• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

2. Analisis deskriptif

a. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis siswa diukur dengan menggunakan tes uraian yang terdiri dari 4 soal. Tes diberikan sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest) untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif antara model Problem Based Learning dan ekspositori. Data kemampuan berpikir kritis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut.

Tabel 19. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Berpikir Kritis

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kotrol mengalami peningkatan dari nilai pretest. Rata-rata

Deskripsi Kemampuan berpikir kritis Kelas eksperimen Kelas kontrol pretest posttest pretest posttest

Jumlah siswa 28 28 Skor rata-rata , 86,67 , 70,92 Skor tertinggi , 98,21 , 100 Skor terendah , 62,5 , 33,93 Skor maksimal yang mungkin 100 100 Skor minimal yang mungkin 0 0 Modus , 85,71 , 85,71 Standar deviasi , , , 20,98 Varians , 78,75 , 440,22

nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dapat dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis pada kedua kelas mengalami peningkatan. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar , sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar , . Rata-rata nilai pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol jika ditampilkan dalam diagram batang sebagai berikut.

Gambar 13. Diagram Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kritis

Diagram menunjukkan bahwa rata-rata pretest kemampuan berpikir kritis antara kelas kontrol dan kelas eksperimen hampir sama. Rata-rata nilai posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kemampuan berpikir kritis terbagi kedalam 5 indikator. Persentase kemampuan berpikir kritis tiap aspek dan indikator sebagai berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

kelas eksperimen kelas kontrol pretest posttest

Tabel 20. Persentase Kemampuan Berpikir Kritis Tiap Aspek

Berdasarkan tabel di atas, pada indikator merumuskan solusi dengan cara alternatif dan membuat suatu kesimpulan pada pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki persentase yang sama. Terlihat bahwa setiap aspek kemampuan berpikir kritis antara pretest dan posttest mengalami peningkatan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Peningkatan yang signifikan terdapat pada indikator menentukan suatu tindakan untuk merumuskan solusi, merumuskan solusi dengan cara alternatif, dan membuat suatu kesimpulan. Aspek pertama yaitu kemampuan memberikan penjelasan dasar yang meliputi indikator untuk

Aspek Indikator Kemampuan berpikir kritis Kelas eksperimen Kelas kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest 1. Menuliskan apa yang diketahui (A) 91% 94% 95% 97% Peningkatan % % Menuliskan apa yang ditanyakan (B) 67% 80% 78% 96% Peningkatan % % 2. Menentukan suatu tindakan untuk merumuskan solusi (C) 46% 97% 27% 75% Peningkatan % % Merumuskan solusi dengan cara alternatif (D) 0% 78% 0% 25% Peningkatan % % 3. Membuat suatu kesimpulan (E) 19% 65% 19% 55% Peningkatan % %

menuliskan apa yang diketahui dan menuliskan apa yang ditanyakan meningkat tetapi tidak terlalu signifikan dikarenakan pada saat pretest kedua kelas tersebut termasuk cukup baik dibandingkan dengan aspek lainnya.

Aspek kedua yaitu kemampuan mengatur strategi dan taktik pada indikator merumuskan solusi dengan cara alternatif pada pretest kelas kontrol maupun eksperimen memiliki persentase yang paling rendah karena siswa menganggap ketika sudah dapat menentukan suatu tindakan untuk merumuskan solusi tidak perlu merumuskan solusi dengan cara alternatif, siswa menganggap bahwa hal itu akan menyita lebih banyak waktu dalam mengerjakannya. Begitu pula pada aspek ketiga yaitu menyimpulkan dengan indikator membuat kesimpulan, pada kedua kelas memiliki persentase tidak terlalu tinggi jika dibandingkan yang lainnya. Siswa juga beranggapan akan menyita waktu lebih banyak. Pada indikator menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan termasuk dalam persentase yang tinggi dibandingkan yang lainnya karena setiap mengerjakan soal ulangan ataupun soal latihan, dalam kesehariannya guru sudah membiasakan diberikan soal uraian dan jarang sekali diberikan soal pilihan ganda. Dengan begitu siswa sudah terbiasa mengerjakan soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Akan tetapi siswa lebih suka mengerjakan soal secara langsung menuju jawaban tanpa merumuskan solusi alternatif dan menyimpulkan.

Adapun nilai pretest dan posttest kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol terbagi dalam 5 klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 21. Klasifikasi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Gambar 14. Diagram Klasifikasi Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan diagram batang di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan didominasi dengan klasifikasi nilai kurang sekali. Setelah diberikan perlakuan model ekspositori didominasi dengan klasifikasi nilai sangat baik, akan tetapi masih ada 5 siswa yang mendapatkan klasifikasi kurang sekali dan 1 siswa mendapatkan klasifikasi nilai kurang. Terlihat bahwa kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol meningkat akan tetapi belum diketahui efektif atau tidaknya. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan juga didominasi dengan klasifikasi nilai kurang sekali bahkan lebih banyak siswa yang mendominasi dibandingkan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 pretest kelas eksperimen posttest kelas eksperimen

pretest kelas kontrol posttest kelas kontrol Series1 Series2 Series3 Series4 Series5

Klasifikasi Kelas eksperimen Kelas kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Sangat baik

Baik Cukup Kurang Kurang sekali

kelas kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen meningkat dengan didominasi oleh klasifikasi nilai sangat baik namun ada pula yang mendapatkan nilai cukup yaitu 2 siswa. Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen meningkat secara signifikan dan tidak ada klasifikasi nilai kurang bahkan kurang sekali.

b. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis siswa diukur dengan menggunakan tes uraian yang terdiri dari 4 soal yang sama seperti dengan soal kemampuan berpikir kritis, akan tetapi aspek yang diukur berbeda. Tes diberikan sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest) untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif antara model Problem Based Learning dan ekspositori. Data kemampuan komunikasi matematis dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan sebagai berikut.

Tabel 22. Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Deskripsi Kemampuan komunikasi matematis

Kelas eksperimen Kelas kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest Jumlah siswa

Skor rata-rata , , , ,

Skor tertinggi ,

Skor terendah ,

Skor maksimal yang mungkin

Skor minimal yang mungkin

Modus ,

Standar deviasi , , , ,

Varians , , ,

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas kotrol mengalami peningkatan dari nilai pretest. Rata-rata

nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada kedua kelas mengalami peningkatan. Kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar , sedangkan kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar , . Rata-rata nilai pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol jika ditampilkan dalam diagram batang sebagai berikut.

Gambar 15. Diagram Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis

Rata-rata pretest kemampuan komunikasi matematis antara kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki selisih , . Berdasarkan diagram batang di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pretest antara kedua kelas hampir sama. Rata-rata nilai posttest kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Kemampuan komunikasi matematis terbagi kedalam 3 aspek. Persentase kemampuan komunikasi matematis tiap aspek sebagai berikut.

0 20 40 60 80 100

kelas eksperimen kelas kontrol pretest posttest

Tabel 23. Persentase Kemampuan Komunikasi Matematis Tiap Aspek

Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap aspek kemampuan komunikasi matematis. Aspek pertama menyatakan permasalahan dalam gambar, simbol, atau model matematika dan aspek kedua menuliskan argumen terhadap pernyataan dalam permasalahan pada kelas eksperimen mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Aspek ketiga menilai kebenaran dari suatu pernyataan orang lain pada kelas eksperimen juga lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Aspek menyatakan permasalahan dalam gambar, simbol, atau model matematika pada posttest kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah jika dibandingkan aspek yang lainnya. Tak banyak siswa yang menuliskan ke dalam gambar, simbol dan model matematika dari permasalahan yang diberikan. Siswa

No. Aspek kemampuan komunikasi matematis Kelas eksperimen Kelas kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest 1 Menyatakan permasalahan dalam gambar, simbol, atau model matematika 27% 76% 38% 49% Peningkatan % % 2 Menuliskan argumen terhadap pernyataan dalam permasalahan 46% 97% 27% 75% Peningkatan % % 3 Menilai kebenaran dari suatu pernyataan orang lain 38% 78% 45% 63% Peningkatan % %

beranggapan bahwa menggambar atau menyimbolkan akan menyita banyak waktu dan memperlama waktu pengerjaan soal, selain itu siswa cenderung mengawang dan terkadang menggambar tetapi pada kertas lain dan tidak digambar ulang pada kertas jawaban yang telah disediakan.

Adapun kriteria nilai pretest dan posttest kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut.

Tabel 24. Klasifikasi Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Klasifikasi Kelas eksperimen Kelas kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest Sangat baik

Baik Cukup Kurang Kurang sekali

Gambar 16. Diagram Klasifikasi Nilai Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan diagram batang di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikan perlakuan masing-masing didominasi dengan klasifikasi nilai kurang sekali. Setelah diberikan perlakuan model ekspositori kelas kontrol didominasi dengan

0 5 10 15 20 25 pretest kelas eksperimen posttest kelas eksperimen pretest kelas kontrol posttest kelas kontrol kurang sekali kurang cukup baik baik sekali

klasifikasi nilai sangat baik, akan tetapi masih ada siswa yang mendapatkan klasifikasi nilai cukup, kurang, bahkan kurang sekali. Kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan model Problem Based Learning meningkat dengan didominasi oleh klasifikasi nilai sangat baik namun ada pula yang mendapatkan nilai cukup dan kurang. Kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen dan kontrol meningkat akan tetapi belum diketahui efektif atau tidaknya.