BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
2. Analisis Efisiensi Perbankan Pasca Merger
Selanjutnya, pada periode pasca merger, hasil perhitungan efisiensi menyatakan bahwa dalam metode CCR, baik menggunakan pendekatan
input oriented maupun output oriented, menyatakan bahwa tidak ada
bank yang efisien pada periode satu tahun pasca merger. Bank hasil merger mencapai nilai efisiensi optimal pada periode lebih dari dua tahun pasca merger. Bank Danamon dan Artha Graha mencapai nilai efisiensi optimal pada periode ketiga pasca merger, kemudian disusul Bank Mandiri yang mencapai tingkat efisiensi optimal pada tahun keempat pasca merger, selanjutnya Bank Permata yang baru mencapai tingkat efisiensi optimal pada tahun keenam pasca merger.
Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode CCR Input dan Output Oriented
Gambar 3. Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode CCR Input dan
Output Oriented
117
Walaupun bank hasil merger tidak langsung menjadi efisien pasca merger, namun nilai efisiensi yang dihasilkan pada setiap tahunnya bersifat progresif, yang artinya terjadi peningkatan pada setiap periodenya sebelum pada akhirnya menjadi efisien. Ditambah lagi jika dilihat dari nilai rata-rata efisiensi secara keseluruhan pun terus meningkat pada setiap periodenya, jika dibandingkan dengan rata-rata nilai efisiensi bank pada peridoe pra merger, maka hal tersebut menunjukkan adanya usaha perbaikan efisiensi pada bank hasil merger. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bank hasil merger tidak efisien pada periode jangka pendek pasca merger, namun bank hasil merger mampu mencapai nilai efisiensi optimal pada periode jangka panjang pasca merger, yaitu lebih dari dua tahun. Temuan ini mendukung pernyataan Kuncoro dan Suhardjono (2011) dimana dalam jangka panjang merger mampu menciptakan perbaikan efisiensi. Perbaikan efisiensi yang membutuhkan waktu lama tersebut salah satunya disebabkan oleh proses integrasi pasca merger, dimana integrasi merupakan suatu proses paralel (Gumilarsjah, 2016).
Selanjutnya, hasil perhitungan efisiensi pada periode pasca merger metode BCC baik pendekatan input oriented mapun output
oriented, menyatakan bahwa hanya 1 bank yang dinyatakan tidak efisien
pada periode satu tahun pasca merger, yaitu Bank Danamon dengan nilai efisiensi 0,992 (input oriented) dan 0,993 (output oriented). Selanjutnya, pada periode dua tahun pasca merger, Bank Danamon telah mampu
118
mencapai efisiensi optimal, bersama-sama dengan ketiga bank lainnya yaitu Bank Mandiri, Bank Artha Graha, dan Bank Permata, dan tetap konsisten berada pada titik efisiensi optimal sampai dengan tahun kesepuluh pasca merger. Maka dapat disimpulkan bahwa dibawah metode BCC bank hasil merger lebih efisien jika dibandingkan dengan periode pra merger.
Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode BCC Input Oriented
Gambar 4. Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode BCC Input
Oriented
119
Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode BCC Output Oriented
Gambar 5. Grafik Perkembangan Efisiensi Bank Pasca Merger Metode BCC Output
Oriented
Sumber : Data yang diolah dari Tabel 7 dan 8
Melalui metode BCC maka dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis efisiensi relatif pada periode pasca merger, pada tabel 15 dan 16, maka dapat dilihat bahwa Bank Mandiri baik dengan pendekatan input maupun output oriented dinyatakan tidak efisien pada periode satu sampai dengan tiga tahun pasca merger, kemudian apabila dilihat nilai OTE, PTE dan SE-nya, baik pendekatan input maupun output oriented menyatakan bahwa inefisiensi sepenuhnya disebabkan oleh scale
inefficiency. Selanjutnya pada Bank Danamon baik dengan pendekatan input maupun output oriented dinyatakan tidak efisien pada periode satu
sampai dengan dua tahun pasca merger, kemudian apabila dilihat nilai OTE, PTE dan SE-nya, baik pendekatan input maupun output oriented menyatakan bahwa inefisiensi pada periode satu sampai dengan dua tahun pasca merger lebih disebabkan oleh scale inefficiency. Selanjutnya
120
pada Bank Artha Graha baik dengan pendekatan input maupun output
oriented dinyatakan tidak efisien pada periode satu sampai dengan dua
tahun pasca merger, kemudian apabila dilihat nilai OTE, PTE dan SE-nya, baik pendekatan input maupun output oriented menyatakan bahwa inefisiensi pada periode satu sampai dengan dua tahun pasca merger lebih disebabkan oleh scale inefficiency. Kemudian, pada Bank Permata baik dengan pendekatan input maupun output oriented dinyatakan tidak efisien pada periode satu sampai dengan lima tahun pasca merger, kemudian apabila dilihat nilai OTE, PTE dan SE-nya, baik pendekatan
input maupun output oriented menyatakan bahwa inefisiensi sepenuhnya
disebabkan oleh scale inefficiency.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penyebab inefisiensi perbankan pada periode pasca merger lebih disebabkan karena scale
inefficiency, yaitu kondisi dimana perbankan tidak beroperasi pada skala
produksi yang optimal (Yannick, 2016). Maka dapat disimpulkan bahwa adanya perbaikan kualitas manajemen dalam mengelola proses produksi dikarenakan penyebab inefisiensi bukanlah dari pure technical
inefficiency, sehingga temuan ini mendukung pernyataan Kuncoro dan
Suhardjono (2011) yang menyatakan bahwa perbaikan efisiensi pasca merger salah satunya disebabkan oleh peningkatan kualitas manajerial bank.
Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pasca merger, maka dapat dilihat bahwa dalam metode CCR, hasil yang diperoleh
121
menggunakan pendekatan input oriented sama dengan hasil yang diperoleh dengan pendekatan output oriented. Kemudian, dalam metode BCC, terdapat sedikit perbedaan nilai efisiensi yang dihasilkan pendekatan input oriented dengan pendekatan output oriented, namun penggolongan bank yang efisien dan yang inefisien antara kedua pendekatan tersebut adalah sama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pada metode CCR baik input maupun output oriented menghasilkan nilai efisiensi yang sama, dan hasil penetapan bank yang efisien dan inefisien yang sama. Sedangkan dalam metode BBC, terdapat sedikit perbedaan nilai efisiensi antara pendekatan input dan output
oriented, namun hasil penetapan bank yang efisien dan inefisien baik
pendekatan input maupun output oriented adalah sama.
Tabel 15. Daftar Nilai OTE, PTE, dan SE Pasca Merger Input Oriented
Nama Bank Tahun Pasca Merger
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri OTE 0,308 0,361 0,597 1 1 1 1 1 1 1 PTE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SE 0,308 0,361 0,597 1 1 1 1 1 1 1 Bank Danamon OTE 0,274 0,358 1 1 1 1 1 1 1 1 PTE 0,992 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SE 0,276 0,358 1 1 1 1 1 1 1 1 Bank Artha Graha OTE 0,571 0,691 1 1 1 1 1 1 1 1 PTE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SE 0,571 0,691 1 1 1 1 1 1 1 1 Bank Permata OTE 0,431 0,821 0,809 0,895 0,987 1 1 1 1 1 PTE 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 SE 0,431 0,821 0,809 0,895 0,987 1 1 1 1 1
122