• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Diagram Sebab akibat

Dalam dokumen Dwi Wahyu A.P 4242 2009 (Halaman 95-103)

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perkembangan Perusahaan

4. Analisis Diagram Sebab akibat

Pembuatan diagram sebab akibat atau fishbone chart pada tahap ini ditujukan untuk mengetahui penyebab terjadinya cacat pada produk rokok linting King Size Hijau. Dalam hal ini ditinjau dari jenis cacat dominan yang diperoleh dari diagram pareto yaitu kapala rokok besar, kepala rokok kecil, gom (ujung rokok) keropos, rokok terlalu padat dan ambri tidak pas.hal tersebut mempengaruhi hasil akhir dari sigaret kretek tangan jenis King size Hijau.

Kenyamanan Pengaturan Usang lingkungan komposisi

kerja kelembaban Kualitas

campuran rokok kertas

Penerangan Sirkulasi udara Rajangan Kurang

kurang tidak lancar tembakau & perawatan

cengkeh

terlalu lembut

Tingkat kejenuhan Lelah Belum ada

tinggi metode kerja

yang baku

SKT KS HIJAU

Terburu-buru karena dikejar Kurang teliti target yang tinggi

Gambar 3.5 Diagram Sebab Akibat

Dari gambar 3.5 maka dapat dilakukan analisis sebagai berikut : a) Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud di sini adalah ruang bagian produksi. Ruang produksi yang ada di bagi menjadi 2 (dua) yaitu bagian SKT (sigaret kretek tangan) dan bagian SKM (sigaret kretek mesin). Batas antara ruang produksi SKT dan SKM hanyalah papan sehingga suara mesin yang ada di ruang SKM sampai terdengar di ruang SKT. Sempitnya ruangan dan kurangnya ventilasi udara menyebabkan sirkulasi udara kurang lancar dan suhu ruangan menjadi tinggi sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman. Hal tersebut tentunya akan mengganggu konsentrasi pekerja dalam melaksanakan tugasnya.

Penerangan yang ada di ruangan produksi sebagian besar berasal dari lampu neon. Keadaan tersebut kurang menguntungkan bagi karyawan yang sedang bekerja, khususnya karyawan yang bertugas melinting rokok. Hal ini disebabkan sinar atau cahaya yang dihasilkan dari lampu neon tidak seterang dari cahaya yang dihasilkan oleh sinar matahari. Selain itu apabila terjadi pemadaman listrik atau hubungan arus pendek maka ruangan akan menjadi gelap, sehingga kerja para karyawan tidak maksimal.

b) Material

Material yang peranannya paling besar terhadap produk rokok adalah tembakau dan cengkeh. Tembakau yang akan digunakan sudah dirajang terlebih dahulu dengan menggunakan mesin cutter mollin. Ukuran rajangan berkisar antara 1-2 cm. Apabila operator dalam mensetting mesin kurang teliti akan menyebabkan kerja yang dilakukan mesin kurang memuaskan, salah satunya adalah rajangan tembakau yang dihasilkan terlalu lembut. Rajangan tembakau yang terlalu lembut menyebabkan tembakau mudah rontok dan pada saat digiling menyebabkan rokok akan menjadi keras karena banyaknya tembakau yang ditaburkan pada alat giling atau bisa juga menyebabkan rokok mudah patah karena tembakau yang digiling terlalu lembut.

Pengaturan komposisi kelembaban campuran rokok yang tidak tepat yaitu campuran antara tembakau, cengkeh, dan saos juga dapat mengakibatkan rokok yang digiling menjadi cacat. Apabila campuran tersebut terlalu lembab maka akan mudah menggumpal atau tidak mudah diurai sehingga menyebabkan rokok yang digiling akan terlalu padat dan membuat kertas sigaret robek. Apabila campuran kurang lembab maka rokok yang digiling mudah keropos terutama diujung-ujungnya.

Selain rajangan tembakau dan cengkeh serta pengaturan komposisi kelembaban material lainnya yang mempengaruhi produk rokok adalah kualitas kertas sigaret. Jika kertas sigaret (ambri) yang

digunakan tipis maka akan mengakibatkan ambri mudah sobek pada saat di isi tembakau yang kemudian digiling.

c) Peralatan

Peralatan giling yang digunakan dalam membuat rokok kretek tangan yang ada pada PT. Djitoe ITC dapat dikatakan sudah usang. Hal ini karena umur pemakaian peralatan sudah lebih dari 10 tahun. Sementara itu dari segi perawatan peralatan kurang diperhatikan. Peralatan baru diperiksa dan direparasi setelah ada laporan dari tenaga pelipat ataupun tenaga penggunting. Meski sudah mendapat laporan dari pekerja, namun perbaikan tidak dilakukan secepatnya, perbaikan baru dilakukan keesokan harinya. Hal tersebut akan mengganggu jalannya proses produksi dan berdampak pada tingginya jumlah kecacatan produk yang dihasilkan.

d) Manusia (SDM)

Peran manusia atau operator turut menyebabkan terjadinya kecacatn produk, mulai dari proses produksi sampai proses inspeksi. Berdasarkan hasil pengamatan, terkadang operator kurang profesional dalam menjalankan tugasnya. Pekerja kurang teliti dalam setiap pekerjaan yang dikerjakannya, hal ini bisa terjadi bila pekerja lalai dalam melakukan pekerjaan dan terlalu lelah karena kurangnya istirahat. Bagi karyawan borongan di bagian pelintingan tidak ada waktu untuk istirahat karena pekerja mengejar target produksi yang

jenuh dan menyebabkan banyaknya cacat pada produk rokok yang dihasilkan. Tingkat kejenuhan juga berdampak pada absensi karyawan. Dari pengamatan diketahui bahwa setiap harinya dapat dpastikan ada karyawan yang tidak masuk. Hal tersebut menandakan bahwa tingkat kedisiplinan para karyawan kurang.

Adanya beban kerja yang berlebihan atau target produksi yang teralalu tinggi serta adanya tekanan atau desakan waktu membuat karyawan terburu-buru dalam mengerjakan tugasnya. Hal tersebut dapat memicu stress pada karyawan, sehingga berpengaruh pada produk yang dihasilkan salah satunya adalah meningkatnya jumlah cacat produk SKT.

Di bagian inspeksi atau quality control terdapat beberapa karyawan yang tidak teliti, misalnya hanya memeriksa beberapa ikat rokok saja dalam satu kotak sedangkan sisanya tidak diperiksa dan dianggap sudah bagus. Padahal bisa saja jumlah cacat yang ada lebih banyak daripada bagian yang diperiksa tadi. Selain itu pihak pengawas terkadang hanya mendiamkan atau tidak memberi teguran kepada pekerja yang hasil lintingannya kurang bagus. Kekurang telitian atau kurang patuhnya pekerja dalam mematuhi prosedur yang ada semuanya ini berpulang pada tingkat pendidikan para operator yang rata-rata hanya tamatan sekolah menengah pertama. Sehingga masih kurang memiliki etos kerja yang tinggi.

Dalam proses produksi yang dilakukan terutama dalam proses membuat SKT belum ada metode kerja yang baku. Dari hasil pengamatan langsung di pabrik, tujuan pekerja datang ke pabrik hanya untuk menyelesaikan target produksi pada hari itu. Dapat dikatakan tenaga borongan tersebut bekerja hanya sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa ada motivasi yang jelas. Hal tersebut terjadi karena di pabrik belum terdapat metode kerja yang baku (standard operational procedur) yang ditetapkan oleh perusahaan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Berdasarkan data produksi tahun 2008 diketahui jumlah produksi 3.750.000 batang untuk setiap bulan dan jumlah produk cacat yang berbeda setiap bulannya. Jumlah kerusakan tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 13.327 batang.

a. Kepala rokok besar sebesar 40.088 batang per tahun.

b. Kepala rokok kecil sebesar 39.202 batang per tahun.

c. Gom keropos sebesar 26.572 batang per tahun.

d. Rokok terlalu padat sebesar 26.170 batang per tahun.

e. Ambri tidak pas sebesar 12.193 batang per tahun.

3) Dengan menggunakan analisis bagan p diketahui rata-rata proporsi kerusakan (CL) sebesar 0,003405, batas kontrol atas (UCL) 0,003495243 dan batas kontrol bawah (LCL) 0,003314757. Proporsi kerusakan produk yang melebihi batas kontrol terdapat pada bulan Januari sebesar (0,0032856), Juli (0,00353867), September (0,003495733) dan Oktober (0,003525333).

4) Fungsi dari diagram pareto adalah untuk mengetahui urutan jenis kecacatan serta menggambarkan tinggi rendahnya frekeuensi kecacatan yang terjadi. Fungsi diagram sebab akibat adalah untuk mencari atau mengetahui penyebab terjadinya cacat pada produk rokok.

5) Setelah melakukan analisis diagram pareto dan diagram sebab akibat diketahui beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan produk yaitu faktor metode, faktor manusia, faktor peralatan, faktor material/bahan baku dan faktor lingkungan.

B. Saran

Saran perbaikan yang dapat diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tingkat produksi yang maksimal adalah sebagai berikut :

1) Memberikan pelatihan serta memberikan bonus untuk karyawan yang pekerjaannya melebihi dari karyawan lainnya.

2) Dalam pemilihan material yang akan digunakan sebaiknya dipilih bahan baku yang berkualitas tinggi, baik itu untuk kertas sigaret atau ambri, tembakau maupun cengkeh. Selain itu juga melakukan pengawasan agar bahan baku yang digunakan tidak menimbulkan atau menyebabkan produk rokok menjadi cacat.

3) Cek kondisi mesin dan peralatan sebelum proses produksi, selama proses produksi dan sesudah proses produksi berjalan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kerusakan produksi yang melebihi batas kontrol.

4) Sistem pengawasan yang baik dari pihak pengawas di bagian SKT akan membuat para pekerja lebih berhati-hati dalam bekerja. Pemberlakuan waktu istirahat yang cukup bagi karyawan pelipat maupun penggunting, selain untuk melepas lelah juga untuk meminimalkan kecacatan produk.

5) Mensosialisasikan dan mengawasi metode kerja yang baku yang telah disusun bersama oleh bagian produksi bersama dengan unit SKT.

Dalam dokumen Dwi Wahyu A.P 4242 2009 (Halaman 95-103)

Dokumen terkait