6.1. Analisis
Jumlah botol nonstandar yang tersortir pada pos 3 dapat digunakan untuk melihat produktivitas kerja operator pos 2, dimana semakin banyak jumlah botol nonstandar yang disortir pada pos 3 maka semakin menurun tingkat produktivitas pos 2, hal ini juga akan menyebabkan produktivitas perusahaan menurun karena botol nonstandar yang tidak tersortir ini secara langsung akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang telah ditargetkan oleh perusahaan karena diketahui setelah proses pengisian air teh ke dalam botol (filler).
Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa terdapat perbedaan persentase botol non standar yang tidak tersortir pada setiap perlakuan eksperimen. Nilai persentase botol nonstandar yang tidak tersortir pada perlakuan illuminasi160 lux, interval waktu rotasi kerja 30 menit, dan pada ketiga shift kerja lebih kecil dibandingkan perlakuan dengan illuminasi 140 lux, interval waktu rotasi kerja 30 untuk setiap shift kerja.
Hal ini disebabkan karena pada illuminasi 140 lux mata harus berakomodasi lebih maksimal pada saat mulai bekerja agar dapat melihat kotoran pada botol, dan dilakukan selama interval waktu rotasi kerja. Sedangkan pada illuminasi 160 lux mata berakomodasi secara normal pada saat mulai bekerja. Dan pada illuminasi 180 lux dan 200 lux, cahaya yang diterima mata lebih terang sehingga menimbulkan kotoran yang ada pada botol tidak tampak. Kelelahan pada
mata dapat ditandai dengan penurunan ketajaman mata dan peningkatan persentase botol non standar lolos penyortiran pada pos 2.
Pada interval waktu rotasi kerja 30 menit berarti setiap operator bekerja memeriksa botol selama 60 menit dan istirahat 30 menit. Pada interval waktu rotasi kerja 45 menit berarti setiap operator bekerja memeriksa botol selama 90 menit dan istirahat 45 menit. Lamanya waktu rotasi kerja menyebabkan mata juga akan lama berakomodasi secara maksimal. Akomodasi yang dilakukan mata pada interval waktu rotasi kerja 45 menit lebih besar dibandingkan dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit, sehingga otot siliaris akan lebih cepat mengalami kelelahan pada interval waktu rotasi kerja 45 menit dibandingkan dengan interval waktu rotasi kerja 30 menit. Impuls lelah dari otot siliaris akan disampaikan ke sistem syaraf pusat, kemudian sistem syaraf pusat akan memerintahkan sistem syaraf motorik melambat sehingga ketajaman dan kecepatan mata dalam memeriksa botol akan menurun.
Untuk kondisi aktual dengan menggunakan lampu yang terletak dibelakang botol, kondisi ini cocok untuk setiap operator dengan tinggi badan rendah atau tinggi. Tapi dengan menambahkan lampu dibagian atas pada kondisi usulan maka lampu ini akan menimbulkan kesilauan untuk operator yang tinggi badannya dibawah 160 cm. Karena operator yang memiliki tinggi badan dibawah 160 cm maka posisi mata berada dibawah lampu sehingga cahaya lampu yang keluar dari kaca penutup tetap akan menimbulkan silau pada mata. Hal ini akan mengganggu kinerja operator yang secara tidak langsung akan menimbulkan penurunan produktivitas.
Adapun gambar dari lampu dalam kondisi aktual adalah sebagai berikut.
Adapun gambar dari posisi lampu saat percobaan adalah sebagai berikut.
Gambar 6.2. Posisi Kerja Percobaan Aktual (Operator A)
Berdasarkan percobaan untuk operator A yang memiliki tinggi badan 158 cm diketahui posisi lampu tambahan terlalu tinggi untuk operator. Maka penambahan lampu pada bagian atas botol menimbulkan kesilauan pada mata, hal ini akan mengganggu kinerja operator A yang akan berakibat pada penurunan
Gambar 6.3. Posisi Kerja Percobaan Aktual (Operator B)
Berdasarkan percobaan untuk operator B yang memiliki tinggi badan 167 cm, maka penambahan lampu pada bagian atas botol tidak menimbulkan kesilauan pada mata, hal ini tidak mengganggu kinerja operator B .
Gambar 6.4. Posisi Kerja Percobaan Aktual (Operator C)
Berdasarkan gambar untuk operator C yang memiliki tinggi badan 174 cm, maka penambahan lampu pada bagian atas botol tidak menimbulkan kesilauan pada mata, hal ini tidak akan mengganggu kinerja operator C.
Untuk menghindari kesilauan yang dirasakan operator pada pos II karena penambahan lampu, dapat dilakukan dengan membuat kriteria operator pada pos II memiliki tinggi badan antara 165-175 cm, hal ini digunakan untuk mencegah penurunan produktivitas pada pos II diakibatkan karena operator merasa silau.
Selain itu dapat mengganti atau merubah bangku operator pos II menjadi bangku yang dapat dirubah ketinggiannya, tetapi hal ini malah akan mengganggu kerja operator karena tinggi operator untuk setiap grup kerja berbeda, lain halnya apabila setiap grup memiliki tinggi yang hampir sama, maka penyetelan tinggi bangku dapat dilakukan pada saat mulai bekerja saja.
Atau, juga dapat membuat bantalan tambahan pada kursi operator khusus untuk operator yang memiliki tinggi badan dibawah 165 cm yang dapat dilepas. Hal ini dapat mempermudah operator saat pergantian rotasi kerja.
Selain itu juga dapat membuat plat untuk menutupi cahaya lampu yang keluar dari kaca agar operator yang memiliki tinggi badan dibawah 160 cm tidak merasakan kesilauan. Hal ini lebih mudah dilakukan
6.2. Evaluasi
Illuminasi pada stasiun kerja penyortiran botol kosong (pos II) lebih kecil dari illuminasi yang diusulkan, oleh sebab itu untuk menambah illuminasi agar menjadi 160 lux adalah dengan menambah lampu pada pos II. Posisi lampu diharapkan sama dengan pos III yaitu diatas botol yang akan disortir dan dilapisi dengan kaca sehingga cahaya yang keluar dapat diatur dengan menyesuaikan ketebalan kaca. Posisi ini dapat membantu operator melihat benda asing atau
kotoran yang berada di dasar botol. Karena dengan memposisikan lampu diatas botol maka cahaya yang dikeluarkan langsung mengarah ke dasar botol. Selain itu cahaya yang mengarah ke bawah ini juga membantu operator melihat mulut botol yang gumpil sehingga mengurangi jumlah botol pecah pada saat pengisian teh kedalam botol atau mengurangi jumlah botol dengan tutup tidak rapat.
Dengan menerapkan usulan illuminasi 160 lux dan interval waktu rotasi kerja 30 menit maka dapat dilihat peningkatan produktivitas kerja operator yang ditandai dengan penurunan persentase jumlah non standar yang lolos saat penyortiran. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.1. Perbandingan Kondisi Awal dengan Kondisi Usulan
Shift Kerja Persentase Jumlah Botol Non Standar yang Tidak Tersortir Kondisi Awal Kondisi Usulan
Shift 1 6,8965 1,7326
Shift 2 12 2,8469
Shift 3 2,0366 2,0120
Rata-Rata 6,9777 2,1972
Sumber : Hasil Pengolahan
Dari Tabel 6.1 diatas, dapat dibuat kedalam bentuk diagram untuk dapat melihat penurunan persentase botol non standar yang tidak tersortir oleh operator seperti pada Gambar 6.5 berikut.
Gambar 6.5. Persentase Jumlah Botol Non Standar
Berdasarkan Gambar 6.5 diatas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan persentase jumlah botol non standar yang tidak tersortir oleh operator pada kondisi awal dengan kondisi usulan sebesar 31,5 % selama 3 shift kerja. Penurunan persentase jumlah botol non standar yang tidak tersortir oleh operator ini akan meningkatkan jumlah output yang dihasilkan selama 3 shift kerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada kondisi usulan (illuminasi 160 lux dengan interval waktu rotasi kerja selama 30 menit) terjadi peningkatan produktivitas perusahaan bila dibandingkan dengan kondisi awal (illuminasi 140 lux dengan interval waktu rotasi kerja selama 30 menit).
Adapun gambar usulan perbaikan pada pos II adalah sebagai berikut :
Gambar 6.6. Usulan Perbaikan Sortasi Botol dengan Tingkat Illuminisi 160 Lux
Berdasarkan hasil analisis terhadap penambahan lampu pada pos II, maka untuk mengatasi kesilauan pada mata dapat dilakukan dengan membuatkan bantalan tambahan untuk operator yang memiliki tinggi badan dibawah 165 cm atau menambahkan plat penghalang pada lampu yang dapat dilihat pada gambar potongan berikut :