• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Hasil Analisis

4.3.2. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat

Dalam melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat penggunaan sumber pembiayaan usaha tani untuk menggunakan sumber pembiayaan formal dilakukan dengan analisa regresi logit mengenai hubungan faktor faktor yang mempengaruhi minat responden untuk menggunakan sumber pembiayaan formal melalui faktor-faktor internal dan eksternal yang ada pada responden. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah faktor usia responden, faktor tingkat pendidikan responden, faktor tingkat pendapatan, faktor luas lahan, faktor produktivitas, faktor jumlah anggota keluarga, faktor pengalaman bertani, faktor jumlah tenaga kerja, faktor jumlah pinjaman, faktor jangka waktu

pinjaman, faktor tingkat bunga, faktor mekanisme/prosedur, faktor jaminan/agunan, faktor lokasi.

Masing masing responden dianalisis melalui analisis regresi logit. Melalui analisis logit ini akan diukur factor-faktor yang telah diuraikan tersebut yang merupakan variabel independen terhadap minat untuk menggunakan sumber pembiayaan usaha tani sebagai variabel dependen

Analisis regresi logit dapat melihat apakah variabel variabel independen signifikan berpengaruh terhadap minat menggunakan sumber pembiayaan formal. keseluruhan hasil analisis regresi logit yang diolah melalui SPSS. Melalui regresi logit dapat dilihat signifikasi baik secara serempak dan parsial, kemudian dapat dilihat nilai B (Slope) dalam membentuk persamaan regresi dan nilai odd ratio yang terjadi yang menerangkan peluang minat penggunaan sumber pembiayaan formal. Dari Output regresi logistik diketahui nilai signifikasi telah menunjukkan model sudah signifikan secara statistik, ditunjukkan dengan nilai signifikasi α < 0,05. Nilai Variables in the equation menunjukkan tingkat signifikasi sebesar 0,04 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.

Hasil pengujian statistik melalui hosmer and lemeshow test juga menunjukkan probabilitas signifikansi menunjukkan angka 0,209. Nilai yang diperoleh lebih besar dari 0,05 Hal ini berarti model regresi layak digunakan dalam analisis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel hosmer and lemeshow test pada lampiran 2.

Untuk hasil test uji serempak dapat dilihat melalui tingkat signifikasi output regresi pada tabel omnibus test of model coefficient yang menunjukkan bahwa angka signifikasi α < 0,05 yang berarti menunjukkan bahwa variabel bebas secara serempak mempengaruhi variabel terikat, dengan demikian Ho ditolak H1 diterima, ada pengaruh nyata faktor faktor (usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, produktivitas, status lahan,pengalaman tani, jumlah tenaga kerja, jumlah pinjaman, jangka waktu, tingkat bunga, mekanisme/prosedur, lokasi, jaminan/agunan) secara serempak terhadap minat penggunaan sumber pembiayaan formal. Untk lebih jelasnya angka signifikasi dapat dilihat pada Tabel-10.

Tabel 10. Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig. Step 1 Step 38,214 14 ,000 Block 38,214 14 ,000 Model 38,214 14 ,000

Dilihat dari Uji Wald, variabel-variabel yang merupakan variabel yang berpengaruh adalah variabel Usia, variabel jumlah tenaga kerja, jaminan/agunan, jumlah pinjaman, variabel mekanisme/prosedur, variabel tingkat bunga, variabel

lokasi dengan hasil α hitung > α tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05)

dengan n (Jumlah responden) 100 orang dan df =1 didapat hasil sebesar 1,752. Nilai Wald Test untuk variabel usia sebesar 7,200 > 1,752, variabel jumlah pekerja 5,749 >1,752, variabel tingkat bunga 4,216 > 1,752, lokasi 4,545 > 1,752, prosedur 5,094 > 1,752 , dan jaminan 7,313 > 1,752. Sementara variabel tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, luas lahan, produktivitas, jumlah anggota keluarga, pengalaman tani, dan jangka waktu mempunyai nilai yang kurang dari 1,752 yang berarti merupakan variabel variabel yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Output Uji Parsial seperti dibawah ini.

Tabel 11. Output Uji parsial Variables in the Equation

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) USIA -,113 ,042 7,200 1 ,007 ,893 TINGKAT PENDIDIKAN ,352 ,266 1,651 1 ,186 ,703 TINGKAT PENDAPATAN ,026 ,035 ,584 1 ,445 1,027 LUAS LAHAN -,276 1,976 ,020 1 ,889 ,759 PRODUKTIVITAS ,136 ,276 ,244 1 ,621 1,146 STATUS LAHAN -,558 ,611 ,835 1 ,361 ,572 PENGALAMAN TANI -,003 ,036 ,006 1 ,936 ,997 JUMLAH PEKERJA ,219 ,091 5,749 1 ,016 1,245 JUMLAH PINJAMAN 2,015 ,795 6,426 1 ,011 7,504 JANGKA WAKTU -,379 ,667 ,323 1 ,570 ,685 TINGKAT BUNGA 1,339 ,652 4,216 1 ,040 3,814 PROSEDUR 1,541 ,683 5,094 1 ,024 4,669 LOKASI 1,923 ,902 4,545 1 ,033 6,839 JAMINAN/AGUNAN 2,158 ,798 7,313 1 ,007 8,655 Constant 1,081 1,812 ,356 1 ,551 2,947

Nilai α Tabel pada

N=100, Df 1 = 1,752

Hasil uji secara parsial terhadap keinginan menggunakan sumber pembiayaan formal juga dapat dilihat dengan masing masing taraf signifikasi variabel independen yakni Usia Sebesar 0,07, Tingkat pendidikan sebesar 0,1,86 tingkat pendapatan sebesar 0,445, variabel luas lahan sebesar 0,889, variabel produktivitas sebesar 0,621, variabel status lahan sebesar 0,361, variabel pengalaman bertani sebesar 0,936, variabel jumlah pekerja sebesar 0,016, variabel jumlah pinjaman bank sebesar 0,011, jangka waktu angsuran sebesar 0,570, variabel tingkat bunga sebesar 0,040, variabel mekanisme prosedur sebesar 0,024,

variabel lokasi bank sebesar 0,033, dan variabel Jaminan/Agunan sebesar 0,07. Output regresi logit nilai tingkat signifikasi dapat juga dilihat pada lampiran.

Dari nilai nilai di atas yang didapat menunjukkan taraf signifikasi (p<0,05). Adalah variabel Usia, variabel jumlah tenaga kerja, jaminan/agunan, jumlah pinjaman, variabel mekanisme/prosedur, variabel tingkat bunga, variabel lokasi. Semua variabel yang menunjukkan taraf signifikasi (p<0,05) merupakan variabel yang memberikan pengaruh secara signifikan terhadap penggunaan sumber pembiayaan formal. Sementara itu nilai nilai variabel yang menunjukkan taraf signifikasi (p>0,05) adalah, variabel tingkat pendidikan, variabel luas lahan, variabel jumlah anggota keluarga, variabel pengalaman, variabel jangka waktu angsuran. Variabel variabel yang menunjukkan taraf signifikasi (p>0,05) merupakan variabel yang tidak memberikan pengaruh secara signifikan terhadap keinginan menggunakan sumber pembiayaan formal.

Dari hasil ini dapat diketahui bahwa variabel variabel yang memberikan pengaruh signifikan terhadap keinginan menggunakan sumber pembiayaan di dominasi oleh variabel variabel faktor eksternal. Dari enam faktor eksternal yang ada, hanya variabel jangka waktu angsuran yang tidak berpengaruh secara signifikan, sementara jaminan/agunan, jumlah pinjaman, mekanisme/prosedur, tingkat bunga, lokasi menjadi variabel variabel yang berpengaruh. Untuk variabel yang berasal dari faktor internal, hanya ada dua variabel yang berpengaruh signifikan yakni tingkat usia dan jumlah pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh minat penggunaan sumber pembiayaan formal datangnya lebih banyak dari faktor eksternal, yang dalam hal ini segala sesuatu yang berhubungan dengan

bank sebagai pelaku sumber pembiayaan formal, diluar dari faktor faktor yang melekat pada diri internal petani.

Faktor yang paling berpengaruh diantara faktor lainnya adalah faktor jaminan/agunan dengan nilai tingkat signifikasi sebesar 0,007, hal ini menunjukkan bahwa petani di lokasi penelitian sangat mempertimbangkan faktor jaminan/agunan dalam melakukan pinjaman sumber pembiayaan usaha tani.

Salah satu jaminan/agunan utama yang menjadi syarat pada pinjaman sumber pembiayaan formal adalah tanah/sawah garapan. Kegiatan pertanian merupakan bentuk aktivitas masyarakat yang paling erat kaitannya dengan tanah. Persoalan yang muncul adalah para petani memiliki hambatan dalam memanfaatkan aset yang ada. Karena tanah, dan tempat kegiatan usaha yang dimiliki tak dilengkapi dokumen resmi, maka aset-aset ini tidak dapat dijadikan agunan untuk mendapatkan kredit, sehingga disebut sebagai modal mati, atau oleh Winoto (2006) disebut sebagai modal tidur. Sebagian besar lahan petani belum bersertifikat dan banyak ditemukan petani tidak memiliki lahan hanya berstatus penggarap. Karena alasan itu, mereka kurang akses terhadap lembaga permodalan formal yang umumnya menetapkan agunan berupa sertifikat tanah. Sedangkan agunan berupa surat kepemilikan lahan atau surat kekayaan lainnya masih dapat diterima petani.

Tanah selain sebagai faktor komoditas juga dapat dimanfaatkan untuk dijadikan modal, dengan syarat tanah tersebut memiliki suatu hak dengan dibuktikan oleh tanda bukti hak yang resmi yang dapat diagunkan sebagai jaminan kredit untuk pengembangan usaha tani. Salah satu yang dilakukan oleh

pemerintah dalam rangka peningkatan akses permodalan ke perbankan adalah Program Sertifikasi Tanah. Hak kepemilikan tanah yang dinyatakan dalam Sertifikat adalah produk kegiatan pendaftaran tanah atau land register yaitu kegiatan pemberian jaminan kepastian kepemilikan atas tanah. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah sebagai sarana perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah suatu bidang tanah sebagaimana diatur didalam Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 (selanjutnya disingkat UUPA), yang disebut juga sebagai kegiatan penetapan aspek legalitas kepemilikan tanah. De Soto (

2006) menekankan pentingnya pencatatan atau sertifikasi tanah, dengan asumsi bahwa setelah tanah tersebut terdata secara resmi dan sah, pemilik bisa menjadikannya modal hidup, misalnya untuk agunan kredit bank. Karena untuk dapat meningkatkan pendapatan petani, maka tanah harus diolah dengan pemanfaatan tanah itu sendiri.

Untuk mengatasi petani yang belum mempunyai sertifikat, kredit-kredit program baru seperti KKP telah memperlonggar persyaratan agunan dengan cara cukup diwakili oleh sertifikat pengurus kelompok tani, petani anggota cukup menyerahkan photo copy KTP dan kepastian menggarap lahan, tetapi informasi ini banyak belum diketahui petani, untuk itu perlu digiatkan sosialisasi kepada petani

Faktor yang berpengaruh selanjutnya adalah mekanisme /prosedur peminjaman dengan nilai signifikasi sebesar 0,024. Aturan main pada skim pembiayaan bagi usaha pertanian bersifat kaku yang mengakibatkan petani tidak mudah mengakses sumber-sumber pembiayaan yang ada saat ini. Kebijakan pembiayaan yang diharapkan untuk mendukung pengembangan usaha pertanian

dirasakan sangat lemah dan cenderung mengabaikan sektor ini. Dalam melakukan pinjaman, petani menginginkan persyaratan administrasi semudah mungkin. Mereka umumnya enggan berurusan dengan lembaga perkreditan formal dikarenakan banyak persyaratan administrasi yang belum atau kurang dimengerti seperti pengisian form aplikasi, pembukaan rekening/tabungan, persetujuan suami istri, surat bukti agunan, dan lainnya. Sebaliknya lembaga non formal mempunyai persyaratan administrasi yang sangat sederhana (cukup kuitansi pinjaman). Persyaratan ketat juga prosedur administrasi dinilai rumit dan memerlukan waktu lebih lama. Akibatnya, saat petani membutuhkan dana yang bersifat segera (misalnya untuk membeli pupuk, obat-obatan), dana tersebut belum tersedia.

Di lapangan juga dijumpai bahwa mekanisme pinjaman sumber pembiayaan formal hanya dapat di salurkan melalui kelompok tani. Persyaratan ini berlainan dengan ketentuan yang tercatat pada petunjuk tekhnis pembiayaan formal yang dikeluarkan bank indonesia yang menyatakan bahwa pembiayaan formal tidak hanya dapat dilakukan pada kelompok tani melainkan dapat juga disalurkan secara perorangan. Penyaluran kredit melalui kelompok seperti ini dinilai susah dilakukan, sebab tanggung jawab terhadap pinjaman yang dilakukan dirasakan tertumpu pada beban tanggung jawab pengurus inti, seperti ketua kelompok, sekretaris, atau bendahara kelompok, sementara uang pinjaman disalurkan kepada tiap anggota yang tidak terlalu di bebani tanggung jawab.

Selain itu dalam mekanisme/ prosedur pinjaman pada tataran bank pelaksana juga mensyaratkan adanya kewajiban petani untuk memiliki surat izin usaha, walaupun pada petunjuk tekhnis pembiayaan yang dikeluarkan bank indonesia syarat ini tidak ditemukan. Dengan adanya persyaratan ini membuat

petani menjadi kesulitan sebab tidak banyak yang memiliki izin usaha, akibatnya para petani enggan melakukan pinjaman pada sumber pembiayaan formal.

Dilapangan juga ditemukan kenyataan bahwa setelah petani melakukan pinjaman, penyaluran pinjaman kepada petani dirasa terlalu lama. Petani harus menunggu waktu sampai dengan 3 bulan untuk mendapatkan dana pinjaman sejak di setujuinya pinjaman oleh bank pelaksana. Mekanisme seperti ini tentu saja membuat kesulitan bagi petani yang membutuhkan waktu cepat, dan tepat pada setiap alur periode perlakuan proses usaha tani untuk membeli kebutuhan sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida dan lain sebagainya yang harus tepat waktu setiap periode kegiatan. Sulitnya mekanisme/prosedur persyaratan yang dilakukan juga berdampak pada tingginya biaya untuk mengurus seluruh administrasi persyaratan yang dilakukan sehingga petani merasa terbebani untuk melakukan usahatani.

Selain Agunan/Jaminan dan Mekanisme prosedur, faktor selanjutnya yang mempengaruhi petani adalah jumlah pinjaman. Semakin tingginya harga harga input proses usaha tani serta resiko ketidak pastian cuaca, gangguan hama dan penyakit, serta ancaman gagal panen mengakibatkan semakin besar modal pinjaman yang dibutuhkan petani. Jumlah pinjaman yang dapat di salurkan oleh lembaga sumber pembiayaan formal harus dapat memnuhi kebutuhan petani sehingga mempengaruhi petani dalam melakukan pinjaman kepada sumber pembiayaan formal. Jumlah Plafon kredit yang disediakan pada kredit ketahanan pangan dan energi sampai batas maksimal 500 juta bagi kelompok tani dapat mendorong petani untuk menggunakan sumber kredit ini bagi usaha tani dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengembangkan usaha taninya.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi petani adalah lokasi sumber pembiayaan. Jarak antara tempat usaha tani dengan sumber pembiayaan memberikan pengaruh bagi minat petani dalam menggunakan sumber pembiayaan. Di lapangan ditemui kenyataan bahwa Lokasi sumber pembiayaan formal jauh dari jangkauan petani. Keunggulan lokasi diharapkan mampu meningkatkan akses untuk menggunakan sumber pembiayaan formal. Semakin jauh jarak antara petani dengan sumber pinjaman maka semakin besar biaya yang dikeluarkan. Penelitian yang dilakukan ini juga sama dengan kesimpulan penelitian (Atieno, 2007) yang menyatakan bahwa jarak ke sumber kredit merupakan variabel yang signifikan dalam menjelaskan partisipasi petani menggunakan sumber pembiayaan formal.

Selanjutnya yang memberikan pengaruh adalah tingkat bunga. Rendahnya tingkat bunga pinjaman sumber pembiayaan formal melalui program kredit ketahanan pangan sebesar 7 % pertahun banyak yang tidak diketahui petani. Nilai tingkat bunga yang ditentukan oleh program kredit ketahanan pengan ini lebih rendah dibandingkan dengan sektor non formal, sebab tingkat bunga di subsidi oleh pemerintah. Informasi mengenai tingkat bunga yang rendah ini perlu diketahui petani agar mendorong petani menggunakan sumber pembiayaan formal.

Variabel variabel yang mempengaruhi petani dalam menggunakan sumber pembiayaan formal juga datang dari faktor internal yakni Usia dan jumlah pekerja dengan tingkat signifikasi masing masing sebesar 0,007 dan 0,016. Menurut yehuala (2008) petani yang memiliki usia lebih tua karena pengalaman hidup akan memiliki hubungan lebih baik dengan lembaga lembaga kredit formal. Oleh sebab

itu petani yang berusia lebih tua akan lebih mungkin memiliki akses lebih besar untuk menggunakan kredit dari sumber sumber formal. Sebaliknya hasil penelitian mohammed (2003) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara akses kredit dan usia. Hubungan tersebut menggambarkan bahwa orang tua selalu menolak/ menghindari resiko dan tidak ingin memiliki hutang. Selain itu orang tua merasa sulit untuk memahami operasi dan kondisi lembaga keuangan formal. Hasil penelitian rosmiati (2012) menunjukkan koefisien pengaruh usia bernilai negatif. Artinya semakin tua usia semakin sulit melakukan pinjaman kredit formal.

Hasil penelitian pada tesis ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh mohammed (2003) dan rosmiati (2012) dengan nilai koefisen pengaruh bernilai negatif. Usia dapat mempengaruhi kemampuan fisik, pengambilan minat dan kinerja dalam menjalankan usahatani. Usia petani yang lebih muda akan mempunyai kemampuan fisik dan dinamis serta terbuka pada hal hal baru termasuk cara peminjaman melalui sumber pembiayaan formal modern seperti lembaga keuangan bank. (Kertasaputra, 1994) menyatakan bahwa petani dengan usia lanjut sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit diberi pengertian yang dapat merubah cara pikir, cara kerja, dan cara hidupnya.

Faktor intrernal terakhir yang memberikan pengaruh pada petani dalam menggunakan sumber pembiayaan formal adalah jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja ini mengindikasikan ukuran skala biaya usaha tani. Dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja, akan dapat meningkatkan pembiayaan usaha tani sehingga dimungkinkannya peminjaman dana dari luar. Semakin banyak

tenaga kerja yang ada pada usaha tani semakin membuka peluang untuk petani melakukan pinjaman

Dari hasil tabel 11 dapat diketahui pula nilai odd ratio (exp(B)) yang menggambarkan kecenderungan tingkat keberhasilan pada tiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk variabel usia nilai odd ratio sebesar 0,893 dengan koefisien regresi negatif, maka jika petani memiliki usia lebih muda mempunyai peluang sebesar 0,893 kali untuk menggunakan sumber pembiayaan formal dibanding dengan petani dengan nilai usia yang lebih lanjut.

Variabel selanjutnya yang memberikan pengaruh adalah jumlah pekerja dengan nilai odd ratio 1,245 yang menunjukkan bahwa setiap petani yang mempunyai memiliki tenaga kerja lebih banyak cenderung lebih mempunyai minat menggunakan sumber pembiayaan formal dengan peluang 1,245 kali dibanding petani yang memiliki tenaga kerja lebih sedikit.

Variabel Jumlah pinjaman mempunyai nilai odd ratio sebsar 7,504 yang menunjukan bahwa setiap petani yang menganggap bahwa jumlah pinjaman di lembaga pembiayaan formal lebih besar mempunyai peluang untuk menggunakan sumber pembiayaan formal 7,504 kali dibanding petani yang mempunyai anggapan bahwa jumlah pinjaman di lembaga pembiayaan formal kecil.

Nilai odd ratio pada tingkat bunga menunjukkan nilai sebesar 3,814 yang menunjukkan bahwa setiap petani yang memiliki anggapan bahwa tingkat bunga pada lembaga pembiayaan formal rendah maka memiliki peluang untuk menggunakan sumber pembiayaan formal sebesar 3,814 kali dibanding petani yang menganggap bahwa tingkat bunga bank itu besar.

Variabel mekanisme/ prosedur menunjukkan nilai odd ratio sebesar 4,669 yang berarti bahwa jika prosedur di lembaga pembiayaan formal itu mudah dilakukan dalam menyalurkan sumber pinjaman, membuat minat petani menggunakan sumber pembiayaan formal naik sebesar 4,669 kali dibanding anggapan sulitnya mekanisme prosedur yang terjadi.

Nilai odd ratio pada variabel lokasi menunjukkan nilai sebesar 6,389 yang berarti bahwa faktor jarak lokasi jika dianggap dekat dengan petani menjadikan minat petani untuk menggunakan sumber pembiayaan formal dengan peluang 6,389 kali dibanding anggapan jarak lokasi sumber pembiayaan yang jauh dari petani.

Variabel jaminan/agunan menunjukkan nilai sebesar 2,947 menggambarkan bahwa naiknya pendapat petani yang menganggap semakin mudah jaminan/agunan untuk menggunakan sumber pembiayaan formal memiliki peluang sebesar 2,947 dibanding sulitnya jaminan yang bisa dijadikan petani dalam menggunakan sumber pembiayaan.

Berdasarkan Tabel 13 diatas juga dapat dilihat persamaan regresi dengan nilai konstanta sebesar 1,081 nilai variabel usia sebesar -0,113, tingkat pendidikan sebesar - 0,352, tingkat pendapatan sebesar 0,260, luasan lahan sebesar - 0,276, produktivitas sebesar 0,136 ,status lahan sebesar- 0,588, pengalaman tani -0,03 , jumlah tenaga kerja sebesar 0,029, jumlah pinjaman bank sebesar 2,015, jangka waktu angsuran sebesar -0,379, tingkat bunga 1,399, prosedur bank sebesar 1,541, lokasi bank sebesar 1,923, dan jaminan/agunan sebesar 2,158. Dari hasil ini didapat model persamaan regresi :

Ln(P/1-P)=βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6+ β7X7 + β8X8 +

β9X9 + βnXn ε

Ln (P/1-P) = 1,081- 0,113(X1) +0,352 (X2) +0,260 (X3) -0,276(X4) +0,136 (X5) -

0,588 ( X6) - 0,03 (X7) + 0,219 (X8) +2,015 (X9) - 0,379(X10) + 1,339 (X11)+ 1,541

(X12) + 1,923 (X13) + 1,158 (X14) + ε

Ln(Pi/1-P)= Minat penggunaan sumber pembiayaan formal (0= Tidak berminat, 1= Berminat)

βo = Konstanta

X1 Usia (Tahun)

X2 Tingkat Pendidikan (Tidak Sekolah = 1, SD=2, SMP=3, SMU=4, Diploma =5,

Sarjana=6)

X3 Tingkat pendapatan (Rupiah)

X4 Luas lahan (Ha)

X5 Produktivitas (Ton)

X6 Status lahan ( 0= sewa, 1= milik sendiri)

X7 Pengalaman bertani (Tahun)

X8 Jumlah Tenaga kerja (Orang)

X9Jumlah pembiayaan yang dapat diakses(0= kecil, 1= besar)

X10 Jangka waktu pembiayaan (0= Cepat, 1= Lama)

X11 Tingkat Bunga ( 0= Tinggi, 1= Rendah)

X12 Mekanisme dan Prosedur peminjaman (0= sulit, 1= mudah)

X13 Lokasi Sumber Pembiayaan (0= Jauh, 1= dekat)

X14 Jaminan sumber pembiayaan (0= Memberatkan, 1= Memudahkan)

εi = Kesalahan pengganggu

Klasifikasi nilai rata-rata variabel yang digunakan untuk membedakan dua kelompok tidak berminat dan minat menggunakan sumber pembiayaan formal terkadang memiliki kedekatan nilai yang sama sehingga perlu diketahui seberapa besar sampel yang benar-benar masuk kelompok. Untuk mengetahui berapa jumlah klasifikasi yang masuk dalam suatu kelompok dapat dilihat dalam output SPSS analisis diskriminan pada tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12. Classification Table Observed Predicted Minat Penggunaan sumber pembiayaan formal Percentage Correct Tidak berminat Berminat Step 1 Minat Penggunaan sumber pembiayaan formal Tidak berminat 27 13 67,5 Berminat 5 55 91,7 Overall Percentage 82,0

Hasil klasifikasi menunjukan bahwa dari 27 yang tidak berminat, 13 diantaranya masuk kedalam kelompok kedua yaitu kelompok berminat karena memiliki rata-rata rasio pada variabel lebih mendekati kelompok berminat. Dari 55 yang berminat 5 diantaranya masuk kedalam klasifikasi kelompok belum berminat karena memiliki nilai rata-rata rasio pada variable lebih mendekati kelompok belum berminat. Hasil Overall Percentage pada tabel diatas sebesar 82,0 menunjukkan model persamaan regresi sebesar 82%.

Dokumen terkait