaan 1. Bank ICB Bumi Putera, Tbk
Bank Bumiputera mulai beroperasi sebagai bank umum sejak 12 Januari 1990 berdasarkan keputusan Menteri Keuangan RI No.10/KMK.013/1990 tanggal 4 Januari 1990 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.22/1147/UPPS/PSbD tanggal 20 Januari 1990, keduanya tentang Pemberian Izin Usaha sebagai Bank Umum kepada PT