• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Analisis Deskriptif

Setelah melakukan penelitian terhadap usaha pembuatan pangsit di Kabupaten Klaten dengan cara mengadakan wawancara dan menyebar kuesioner, maka didapatlah data-data tentang usaha pembuatan pangsit terutama data-data mengenai keuntungan usaha pembuatan pangsit berikut faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data-data tersebut antara lain mengenai

keuntungan usaha pembuatan pangsit, modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, merk dagang, dan lama usaha pembuatan pangsit ditambah dengan status kepemilikan usaha, yang memulai usaha, dan kendala yang dihadapi dalam usaha pembuatan pangsit.

a. Keuntungan

Keuntungan atau yang biasa disebut laba usaha merupakan selisih dari pendapatan dan biaya-biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya variabel. Keuntungan sangat dipengaruhi dengan jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jam kerja, merk dagang, dan lama usaha. Namun pada kenyataannya mungkin beberapa hal tersebut tidak berpengaruh atau bahkan tidak berpengaruh sama sekali terhadap keuntungan. Keuntungan minimal dalam usaha pembuatan pangsit pada penelitian ini adalah sebesar Rp. 50.000,00 per hari dan keuntungan maksimal sebesar Rp. 360.000,00 per hari sedangkan rata-rata keuntungan sebesar Rp. 176211.20 per hari. Keuntungan diukur dalam satuan rupiah.

Tabel 4.7

Distribusi Keuntungan Usaha Pembuatan Pangsit di Kabupaten Klaten

Kelas Keuntungan (Rp) Frekuensi Presentase (%)

1 50.000-119.000 7 35 2 120.000-189.000 4 20 3 190.000-259.000 6 30 4 260.000-329.000 2 10 5 330.000-399.000 1 5 Jumlah 20 100

Berdasarkan table distribusi diatas diketahui bahwa dari 5 kelas dengan 20 produsen pangsit terdapat 7 pengusaha (35%) yang memiliki keuntungan antara Rp. 50.000,00 hingga Rp. 119.000,00. Pada keuntungan antara Rp. 120.000,00 hingga Rp. 189.000,00 berjumlah 4 pengusaha (20%). Pada keuntungan Rp. 190.000,00 hingga Rp. 259.000,00 berjumlah 6 pengusaha (30%) dan pada kelas yang keempat yaitu keuntungan antara Rp. 260.000,00 hingga Rp. 329.000,00 berjumlah 2 pengusaha (10), serta pada kelas yang terakhir yaitu Rp. 330.000,00 hingga Rp. 399.000,00 hanya berjumlah 1 pengusaha (5%). Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi keuntungan terbesar terdapat pada kelas pertama yaitu antara Rp. 50.000,00 hingga Rp. 119.000,00. Hal ini sangat wajar karena di Kabupaten Klaten masih banyak pengusaha pangsit yang berskala kecil.

b. Modal

Maodal yaitu semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan baik secara langsung maupun secara tidak langsung guna menjalankan usahanya. Modal terdiri dari aktiva lancer yang berupa kas dan bahan baku pembuatan pangsit, sedangkan aktiva tetap berupa peralatan-peralatan untuk memproduksi pangsit yaitu diantaranya, penggilasan, penggilingan, bak adonan, dan lain-lain. Modal pada penelitian ini adalah modal yang digunakan untuk memproduksi pangsit setiap harinya termasuk bahan baku dan depresiasi seluruh peralatan yang dimiliki oleh pengusaha. Modal terkecil dalam usaha pembuatan pangsit sebesar Rp. 500.000,00

dan yang terbesar sebesar Rp. 1.990.000,00 dengan rata-rata modal sebesar Rp. 1.037.826,00, diukur dalam satuan rupiah.

Tabel 4.8

Distribusi Modal Usaha Pembuatan Pangsit Di Kabupaten Klaten

Kelas Modal (Rp) Frekuensi Presentase (%)

1 500.000-799.000 8 40 2 800.000-1.090.000 6 30 3 1.100.000-1.390.000 2 10 4 1.400.000-1.690.000 0 0 5 1.700.000-1.990.000 4 20 Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 5 kelas dengan 20 pengusaha pangsit, pada kelas pertama yang memiliki modal antara Rp. 500.000,00 sampai Rp. 799.000,00 terdapat 8 pengusaha (40%), untuk modal antara Rp. 800.000,00 sampai Rp. 1.090.000,00 terdapat 6 pengusaha (30%), sedangkan pada kelas ketiga yaitu pengusaha yang mempunyai modal antara Rp. 1.100.000,00 sampai Rp. 1.390.000,00 terdapat 2 pengusaha (10%). Pada kelas berikutnya yaitu Rp. 1.400.000,00 sampai Rp. 1.690.000,00 sama sekali tidak terdapat pengusaha pada kelas tersebut, sedangkan pada kelas terakhir yaitu pengusaha yang memiliki modal antara Rp. 1.700.000,00 hingga Rp. 1.990.000 terdapat 4 pengusaha pangsit (4%).

c. Jam Kerja

Jumlah jam kerja merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan pengusaha pangsit dalam memproduksi pangsit setiap harinya yang diukur dalam satuan jam pada setiap harinya.

Tabel 4.9

Distribusi Jam Kerja Per Hari Usaha Pembuatan Pangsit Di Kabupaten Klaten

Kelas Jam Kerja (Jam) Frekuensi Presentase (%)

1 6-6,5 1 5 2 7-7,5 2 10 3 8-8,5 7 40 4 9-9,5 5 25 5 10-10,5 4 20 Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa 5 kelas dengan 20 pengusaha pangsit terdapat 1 pengusaha (5%) yang berproduksi selama 6-6,5 jam per hari, 2 pengusaha (10%) yang berproduksi selama 7-7,5 jam per hari, sedangkan untuk jam kerja selama 8-8,5 jam sehari terdapat 7 pengusaha (40%). Untuk pengusaha yang berproduksi selama 9-9,5 jam per hari terdapat 5 pengusaha (25%) dan pada kelas yang terakhir yaitu 10-10,5 jam sehari terdapat 4 pengusaha (20%). d. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi proses produksi. Jumlah tenaga kerja adalah jumlah orang yang terlibat dalam suatu kegiatan usaha untuk menjalankan usaha

tersebut, dalam hal ini jumlah tenaga kerja adalah jumlah orang yang terlibat dalam usaha pembuatan pangsit diukur dalam satuan orang.

Tabel 4.10

Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Usaha Pembuatan Pangsit Di Kabupaten Klaten

Kelas Tenaga Kerja (Orang Frekuensi Presentase 1 2 2 10 2 3 10 50 3 4 4 20 4 5 2 10 5 6 2 10 Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel distribusi diatas dapat diketahui bahwa dari 20 pengusaha pangsit terdapat 2 pengusaha (10%) yang mempunyai tenaga kerja sebanyak 2 orang, untuk tenaga kerja 3 orang terdapat 10 pengusaha (50%) yang memilikinya, sedangkan yang memiliki tenaga kerja sebanyak 4 orang terdapat 4 pengusaha (20%), sedangkan untuk pengusaha yang memiliki 5 orang tenaga kerja terdapat 2 pengusaha (10%), dan untuk kelas yang terakhir yaitu pengusaha dengan 6 tenaga kerja terdapat 2 pengusaha (10%).

e. Merk Dagang

Merk dagang pada umumnya bertujuan bagi konsumen agar lebih mudah mengenali produk yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Perbandingan pengusaha pangsit yang memiliki merk dagang dan tidak

memiliki merk dagang yang didapat dari hasil kuesioner dapa dilihat pada table berikut:

Tabel 4.11

Distribusi Merk Dagang Usaha Pembuatan Pangsit Di Kabupaten Klaten

No Merk Dagang Frekuensi Presentase

1 Memiliki Merk Dagang 13 65

2 Tidak Memiliki Merk Dagang 7 35

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer yang Diolah

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui dari 20 pengusaha pangsit terdapat 13 pengusaha (65%) yang memili merk dagang dan 7 pengusaha (35%) yang tidak memiliki merk dagang. Hal ini membuktikan bahwa lebih banyak pengusaha pangsit memilih memberikan merk dagang pada pangsit hasil produksinya untuk mempertahankan pelanggan mereka dengan harapan akan menambah keuntungan mereka.

f. Lama Usaha

Lama usaha / pengalaman usaha dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi pengusaha pangsit dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan yang berhubungan dengan industri pembuatan pangsit baik produksi maupun pemasaran produk pangsit. Pada usaha pembuatan pangsit di Kabupaten Klaten lama usaha berkisar antara 1 tahun hingga 30 tahun. Lama usaha diukur dalam satuan tahun.

Tabel 4.12

Distribusi Lama Usaha Pembuatan Pangsit Di Kabupaten Klaten

Kelas Lama Usaha (Tahun) Frekuensi Presentase

1 1-6 6 30 2 7-12 6 30 3 13-18 3 15 4 19-24 2 10 5 25-30 3 15 Jumlah 20 100

Sumber: Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 5 kelas dengan 20 pengusaha pangsit terdapat 6 pengusaha (30%) yang memiliki lama usaha antara 1 sampai 6 tahun, pada kelas yang kedua yaitu yang memiliki lama usaha 7 sampai 12 tahun terdapat 6 pengusaha (30%), sedangkan yang memiliki lama usaha 13 hingga 18 tahun terdapat 3 pengusaha (15%). Pada kelas yang keempat yaitu pengusaha yang memiliki lama usaha 19 hingga 24 tahun terdapat 2 pengusaha (10%), dan terdapat 3 pengusaha (15%) yang sudah menjalankan usahanya antara 25 hingga 30 tahun.

Dokumen terkait