• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Pekon Tulung Agung Kecamatan

DAN HIPOTESIS

G. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keikutsertaan Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Pekon Tulung Agung Kecamatan

Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan Program AUTP di Pekon Tulung Agung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu diuji melalui analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS 26.0. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu umur (X1), tingkat pendidikan (X2), lama berusahatani (X3), luas lahan (X4), tingkat kerumitan Program AUTP (X5), pengaruh lingkungan sosial petani (X6), peran penyuluh sebagai fasilitator (X7), dan frekuensi keberhasilan klaim (X8), sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu keikutsertaan Program AUTP. Berikut hasil analisis regresi linier berganda yang diperoleh untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan Program AUTP.

66 33 Tabel 26. Hasil regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan

Program AUTP

Variabel Koefisien t Signifikan VIF

Konstanta (C) 22,313 1,299 0,204

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa model fungsi keikutsertaan Program AUTP secara matematis sebagai berikut:

Y= 22,313 - 0,475 X1 - 0,286 X2 + 0,568 X3 + 0,116 X4 + 3,187 X5 + 1,530 X6

+ 2,297 X7 + 2,647 X8 + e

Berdasarkan persamaan tersebut dapat diartikan bahwa:

1. Jika terjadi peningkatan ketidakrumitan Program AUTP sebesar satu persen, maka keikutsertaan Program AUTP akan cenderung mengalami peningkatan sebesar 3,187 persen.

2. Jika terjadi peningkatan pengaruh lingkungan sosial petani sebesar satu persen, maka keikutsertaan Program AUTP akan cenderung mengalami peningkatan sebesar 1,530 persen.

3. Jika terjadi peningkatan peran penyuluh sebagai fasilitator sebesar satu persen, maka keikutsertaan Program AUTP akan cenderung mengalami peningkatan sebesar 2,297 persen.

Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 3,934 dengan nilai signifikan sebesar 0,003, sedangkan nilai Ftabel pada penelitian ini sebesar 2,250, sehingga didapatkan nilai Fhitung > Ftabel (3,934 >

67 33 2,250). Menurut Ghazali (2011), jika nilai sig. < 0,05, maka variabel

independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y), sedangkan jika nilai Fhitung>Ftabel, maka variabel independen (X) secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen (Y). Berdasarkan pernyataan tersebut maka diketahui bahwa variabel umur (X1), tingkat pendidikan formal (X2), lama berusahatani (X3), luas lahan (X4), tingkat kerumitan Program AUTP (X5), pengaruh lingkungan sosial petani (X6), peran penyuluh sebagai fasilitator (X7), dan frekuensi keberhasilan klaim (X8) secara simultan berpengaruh terhadap keikutsertaan Program AUTP di Pekon Tulung Agung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

Nilai R Square pada penelitian ini sebesar 0,512. Hal ini berarti besarnya pengaruh variabel X yang meliputi umur (X1), tingkat pendidikan formal (X2), lama berusahatani (X3), luas lahan (X4), tingkat kerumitan Program AUTP (X5), pengaruh lingkungan sosial petani (X6), peran penyuluh sebagai

fasilitator (X7), dan frekuensi keberhasilan klaim (X8) terhadap keikutsertaan Program AUTP sebesar 51,2 persen, sedangkan sisanya 48,8 persen

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dari persamaan regresi hasil penelitian ini, dapat dimaknai bahwa apabila nilai X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, dan X8 nilainya 0 didapatkan nilai Y sebesar 22,313. Hal ini

menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata persentase musim tanam yang diikutsertakan dalam Program AUTP dan rata-rata persentase luas lahan yang diasuransikan sebesar 22,313 persen.

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan dengan melihat perbandingan nilai thitung dan ttabel. Nilai ttabel pada penelitian ini adala sebesar 2,039. Jika thitung > ttabel maka H1 diterima. Perbandingan nilai uji t dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 27.

68 33 Tabel 27. Hasil uji t, pengaruh variabel X terhadap variabel Y

Variabel thitung

Umur (X1) -1,352

Tingkat pendidikan (X2) -0,681

Lama berusahatani (X3) 1,652

Luas lahan (X4) 1,965

Tingkat kerumitan Program AUTP (X5) 2,816

Pengaruh lingkungan sosial petani (X6) 2,225 Peran penyuluh sebagai fasilitator (X7) 2,127

Frekuensi keberhasilan klaim (X8) 1,244

Berdasarkan Tabel 27 diketahui bahwa nilai thitung yang lebih kecil dari ttabel

adalah variabel umur (X1), tingkat pendidikan (X2), lama berusahatani (X3), luas lahan (X4), dan frekuensi keberhasilan klaim (X8). Hal ini menunjukkan bahwa H1 ditolak, artinya umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, dan frekuensi keberhasilan klaim secara sendiri-sendiri tidak

berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Nilai thitung

yang lebih besar dari ttabel yaitu tingkat kerumitan Program AUTP (X5),

pengaruh lingkungan sosial petani (X6), dan peran penyuluh sebagai fasilitator (X7). Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima, artinya tingkat kerumitan Program AUTP, pengaruh lingkungan sosial petani, dan peran penyuluh sebagai fasilitator secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap

keikutsertaan Program AUTP di Pekon Tulung Agung Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu.

1. Umur petani

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar -1,352 lebih kecil dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 ditolak. Umur petani tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa umur petani baik yang belum produktif, produktif, maupun tidak produktif tidak akan mempengaruhi keikutsertaan Program AUTP.

Umur petani berkaitan dengan kondisi fisik petani dalam mengambil keputusan untuk mengikuti suatu program. Umur petani di Pekon Tulung Agung termasuk dalam kategori produktif, namun umur tidak

69 33 mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP karena petani

mengikuti Program AUTP untuk melindungi usaha tani padinya jika terjadi gagal panen. Program AUTP adalah suatu program yang akan memberikan keuntungan kepada petani jika petani mengalami gagal panen akibat kekeringan, kebanjiran, atau serangan HPT/OPT. Petani akan dibantu oleh pengurus kelompok tani, gabungan kelompok tani, dan

penyuluh dalam mengikuti Program AUTP baik selama proses pendaftaran maupun proses pengajuan klaim.

Berdasarkan hasil penelitian Bachri, Lubis, dan Harahap (2019), umur berpengaruh terhadap keikutsertaan karena semakin tinggi umur maka akan semakin cepat mengkeikutsertaan suatu program, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan Program AUTP, rata-rata petani dalam setiap tahunnya (musim tanam satu dan musim tanam dua) mengikuti Program AUTP dan ada sebagian petani mendaftarkan seluruh lahannya dalam Program

AUTP. Keiikutsertaan petani pada Program AUTP karena petani memiliki kekhawatiran terhadap usahataninya. Hal ini menunjukkan bahwa baik umur petani yang belum produktif, produktif, maupun tidak produktif masih bisa mengikuti Program AUTP, sehingga tidak menentukan keikutsertaan Program AUTP. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Burano dan Fadillah (2020) yang menyebutkan bahwa umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keikutsertaan petani.

2. Tingkat pendidikan petani

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar -0,681 lebih kecil dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 ditolak. Tingkat

pendidikan petani tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Rata-rata tingkat pendidikan petani di Pekon Tulung Agung ditempuh selama 12 tahun atau SMA. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah, sedang, maupun tinggi tidak

mempengaruhi keikutsertaan Program AUTP.

70 33 Tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan pola pikir dan

kemampuan petani dalam berusahatani dan mengambil keputusan untuk mengkeikutsertaan suatu program, sehingga petani dapat mengambil keputusan dengan cepat dan tepat. Selain itu, pendidikan yang tinggi juga menyebabkan petani terbuka terhadap suatu program, sehingga lebih mudah untuk mengikuti suatu program, namun petani yang tingkat pendidikannya rendah juga bisa mengikuti program karena terdapat faktor-faktor yang mendukung, seperti dukungan dan motivasi dari pengurus kelompok tani dan penyuluh. Pada penelitian ini, petani mendapatkan dukungan dari keluarga, kelompok tani, dan penyuluh sehingga petani yang memiliki pendidikan rendah pun tetap dapat mengikuti Program AUTP.

Berdasarkan hasil penelitian Bachri, Lubis, dan Harahap (2019), tingkat pendidikan berpengaruh terhadap keikutsertaan karena semakin tinggi pendidikan petani maka akan semakin cepat mengikuti suatu program, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan Program AUTP karena petani yang memiliki pendidikan rendah tetap mengikuti Program AUTP setiap tahunnya (musim tanam satu sampai musim tanam dua) dan mereka mendaftarkan sebagian lahannya dalam Program AUTP. Hal ini

menunjukkan bahwa baik pendidikan petani yang rendah, sedang, maupun tinggi tetap bisa mengikuti Program AUTP. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Burano dan Fadillah (2020) yang menyebutkan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap keikutsertaan petani, artinya tinggi dan rendahnya pendidikan petani tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan petani.

3. Lama berusahatani petani

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 1,652 lebih kecil dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 ditolak. Lama

berusahatani tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa lamanya petani dalam

71 33 berusahatani baik baru, sedang maupun lama tidak mempengaruhi petani

dalam mengikuti Program AUTP.

Lama berusahatani yang dilakukan petani berkaitan dengan pengalaman usahatani yang dimiliki petani. Petani di Pekon Tulung Agung termasuk dalam kategori sedang dalam melakukan kegiatan usaha tani dengan rata-rata selama 23 tahun. Semakin lama petani berusahatani, maka semakin bertambah pengalaman usahatani yang diperoleh petani, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan bahwa pengalaman usahatani akan menentukan keikutsertaan Program AUTP. Pengetahuan dan keterampilan yang baik akan menyebabkan petani lebih mudah untuk mengikuti suatu program. Dalam mengikuti Program AUTP, lama berusahatani tidak mempengaruhi petani untuk mengiktui program tersebut, baik petani yang baru, sedang, maupun lama dalam berusahatani tetap bisa mengikuti Program AUTP karena petani mendapat dukungan dan motivasi dari keluarga, kelompok dan petani.

Berdasarkan hasil penelitian Bachri, Lubis, dan Harahap (2019), lama berusahatani petani berpengaruh terhadap keikutsertaan petani karena semakin banyak pengalaman petani maka semakin cepat petani mengikuti suatu program, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama berusahatani tidak mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP karena petani yang memiliki pengalaman berusahatani yang tergolong baru mengikuti Program AUTP setiap tahunnya (musim tanam satu dan musim tanam dua) dan sebagian atau bahkan sebagian lahan yang mereka miliki didaftarkan dalam Program AUTP. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Burano dan Fadillah (2020) yang menyebutkan bahwa lama berusahatani tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keikutsertaan petani, artinya lama tidaknya pengalaman berusahatani padi petani tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan petani.

72 33 4. Luas lahan petani

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 1,965 lebih kecil dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 ditolak. Luas lahan petani tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP.

Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang dimiliki petani baik sempit, menengah, maupun luas tidak akan mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP.

Luas lahan pada penelitian ini adalah adalah luas areal sawah garapan yang dimiliki oleh petani untuk melakukan kegiatan berusahatani. Luas lahan tidak mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP. Luas lahan yang dimiliki petani di Pekon Tulung Agung termasuk dalam

kategori sempit dengan rata-rata luas lahan sebesar 1,3 hektar. Petani yang memiliki luas lahan garapan sempit, menengah, maupun luas tetap bisa mengikuti Program AUTP karena Program AUTP akan memberikan jaminan jika petani mengalami gagal panen akibat kebanjiran, kekeringan, serangan HPT/OPT. Keuntungan yang diberikan dari Program AUTP menyebabkan petani mengikuti program tersebut. Luas lahan maksimal yang didaftarkan dalam Program AUTP adalah sebesar 2 hektar. Petani di Tulung Agung memiliki luas lahan paling kecil sebesar 0,5 hektar dan paling besar sebesar 2 hektar, sehingga petani tetap bisa mendaftarkan sebagian atau bahkan seluruh lahannya dalam Program AUTP.

Berdasarkan hasil penelitian Bachri, Lubis, dan Harahap (2019), luas lahan berpengaruh terhadap keikutsertaan petani karena semakin luas laha yang dimiliki petani maka semakin cepat petani mengkeikutsertaan suatu program, namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan petani tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan Program AUTP karena petani yang memiliki lahan sempit mengikuti Program AUTP setiap tahunnya (musim tanam satu dan musim tanam dua) dan sebagian atau bahkan seluruh lahan yang mereka miliki didaftarkan dalam Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan tidak mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

73 33 penelitian Setiawati (2016) yang menyebutkan bahwa luas lahan tidak

berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan petani, artinya luas dan sempitnya lahan tidak berpengaruh terhadap keikutsertaan petani.

5. Tingkat kerumitan program AUTP

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 2,816 lebih besar dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 diterima. Tingkat kerumitan Program AUTP berpengaruh secara nyata terhadap

keikutsertaan Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa Program AUTP semakin rumit Program AUTP, maka semakin rendah keikutsertaan terhadap Program AUTP.

Pada penelitian ini, petani mengalami sedikit kerumitan saat melakukan pendaftaran Program AUTP karena pendaftaran dilakukan secara online melalui aplikasi dan banyak petani yang tidak memiliki HP android maupun tidak mengerti teknologi informasi. Pada saat proses pengajuan klaim petani mengalami kerumitan karena harus menyerahkan bukti-bukti yang valid berupa foto-foto lahan yang terkena dampak kerusakan dari berbagai sisi. Namun, pengurus kelompok tani dan penyuluh membantu petani secara langsung selama proses pendaftaran dan pengajuan klaim untuk mengurangi kerumitan tersebut. Dengan demikian, petani dapat terus mengikuti Program AUTP karena walaupun rumit petani tetap dibantu oleh pengurus kelompok tani dan penyuluh.

6. Pengaruh lingkungan sosial petani

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 2,225 lebih besar dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 diterima. Pengaruh lingkungan sosial petani berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin meningkatkan keikutsertaan Program AUTP, maka pengaruh lingkungan sosial petani harus ditingkatkan.

Pengaruh lingkungan sosial petani merupakan dukungan-dukungan yang didapatkan petani dari keluarga, kelompok tani, dan penyuluh. Selama

74 33 mengikuti Program AUTP, petani mendapatkan dukungan dari keluarga,

kelompok tani, dan penyuluh. Dukungan yang diberikan oleh keluarga biasanya dukungan moril, namun pada penelitian ini keluarga kurang mendukung petani untuk mengikuti Program AUTP karena keluarga kurang terbuka terhadap suatu program. Walaupun petani kurang

mendapat dukungan dari keluarga, petani masih mendapat dukungan dari kelompok petani dan penyuluh. Kelompok tani dan penyuluh mendukung petani untuk mengikuti program AUTP dan memberikan motivasi agar tetap terus mengikuti Program AUTP. Dukungan tersebut akan membuat petani semakin termotivasi untuk mengkeikutsertaan Program AUTP.

7. Peran penyuluh sebagai fasilitator

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 2,127 lebih besar dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 diterima. Peran penyuluh sebagai fasilitator berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan

Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa jika ingin meningkatkan keikutsertaan Program AUTP, maka peran penyuluh sebagai fasilitator harus ditingkatkan.

Penyuluh merupakan salah satu stake holder yang dapat mempengaruhi petani dalam mengambil keputusan untuk mengikuti suatu program.

Dalam Program AUTP, penyuluh di Pekon Tulung Agung memfasilitasi petani pada saat proses pendaftaran dan pengajuan klaim karena banyak petani yang masih kesulitan jika tidak dibantu oleh penyuluh. Pada saat proses pendaftaran, penyuluh memberikan fasilitas yaitu meminjamkan HP atau laptop dan membantu petani untuk mengisi formulir. Pada saat pengajuan klaim, penyuluh memfasilitasi petani dengan melihat langsung lahan yang terkena dampak kerusakan dan membantu mengambilkan gambar lahan yang terkena kerusakan. Hal ini menunjukkan bahwa, peran penyuluh sebagai fasilitator mempengaruhi petani dalam mengikuti

Program AUTP.

75 33 8. Frekuensi keberhasilan klaim

Berdasarkan hasil penelitian secara parsial nilai thitung sebesar 1,244 lebih kecil dari nilai ttabel 2,039, artinya pengujian H1 ditolak. Frekuensi

keberhasilan klaim tidak berpengaruh secara nyata terhadap keikutsertaan Program AUTP. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan klaim petani dalam pengajuan klaim tidak akan mempengaruhi petani dalam mengikuti Program AUTP.

Keberhasilan klaim pada Program AUTP dilihat dari banyaknya klaim yang berhasil didapatkan oleh petani. Petani yang mengajukan klaim belum tentu di acc/ diterima oleh pihak yang bersangkutan karena terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Jika petani tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka petani tidak akan mendapatkan uang ganti rugi.

Salah satu syarat untuk bisa mengajukan klaim adalah jika lahan

mengalami kerusakan sebesar 75%. Oleh karena itu, sebelum mengajukan klaim, jika ada lahan petani yang terkena dampak kerusakan, petani harus melaporkan kepada kepada pengurus kelompok tani dan penyuluh agar lahan tersebut dicek terlebih dahulu apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Terkadang banyak petani yang mengira kalau lahan kerusakan sudah mencapai 75%, namun setelah di cek kerusakan lahan tidak mencapai 75% sehingga petani tidak dapat mengajukan klaim.

Proses pengajuan klaim membutuhkan waktu yang cukup lama dan bukti yang dikumpulkan cukup banyak. Banyak petani yang tidak mengurus proses pengajuan klaim karena lahan tidak mengalami kerusakan, malas mengumpulkan bukti-bukti, ataupun tidak sabar karena prosesnya cukup lama, namun ada juga petani yang mengurus tetap pengajuan klaim walaupun ujung-ujungnya tidak diacc/diterima oleh pihak yang

bersangkitan. Walaupun demikian, petani tetap terus mengikuti Program AUTP dengan alasan untuk berjaga-jaga jika nantinya terjadi gagal panen dan ingin terus berpartisipasi dalam program AUTP. Hal ini menjukkan bahwa, frekuensi keberhasilan klaim tidak mempengaruhi petani dalam mengkeikutsertaan Program AUTP karena walaupun banyak petani yang

76 33 tidak mendapatkan uang ganti rugi, mereka tetap mengikuti Program

AUTP.

Dokumen terkait