• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Analisis Deskriptif

Tes kemampuan komunikasi matematika siswa menggunakan 7 butir soal berbentuk uraian yang diberikan setelah proses pembelajaran materi sistem persamaan linear dua variabel. Tes diikuti oleh 73 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen dan 37 siswa kelas kontrol. Hasil analisis deskriptif tes kemampuan komunikasi matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1.

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi

siswa kelas kontrol. Rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas eksperimen adalah 77,62 dan rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas kontrol adalah 72,39. Standar deviasi pada kelas eksperimen adalah 5,58, sedangkan pada kelas kontrol 5,20.

Tabel 4.1 Data Hasil Penelitian Terhadap Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Deskripsi Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Nilai minimum 69 63

Nilai maksimum 89 86

Standar deviasi 5,58 5,20

Rata-rata 77,62 72,39

Banyak siswa 36 37

Hasil analisis deskriptif motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Data Motivasi Belajar Siswa

No Kategori Motivasi Belajar Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 1 Tinggi 30,56% 5,41% 2 Sedang 69,44% 94,59% 3 Kurang 0% 0% 4 Rendah 0% 0%

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dengan kategori tinggi mencapai 30,56% dan kelas kontrol mencapai 5,41%, sedangkan untuk kategori sedang pada kelas eksperimen mencapai 69,44% dan kelas kontrol 94,59%. Pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tidak terdapat siswa dengan kategori kurang dan rendah untuk motivasi belajarnya. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.

Secara keseluruhan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik daripada siswa pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu dengan menggunakan variasi permainan dan latihan soal pada game dan turnamen.

4.1.2 Analisis Data Akhir

Analisis data akhir meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. Uji normalitas dan uji homogenitas dilakukan sebagai syarat untuk menentukan statistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis.

4.1.2.1Uji Normalitas

Sebelum menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Untuk menguji normalitas, menggunakan rumus

Chi Kuadrat. Data yang digunakan dalam uji normalitas ini adalah data tes kemampuan komunikasi matematika dan data motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah mendapat perlakuan yang berbeda. Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas adalah sebagai berikut.

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika dengan dk = k – 3 dan = 5%. Ringkasan hasil pengujian normalitas data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Akhir No Kelas Kategori dk = k – 3 1 K el as eks pe ri m en skor motivasi 1,5189 6 – 3 = 3 5 % 7,81 Nilai kemampuan komunikasi matematika 4,6542 6 – 3 = 3 5 % 7,81 2 K el as kont

rol skor motivasi 3,7685 6 – 3 = 3 5 % 7,81 Nilai kemampuan

komunikasi matematika 4,1477 6 – 3 = 3 5 % 7,81 Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 36 dan 37.

4.1.2.2Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

: 12 = 22 (varians data homogen) : 12≠ 22 (varians data tidak homogen)

Kriteria pengujiannya adalah diterima jika Fhitung < dengan , dk pembilang = (nb 1) dan dk penyebut = (nk 1). Ringkasan hasil pengujian homogenitas data akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.4.

Berdasarkan data pada tabel 4.4 diperoleh Fhitung = 1,1536 pada kemampuan komunikasi matematika dan Fhitung = 1,0197 pada motivasi belajar siswa. Dengan dk pembilang = 36 - 1 = 35, dk penyebut = 37 – 1 = 36 dan taraf nyata 5%

diperoleh Ftabel = 1,75. Karena Fhitung< Ftabel maka H0 diterima. Artinya, varians kelas eksperimen dan varians kelas kontrol homogen. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 38.

Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Akhir Sumber

Variasi

Skor Motivasi Nilai Kemampuan Komunikasi Matematika Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Jumlah 3659 3479 2794 2679 n 36 37 36 37 Rata-rata 101,64 94,03 77,62 72,39 Varians 41,61 40,80 31,14 26,99 Standar deviasi 6,45 6,39 5,58 5,20 4.1.2.3Uji Hipotesis 1

Untuk membuktikan hipotesis penelitian yang pertama, yaitu motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada dengan model pembelajaran konvensional, digunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak (pihak kanan) dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

: berarti rata-rata skor angket motivasi pada kelas eksperimen sama dengan rata-rata skor angket motivasi pada kelas kontrol.

: berarti rata-rata skor angket motivasi pada kelas eksperimen lebih tinggi rata-rata skor angket motivasi pada kelas kontrol.

Karena data berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama (homogen), maka pengujian hipotesis menggunakan rumus dengan

dengan derajat kebebasan (dk) = dan α = 5%. Ringkasan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata

No Kelas n Mean ( ) s2 s2gabungan t hitung t tabel 1 Eksperimen 36 101,64 41,61

6,42 5,07 1,668 2 Kontrol 37 94,03 40,8

Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung= 5,07. Dengan taraf nyata 5% dan dk = 36 + 37 – 2 = 71 diperoleh ttabel = 1,668. Karena thitung lebih dari ttabel maka H0 ditolak. Artinya rata-rata skor angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor angket motivasi belajar siswa kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 39.

4.1.2.4Uji Hipotesis 2

Untuk menguji hipotesis yang kedua, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif daripada model pembelajaran konvensional terhadap kemampuan komunikasi matematika, menggunakan tiga tahap pengujian sesuai dengan indikator keefektifan. Ketiga indikator tersebut adalah: (1) proporsi siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih dari 75%, (2) rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa pada model pembelajaran konvensional, (3) proporsi siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar dari proporsi siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran konvensional. Ketiga tahap pengujian tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Uji proporsi, digunakan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif efektif terhadap kemampuan komunikasi siswa. Hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut:

berarti proporsi siswa pada kelas eksperimen yang mendapat nilai kemampuan komunikasi paling besar mencapai 75%.

berarti proporsi siswa pada kelas eksperimen yang mendapat nilai kemampuan komunikasi lebih dari 75%.

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika zhitung≥ z(0,5 –α) dengan α = 5%. Ringkasan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Uji Proporsi

n x zhitung ztabel

36 32 0,75 1,925 1,645

Berdasarkan perhitungan diperoleh zhitung = 1,925. Dengan taraf nyata 5% diperoleh ztabel = 1,645. Karena zhitung lebih dari ztabel maka H0 ditolak. Jadi, proporsi siswa pada kelas eksperimen yang mendapat nilai kemampuan komunikasi lebih dari 75%. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.

2. Uji perbedaan rata-rata, digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata kemampuan komunikasi siswa pada model pembelajaran kooperatif model TGT lebih dari rata-rata kemampuan komunikasi siswa pada model pembelajaran konvensional. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

berarti tidak ada perbedaan rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

berarti rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol.

Karena data berdistribusi normal dan mempunyai varians yang sama (homogen), maka pengujian hipotesis menggunakan rumus

dengan . Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jika thitung < t1-α dengan derajat kebebasan (dk) = dan α = 5%. Ringkasan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Ringkasan Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata

No Kelas n Mean ( ) s2 s2gabungan t hitung t tabel 1 Eksperimen 36 77,62 31,14

29,03 4,14 1,668 2 Kontrol 37 72,39 26,99

Berdasarkan perhitungan diperoleh thitung = 4,14. Dengan taraf nyata 5% dan dk = 36 + 37 – 2 = 71 diperoleh ttabel = 1,668. Karena thitung lebih dari ttabel maka H0 ditolak. Jadi, rata-rata kemampuan komunikasi matematika pada kelompok eksperimen lebih dari kelompok kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.

3. Uji perbedaan proporsi, digunakan untuk mengetahui apakah persentase siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih besar dari persentase siswa yang mencapai KKM pada model pembelajaran konvensional. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.

berarti tidak ada perbedaan proporsi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

berarti ada perbedaan proporsi siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika zhitung ≥ z0,5-α dengan α = 5%. Ringkasan hasil pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Uji Perbedaan Proporsi

p q zhitung ztabel

32 26 36 37 0,795 0,205 1,968 1,645

Berdasarkan perhitungan diperoleh zhitung = 1,968 dengan taraf nyata 5% diperoleh ztabel = 1,645. Karena zhitung lebih dari ztabel maka H0 ditolak. Artinya proporsi siswa pada kelas eksperimen lebih besar dari proporsi pada kelas kontrol. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 40.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif terhadap kemampuan komunikasi matematika daripada model pembelajaran konvensional.

4.1.2.5Uji Hipotesis 3

Untuk menguji hipotesis penelitian yang ketiga digunakan analisis regresi linier sederhana. Teknik ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara motivasi belajar terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa, di mana skor motivasi belajar dinyatakan dengan X dan nilai kemampuan komunikasi dinyatakan dengan . Persamaan regresi linier yang diperoleh adalah

maka nilai kemampuan komunikasi matematika ( ) bertambah sebesar 0,0416. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 41.

Untuk uji keberartian, hipotesis yang diujikan adalah sebagai berikut. H0: Koefisien arah regresi tidak berarti (b = 0).

H1: Koefisien arah regresi berarti .

Dari perhitungan diperoleh nilai Fb = 0,08. Dengan taraf nyata 5%, dk

pembilang = 1 dan dk penyebut = 34 diperoleh Ftabel (1,34) = 4,13. Karena Fb =

0,08 < 4,13 = Ftabel , maka dapat ditarik kesimpulan bahwa koefisien tidak berarti.

Hal ini menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut tidak dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan komunikasi matematika melalui skor motivasi belajar siswa.

Untuk uji linearitas, hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H0: model regresi linear.

H1: model regresi non linear.

Dari perhitungan diperoleh nilai Flin = 0,83. Dengan taraf nyata 5%, dk

pembilang = 1 dan dk penyebut = 34 diperoleh Ftabel (18,16) = 2,30. Karena Flin =

0,83 < 2,30 = Ftabel, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa regresi yang diperoleh

merupakan regresi linear.

Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara motivasi belajar siswa dan kemampuan komunikasi matematika, hipotesis yang diujikan adalah sebagai berikut.

H0: tidak ada korelasi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dan

kemampuan komunikasi matematika.

H1: ada korelasi yang signifikan antara motivasi belajar siswa dan kemampuan

komunikasi matematika.

Dari perhitungan diperoleh nilai rxy = 0,048. Dengan taraf nyata 5% dan n =

36 diperoleh rtabel = 0,329 dan untuk taraf nyata 1% diperoleh rtabel = 0,424.

Karena harga rhitung lebih kecil dari rtabel baik untuk taraf kesalahan 1% maupun

5%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara X dan Y. Besarnya koefisien determinasi . Artinya keyakinan terhadap persamaan regresi ini untuk memprediksi kemampuan komunikasi matematika melalui skor motivasi belajar adalah 0,23%.

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan komunikasi matematika.

Dokumen terkait