• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN EVALUASI

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan perusahaan PT Perkebunan Nusantara III Medan pada BAB II, maka dalam BAB III ini penulis mencoba untuk melakukan analisa dan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio 2006- 2008.

A. Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio lancar selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rasio Lancar

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Lancar 49,74% 112,28% 102,82%

Sumber : Laporan Keuangan PTPN III tahun 2006-2007

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio lancar diperoleh sebesar 49,74% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin Rp 0,4974,- aktiva lancar.

Pada tahun 2007 rasio lancar diperoleh sebesar 112,28% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 1,1228,- aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun

2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 62,54 hal ini terjadi karena peningkatan hutang lancar pada perusahaan.

Pada tahun 2008 rasio lancar diperoleh sebesar 102,82% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp1.0282,- aktiva lancar. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio lancar sebesar 9,46% yang disebabkan karena perusahaan memiliki tingkat hutang yang lebih rendah dari aktivanya.

Maka dapat disimpulkan keadaan perusahaan selama 3 tahun terakhir (2006-2008) menunjukkan kemampuan untuk berusaha mengurangi hutang lancarnya dengan ditunjukkan dengan semakin likuidnya kondisi keuangan perusahaan, diperlihatkan dengan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.

2. Rasio Cepat

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio cepat selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Rasio Cepat

Tahun 2006 2007 2008 Rasio Cepat 35,94% 96,40% 79,80%

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio cepat diperoleh sebesar 35,94% yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin Rp 0,3594,- aktiva cepat.

Pada tahun 2007 rasio cepat diperoleh sebesar 96,40% yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp 0,9640,- rasio cepat. Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 60,46 hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Pada tahun 2008 rasio cepat diperoleh sebesar 79,80% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp0.7980,- rasio cepat. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio cepat sebesar 10,4% hal ini terjadi karena penurunan piutang perusahaan dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Penurunan rasio ini sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga perusahaan kesulitan untuk membiayai hutang-hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo.

B. Rasio Aktivitas

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio perputaran persediaan selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Rasio Perputaran Persediaan

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Perputaran Persediaan 16,21 Kali 18,02 kali 9,19 Kali

Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 16,21 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 16,21 kali dalam satu tahun

Pada tahun 2007 rasio perputaran persediaan diperoleh sebanyak 18,02 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 18,02 kali dalam setahun. Jika dibandingkan rasio perputaran persediaan pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio perputaran persediaan sebesar 1,81 hal ini disebabkan karena semakin tingginya rasio berarti semakin sering penjualan yang dihasilkan.

Pada tahun 2008 rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 9,19 kali dalam setahun. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi penurunan rasio sebesar 8,83 hal ini terjadi rendahnya perputaran yang menyebabkan penurunan penjualan dan menurunkan pendapatan yang diperoleh.

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio perputaran total aktiva selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Rasio Perputaran Total Aktiva

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Perputaran Total aktiva 0,89 Kali 0,99 Kali 0,93 Kali Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Total asset turnover pada tahun 2006 sebesar 0,89 kali, hal ini berarti bahwa pada tahun 2006 kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar sebanyak 0,89 kali.

Sedangkan pada tahun 2007 total asset turnover sebesar 0,99 kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,99 kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami kenaikan total asset turnover sebesar 0,10 kali karena perusahaan efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki sangat baik.

Sedangkan pada tahun 2008 total asset turnover sebesar 0,93 kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 0,93 kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 0,6 kali ini disebabkan karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki tidak begitu membaik.

C. Rasio Leverage

1. Total Debt to Capital Asset

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Total Debt to Capital Asset

Tahun 2006 2007 2008

Total Debt to Capital Asset 56,73% 51,85% 49,73% Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2006 sebesar 56,73% yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,5673,-

Pada tahun 2007 sebesar 51,85% yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,5185,-. Jika dibandingkan tahun 2006 dengan tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 4,88% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

Pada tahun 2008 rasio hutang sebesar 49,73% yang berarti setiap Rupiah,- kewajiban perusahaan dibiayai aktiva sebesar Rp 0,4973.- Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 2,12% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

2. Total Debt to Equity Ratio

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2006-2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Total Debt to Equity

Sumber : Laporan keuangan PTPN III tahun 2006-2008

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2006 sebesar 69,89% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- modal sendiri

Tahun 2006 2007 2008

dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,6989,-

Pada tahun 2007 sebesar 68,61% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,6861,-. Jika dibandingkan tahun 2006 dengan tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 1,28% yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan modal sendiri.

Pada tahun 2008 rasio hutang sebesar 52,35% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0,5235.- Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 terjadi penurunan rasio sebesar 16,26% yang disebabkan terjadinya kenaikan modal sendiri sebesar 34,05%.

D. Rasio Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio margin laba kotor selama 3 tahun terakhir (2006- 2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Rasio Margin Laba Kotor

Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Tahun 2006 2007 2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 33,37% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,3337,- laba kotor.

Pada tahun 2007 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 45,75% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,4575,- laba kotor. Jika dibandingkan rasio margin laba kotor pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 12,38 yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

Pada tahun 2008 rasio margin laba diperoleh sebesar 46,46% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,4646,- laba kotor. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 0,71% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

2. Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio margin laba operasi selama 3 tahun terakhir (2006- 2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.8

Rasio Margin Laba Operasi

Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 15,96% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1596,- laba operasi.

Pada tahun 2007 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 25,97% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,2597,- laba operasi. Jika dibandingkan rasio margin laba operasi pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 12,38 yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya operasi.

Pada tahun 2008 rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 26,34% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,2634,- laba operasi. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 0,37% yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya oprasional

Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi semakin meningkat

Tahun 2006 2007 2008

pada tingkat penjualan tertentu. Peningkatan ini menunjukkan keefisienan manajemen kerja perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menekan kenaikan biaya operasi.

3. Margin Laba Bersih

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai- nilai dari rasio margin laba bersih selama 3 tahun terakhir (2006- 2008) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Rasio Margin Laba Bersih

Tahun 2006 2007 2008

Rasio Margin Laba Bersih 11,06% 17,92% 18,15% Sumber : Laporan Laba Rugi PTPN III tahun 2006-2008

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 11,06% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1596,- laba bersih.

Pada tahun 2007 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 17,92% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1792,- laba bersih. Jika dibandingkan rasio margin laba bersih pada tahun 2006 dan 2007 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 6,86 yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik

dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Pada tahun 2008 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 18,15% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- penjualan menghasilkan Rp 0,1815,- laba bersih. Jika dibandingkan tahun 2007 dengan tahun 2008 terjadi kenaikan rasio margin laba bersih sebesar 0,23% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Selain melihat penghitungan rasio dengan menggunakan tabel, kita bisa melihat perbedaan rasio dari tahun ke tahun dengan menggunakan grafik.

A. Rasio Likuiditas

Gambar 3.1 Grafik Rasio Likud itas

Sumber : rasio likuiditas laporan keuangan PTPN III 0 20 40 60 80 100 120

Rasio Lancar Rasio Cepat

2006 2007 2008

B. Rasio Aktivitas

Gambar 3.2 Grafik Rasio Aktivitas

Sumber : rasio aktivitas laporan keuangan PTPN III C. Rasio Leverage

Gambar 3.3 Grafik Rasio Leverage

Sumber : rasio levergae laporan keuangan PTPN III D. Rasio Profitabilitas

Gambar 3.4 Rasio Profitabilitas

Sumber: rasio profitabilitas laporan keuangan PTPN III 0 5 10 15 20 Rasio Perputaran Persediaan Rasio Perputaran Total Aktiva 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 Margin Laba Kotor Margin Laba Operasi Margin Laba Bersih 2006 2007 2008 0 10 20 30 40 50 60 70 Total Debt to Capital Asset Total Debt to Equity 2006 2007 2008

Dokumen terkait