• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Estimasi

Dalam dokumen DESAIN PENATAAN DAERAH DI PROVINSI KALIM (Halaman 149-155)

3.3. Estimasi Daerah Otonom Baru

3.3.4 Analisis Estimasi

Setelah melalui proses pembahasan dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat/daerah (dalam bentuk usulan/wacana), serta dikombinasikan dengan indeks kapasitas fiskal daerah, maka hingga tahun 2025 di Provinsi Kalbar diestimasi penambahan jumlah maksimum daerah otonom sebanyak 12 daerah otonom kabupaten/kota, dan dua provinsi.

Tabel 3.34.

Estimasi Jumlah Maksimum Penambahan Daerah Otonom Baru Kabupaten/ Kota dan Provinsi di Kalimantan Barat Hingga Tahun 2025

No Kabupaten/Kota Potensial Penambahan IKF Estimasi Jumlah Kab./Kota dan Provinsi Kajian Aspirasi 1 Kab. Sambas +2 +2 L 3 2 Kab. Bengkayang +1 0 L 2 3 Kab. Landak 0 0 TL 1 4 Kab. Pontianak 0 0 L 1 5 Kab. Sanggau +2 +2 L 3 6 Kab. Ketapang +3 0 L 4 7 Kab. Sintang +2 +1 L 3

8 Kab. Kapuas Hulu +2 +2 L 3

9 Kab. Sekadau 0 0 L 1

10 Kab. Melawi 0 0 L 1

11 Kab. Kayong Utara 0 0 L 1

12 Kab. Kubu Raya 0 0 L 1

13 Kota Pontianak 0 0 L 1

14 Kota Singkawang 0 0 L 1

Total (Kabupaten) +12 +7 --- 26

Prov. KALBAR +2 +1 L 3

Total (Provinsi) +2 +1 --- 3

Selanjutnya, Tabel 3.35 menunjukkan prakiraan jumlah kabupaten/kota dan provinsi yang kemudian diusulkan dalam Detada di Provinsi Kalbar hingga tahun 2025.

Tabel 3.35.

Estimasi Jumlah Maksimum Daerah Otonom Baru Kabupaten/Kota dan Provinsi di Kalimantan Barat Hingga Tahun 2025

No Kabupaten/Kota

Estimasi Jumlah Daerah Kab/Kota dan Provinsi

Ket. Sekarang Aspirasi/Usulan DETADA

Pemprov Masyarakat 1 Kab. Sambas 1 2 +2 +2 2 Kab. Bengkayang 1 0 0 +1 3 Kab. Landak 1 0 0 0 4 Kab. Pontianak 1 0 0 0 5 Kab. Sanggau 1 2 +2 +2 6 Kab. Ketapang 1 3 0 +3 7 Kab. Sintang 1 1 +1 +2

8 Kab. Kapuas Hulu 1 2 +2 +2

9 Kab. Sekadau 1 0 0 0

10 Kab. Melawi 1 0 0 0

11 Kab. Kayong Utara 1 0 0 0

12 Kab. Kubu Raya 1 0 0 0

13 Kota Pontianak 1 0 0 0

14 Kota Singkawang 1 0 0 0

Total (Kabupaten) 14 10 +7 +12

Prov. KALBAR 1 +1 +2

Total (Provinsi) 1 --- +1 +2

Adapun estimasi jadwal pembentukan daerah otonom baru di Kalbar hingga tahun 2025 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.36.

Estimasi Jadwal Pembentukan Daerah Otonom Baru di Kalimantan Barat Hingga Tahun 2025

No Kabupaten/Kota Tambah Estimasi Jadwal Pembentukan Total

2025 2012-2016 2017-2021 2022-2025 1 Kab. Sambas 2 +1 +1 0 3 2 Kab. Bengkayang 1 0 0 1 2 3 Kab. Landak 0 0 0 0 1 4 Kab. Pontianak 0 0 0 0 1 5 Kab. Sanggau 2 +1 +1 0 3 6 Kab. Ketapang 3 +1 +1 +1 4 7 Kab. Sintang 2 +1 +1 0 3

8 Kab. Kapuas Hulu 2 +1 +1 0 3

9 Kab. Sekadau 0 0 0 0 1

10 Kab. Melawi 0 0 0 0 1

11 Kab. Kayong Utara 0 0 0 0 1

12 Kab. Kubu Raya 0 0 0 0 1

13 Kota Pontianak 0 0 0 0 1

14 Kota Singkawang 0 0 0 0 1

Prov. Kalbar 2 +1 0 +1 3

BAB IV

Alternatif Desain Penataan

Daerah Di Kalbar:

Suatu Studi Dengan Pendekatan

Spasial

4.1. Pengantar

Pada bab sebelumnya telah diuraikan hasil desain penataan daerah yang bukan saja merupakan kombinasi dari perhitungan yang rasional dan realistis dengan aspirasi daerah, kombinasi dari analisis kuantitatif dan kualitatif, tetapi juga merupakan hasil kombinasi dari agregasi pertimbangan seluruh aspek, mulai dari dimensi geografi, dimensi demografi, dimensi kesisteman bidang pertahanan keamanan, bidang ekonomi, bidang keuangan, bidang politik dan sosial budaya, bidang administrasi publik, dan bidang manajemen pemerintahan. Hasil analisis itu kemudian digunakan sebagai dasar melakukan estimasi terhadap jumlah ideal provinsi dan kabupaten/ kota di Kalbar. Hasilnya adalah hingga tahun 2025 idealnya penambahan jumlah maksimum Daerah Otonom Baru (DOB) di Kalbar sebanyak sebelas kabupaten/kota dan dua provinsi.

Setelah didiskusikan dengan berbagai pihak, hasil kajian tersebut dirasakan kurang lengkap karena rekomendasi tentang pentingnya pemekaran daerah menuju jumlah ideal provinsi dan kabupaten/kota belum dilengkapi dengan kajian pendekatan spasial. Spasial berasal dari kata Inggris space yang berarti ‘ruang’, merupakan kata benda yang merujuk pada “obyek” perencanaan.

Kata space itu kemudian berkembang menjadi kata spatial yang berarti ‘keruangan’, merupakan kata sifat yang merujuk pada “karakter” perencanaan.

Ahli regional mendefinisikan ruang sebagai wadah yang mengandung atau menerima kegiatan materi dan mengendalikan kegiatan itu dengan memberikan struktur-struktur dan batas-batas tempat kegiatan itu berlangsung. Artinya, ruang adalah setting bagi tindakan manusia, tempat manusia dapat merancang dan mengendalikan. Dengan demikian, pendekatan spasial adalah suatu perencanaan yang dilakukan berdasarkan

perspektif, sudut pandang, atau pendekatan keruangan, yang sangat terkait dengan lokasi absolut (lintang, bujur) dan lokasi relatif (karakteristik/ keunikkan tersendiri), region (wilayah) yang merupakan pengelompokan lokasi yang memiliki karakteristik sama, jarak absolut (metrik) dan jarak relatif (jarak sosial), arah absolut (arah mata angin) dan arah relatif (orientasi subyektif), ukuran permasalahan (global, nasional, regional, lokal, individu), dan pola dan proses interrelasi dan intrarelasi keruangan.

Pendekatan spasial dalam desain penataan daerah akan membantu mengoptimalkan interaksi dari seluruh variabel penataan, mulai dari geografi, demografi, kesisteman bidang pertahanan keamanan, ekonomi, keuangan, politik dan sosial budaya, administrasi publik, dan manajemen pemerintahan ke dalam suatu perencanaan berdasarkan keruangan. Artinya, desain penataan daerah yang mempertimbangkan pendekatan spasial menjadi lebih rasional dan lebih komprehensif karena pendekatan ini akan memperhitungkan aspek lokasi, jarak, arah, ukuran permasalahan, dan pola relasi dari suatu wilayah. Hal ini tentu saja akan mendorong proses pembentukan DOB menjadi lebih efisien, ideal, implementatif, dan produktif. Efisien terkait dengan biaya, waktu, dan ongkos sosial (social cost), ideal terkait dengan sistem, regulasi, birokrasi, dan aspirasi masyarakat, implementatif terkait dengan rasionalitas dan kondisi yang ada, yang memungkinkan penataan daerah tersebut dapat dilaksanakan, dan produktif terkait dengan hasil penataan yang mampu mendekatkan pelayanan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berdasarkan diskusi tim peneliti dengan beberapa ahli yang memahami pendekatan spasial, telah ditemukan tiga alternatif pendekatan.

Alternatif I merupakan pendekatan spasial yang secara utuh mengikuti hasil studi di Bab III, yang menyebutkan bahwa hingga tahun 2025 Kalbar akan menambah dua provinsi baru. Provinsi baru tersebut satu berada di wilayah timur dan satu lagi di wilayah selatan Kalbar. Kabupaten yang akan bergabung dalam provinsi di wilayah timur Kalbar adalah Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, dan Sekadau serta beberapa kabupaten baru hasil pemekaran dari Kapuas Hulu dan Sintang. Sementara yang akan bergabung di wilayah selatan Kalbar adalah Ketapang dan Kayong Utara beserta beberapa kabupaten/kota baru hasil pemekaran dari Kabupaten Ketapang.

Alternatif II merupakan modifikasi dari Alternatif I. Di sini, wilayah Kabupaten Sanggau terbelah dua, sebagian besar bergabung ke provinsi Kalbar (induk)

juga terbelah dua, sebagian besar bergabung ke provinsi induk Kalbar dan sisanya (satu kecamatan) masuk ke wilayah selatan.

Berbeda dengan Alternatif I dan Alternatif II yang membagi wilayah Kalbar menjadi tiga provinsi, maka pada Alternatif III wilayah Kalbar direncanakan hanya dimekarkan menjadi dua provinsi, yaitu provinsi Kalbar (induk) dan provinsi yang akan dimekarkan di wilayah timur Kalbar. Deskripsi, alasan pemilihan, serta kekuatan dan kelemahan masing-masing alternatif tersebut diuraikan sebagai berikut.

4.2

Alternatif I

Dalam dokumen DESAIN PENATAAN DAERAH DI PROVINSI KALIM (Halaman 149-155)

Dokumen terkait