baik sepe da bagian mata
memiliki nilai yang menyebar dari 7 sa mata masih terjaga keasliannya pada beberapa madidihang yang didaratkan. Untuk dinding perut masih berada pada kondisi yang baik walaupun sudah dihilangkan bagian dalaman perut seperti, kandung telur, telur, dan isi perut, namun pada bagian ini sisik mudah terlepas dan kulit perut sedikit mudah mengelupas. Konsistensi sih baik, terlihat dari daya ungkit daging ikan saat tekan akan ke ali lagi dan tidak meninggalkan bekas jari. Bau ma segar karena penanganan suhu rendah dapat menetralkan bau serta menurunkan kerja bakteri pembusuk yang menyebabkan bau yang tidak sedap pada ikan.
6 Analisis fluktuasi mutu madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda
Produksi madidihang yang diharapkan an berkesina
menerus berhubungan dengan mu yang akan capai, yaitu d an pengen lian penanganan terhadap hasil tangkapan agar produksi dapat terus berjalan. Untuk m kah p uksi madidihang bera dalam proses pengendalian atau tidak, diperlukan parameter pengendalian, salah satunya yaitu peta kendali np. Peta kendali np adalah peta kendali yang digunakan untuk memantau jumlah ketidaksesuaian yang dihasilkan dari suatu proses. Untuk menganilisisnya, dilakukan pengamatan langsung pada proses pendaratan madidihang, kem ian mencatat jumlah tuna yang tidak layak ekspor. Dari pengam n diperole ata seperti disajikan pada Tabel 12.
penyusunan yang kurang baik akan menambah tekanan sehingga dapat memberikan efek rusak pada bagian lunak pada tubuh madidihang seperti mata
Berdasarkan Tabel 11, terlihat beberapa bagian tubuh serta pencitraan yang rti konstistensi (elastisitas) dan bau yang baik. Pa
mpai dengan 9, tampilan
ma
di mb
sih
ak mbungan dan terus
tu di eng da
engetahui apa rod da
ud
abel 12 Perbandingan jumlah madidihang yang tidak layak ekspor dengan
enanganan yang baik menjadi hal yang harus ipahami setiap ABK kapal pancing tonda, kecepatan, kebersihan, dan
kehati-disajikan peta kendali madidihang berdasarkan bobot kurang dari 17 kg yang T
beberapa batasan pengedalian yang didaratkan kapal pancing tonda
No ulangan Jumlah Sampel Jumlah Cacat Proporsi CL UCL LCL
1 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 2 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 3 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 4 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 5 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 6 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 7 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 8 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 9 5 2 0,4 1,33 4,33 -1,63 10 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 11 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 12 5 1 0,2 1,33 4,33 -1,63 Total 60 16
pengamatan didasarkan pada bobot madidihang yang kurang dari 17 kg, berdasarkan hasil wawancara dengan petugas pelabuhan menjelaskan bahwa madidihang dengan bobot kurang dari 17 kg merupakan produk yang tidak layak ekspor, sedangkan rentang bobot madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda berkisar 11-68 kg, hal tersebut disebabkan oleh tidak tersedianya ruang pemrosesan tuna sehingga pengamatan cacat hanya tertuju pada bobot yang kurang dari 17 kg saja. Tidak dapat dipungkiri bahwa mutu awal madidihang yang buruk tidak dapat diubah menjadi berkualitas baik walaupun ditangani dengan penanganan yang sangat baik. P
p 1,33 0,27
d
hatian menjadi kunci utama dalam penanganan madidihang. Pada Gambar 23
Ga l p
Keterangan :
CL (batas tengah) UCL imit (batas atas) LCL = ower Contro imit (batas bawah)
erdasarkan mbar 23, dapat dilihat bahwa produksi madidihang yang didaratkan kapal pancing tonda masih berada dalam
titik-titik pada setiap oses belum m wati batas a an ba C perhitungan peta kendali np madidiha segar, dapat at Lam
tas komponen penang madidih segar yang didaratkan Peta kendali madidihang (Thunnus albacares) yang didaratkan kap 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 LCL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jum lah cacat No ulangan CL UCL Peta Kendali np Madidihang mbar 23 a ancing tonda = Center Limit = Upper Control L L l L B Ga
proses pengendalian, karena
pr ele tas d batas wah. ontoh
ng dilih pada piran 9.
anan ang
7 Stabili
kapal pancing tonda
Penanganan yang diterapkan kapal pancing tonda termasuk baik, namun memiliki beberapa kendala yang membuat menurunnya mutu hasil tangkapan. Penurunan mutu bisa terjadi saat penanganan di laut, sewaktu ikan ditangkap dan diangkat ke atas kapal, ikan menggelepar dengan hebat dan tidak segera dimatikan sehingga proses kejang pada ikan (rigormortis) dapat terjadi dengan singkat dan hal ini tidak baik untuk mutu ikan. Penurunan mutu dapat terjadi saat penyusunan es dan ikan, hubungan waktu dengan kegiatan pembongkaran juga dapat memberi pengaruh terhadap mutu madidihang. Untuk mengetahui Penanganan madidihang
at pada diagram sebab akibat pada halaman ampiran 12 dan 13.
Nelayan
Nelayan pancing tonda di PPN Palabuhanratu beroperasi sekitar rumpon laut dalam yang telah dipasang sebelumnya, nelayan pancing tonda berjumlah 3-6 orang. Satu orang juru masak merangkap pemancing, satu orang juru mudi, dan sisanya sebagai pemancing sekaligus pencari tanda-tanda keberadaan ikan. Kemampuan nelayan dalam penanganan madidihang di atas kapal tidak terlepas dari pengetahuan nelayan yang didapatkan dari pengalaman selama bertahun-tahun melaut di kapal pancing tonda.
2 Metode penanganan
Metode penanganan madidihang di laut merupakan tahapan awal dalam mempertahankan mutu madidihang untuk tahapan berikutnya. Penanganan
embuang insang, isi perut, dan mengeluarkan darah, dari bekas darah yang menempel susun di dalam palka ngan baik. Sesampainya di darat madidihang dapat dibongkar pada waktu pagi sampai menjelang malam. P
an madidihang ke dalam mobil boks berpendingin untuk didistribusikan ke
g tonda.
segar yang dilakukan saat di kapal dan pelabuhan dapat dilihat dari beberapa faktor penting, yaitu: nelayan, metode penanganan, lingkungan, material, dan sarana yang digunakan saat penanganan. Faktor-faktor penting yang terdapat dalam penanganan dapat dilih
L 1
di laut dimulai saat ikan diangkat dari air, mematikan ikan dengan balok kayu/martil/alat tusuk (spike) pada bagian kepala madidihang, lalu dilanjutkan dengan m
setelah selesai tubuh madidihang dicuci
pada tubuh madidihang. Langkah selanjutnya ikan di berisikan es curah dan disusun de
embongkaran dapat dilakukan dengan dua orang untuk mengangkat madidihang ke darat, lalu es dikeluarkan dari insang dan dilakukan pembasuhan dengan air bersih pada tubuh madidihang. Langkah selanjutnya madidihang ditimbang dan diukur panjangnya, lalu memindahk
Jakarta. Pada Gambar 24 disajikan diagram alir penanganan madidihang segar pada kapal pancin
adidihang segar pada kapal pancing tonda. Penanganan di kapal Madidihang ditarik dari air
dengan menggunakan ganco
Madidihang yang hidup segera dimatikan dengan balok atau menusuk bagian tengah antara kedua mata
Gambar 24 Diagram alir penanganan m
3 Lingkungan
Palka kapal pancing tonda bersuhu 3-0oC merupakan suhu penyimpanan madidihang saat di laut, namun suhu akan berubah saat perpindahan madidihang dari palka menuju darat yang suhunya tidak sama dengan suhu palka, suhu di darat biasanya 25oC (jika diasumsikan dengan suhu ruangan) yang mana suhunya dapat berubah-ubah karena terjadinya perubahan musim, seperti musim kemarau dan musim hujan, sehingga saat memindahkan madidihang dari palka menuju darat harus dilakukan dengan cepat dan harus didinginkan kembali menggunakan es saat dimasukkan ke dalam boks mobil berpendingin.
Madidihang disiangi dan dibuang isi perut lalu dicuci dengan air laut
Madidihang disimpan dalam penyimpanan sementara (palka) berisikan es yang bersuhu
3-4 oC
Pembongkaran dipersiapkan seperti, es curah, Penanganan di
mobil boks berpendingin, lalu madidihang diangkat dari palka
Pembersihan tubuh madidihang dari sisa es
Penimbangan dan pengukuran panjang lalu pengisian es pada bagian insang dan diangkat ke dalam mobil boks
berpendingin pelabuhan
4
war untuk kebutuhan nelayan, dan saat pencucian menggunakan air laut.
5 Sarana
Kapal pancing tonda merupakan kapal yang berukuran sekitar 10 GT, kapal pancing tonda biasanya memiliki 3 palka, dua digunakan untuk madidihang dan satu palka cadangan d
5.2 Pembahasan
.2.1 Trend produksi madidihang d
Berdasarkan Gambar 25 dapat diliha adidihang
engalami pergerakan yang fluktuatif pada setiap tahunnya, hal tersebut tidak
lepas dari penangkapan madidihan ng
emiliki potensi madidihang seperti barat Sumatra, Bali, Selat Makassar, bagian elatan Jawa Barat, dan lain-lain
rtangkapnya madidihang yang b dapat
dan per ang yang layak
tangkap kedepannya.
Pada Gambar 25 akan disajikan
adidihang tiap tahunnya selama lima tahun, mulai dari tahun 2005 sampai 2009.
Gamb
Material
Material yang digunakan dalam penanganan madidihang pada kapal pancing tonda adalah es yang diisi secara penuh ke dalam palka sebelum berangkat ke daerah penangkapan, air ta
igunakan untuk ikan berukuran kecil.
5 i PPN Palabuhanratu
t bahwa trend produksi m m
g secara besar-besaran di beberapa daerah ya m
s . Hal tersebut diperparah dengan sering
erukuran 17 kg ke bawah, sehingga tumbuhan madidih
te
berefek negatif terhadap regenerasi
kenaikan dan penurunan produksi m
ar 25 Grafik produksi madidihang dari tahun 2005-2009 di PPN Palabuhanratu. 1,495,105 677,842 683,271 590,557 542,584 500,000 -2005 2006 2007 2008 2009 Tahun 1,000,000 1,500,000 2,000,000 Total Produksi (kg)
1.495 cende
tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 5.729 kg sehingga produksi tahun ini engalami peningkatan sebesar 683.271 kg. Pada tahun 2008 penurunan kembali rjadi sehingga produksi menjadi 590.557 kg. Pada data produksi tahun 2009 lah hasil tangkapan yang paling rendah dibandingkan dengan mpa
kg.
5.2.2 apal long line dan kapal pancing tonda
buhanratu .
ikan semaksimal
ungkin, bermula saat ditangkap sampai ke tangan konsumen untuk dikonsumsi. usnya madidihang, lebih mengarah pada penanganan suhu , sehingga kualitas adid
adidihang yang baru ditangkap, mengingat standar kualitas madid
memperhatikan penanganan madidihang baik saat ditangkap maupun saat pendistribusian.
Penanganan madidihang yang diterapkan kedua kapal saat di kapal tidak jauh berbeda, penanganan dimulai saat ikan diangkat dari air. Pada kapal long line dan kapal pancing tonda penanganan awal yang dilakukan saat ikan berada di dek Produksi madidihang pada tahun 2005 mencapai titik tertinggi yaitu sebesar .105 kg, lalu laju penurunan produksi dimulai pada tahun 2006 yang rung menukik tajam dengan total produksi sebesar 677.842 kg. Namun pada
m te
mencatat bahwa jum
e t tahun sebelumnya, pada tahun ini produksi madidihang mencapai 542.584
Penanganan madidihang pada k di PPN Pala
1 Penanganan madidihang di laut
Konsep penanganan madidihang tidak jauh berbeda dengan penanganan segar lainnya. Konsepnya adalah mempertahankan mutu
m
Namun pada tuna khus
rendah, dari hulu hingga hilir yang dijaga dengan ketat
m ihang tetap terjaga dengan baik. Penanganan madidihang lebih identik dengan penanganan yang eksklusif, karena penanganan yang dilakukan berbeda dengan ikan-ikan lainnya, hal tersebut disebabkan madidihang memiliki nilai jual yang sangat tinggi ketika sampai di pasar internasional, terutama Jepang.
Jepang merupakan pasar terbesar dunia untuk komoditi madidihang segar, sedangkan pemasok utama madidihang segar ke Jepang adalah Indonesia (Suharno & Santoso, 2008). Kualitas madidihang yang akan diekspor tidak boleh berbeda jauh dengan m
ihang yang diterapkan di pasar Jepang sangat tinggi, membuat pengusaha kapal long line dan kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu sangat
kapal adalah pelumpuhan (stunning) madidihang dengan alat tusuk. Penggunaan alat tusuk (spike) sangat efektif dalam melumpuhkan madidihang, hanya membutuhkan beberapa detik untuk melumpuhkan madidihang dengan cara menekan mata madidihang lalu menusukkan alat tusuk pada bagian lunak diantara kedua mata dan segera setelah penusukan dilakukan ikan akan mati, namun penggunaan martil dan balok masih digunakan dalam melumpuhkan madidihang pada kapal pancing tonda, sedangkan penggunaan kedua benda tersebut tidak terlalu menguntungkan dari segi kerusakan fisik dan kekhawatiran yang
Penanganan berikutnya adalah membuang bagian insang sebagai salah satu sumb
ra langsung saat berada di dalam palka, namun penggunaan plastik kemas tidak digunakan pada kapal pancing tonda yang diharapkan dapat melindungi ikan
tidak bekerja dengan baik. Langkah selanjutnya adalah memasukkan madidihang
ertahap ditimbulkan jika mematikan madidihang tidak dilakukan dengan sempurna.
er bakteri, lalu menghentikan pendarahan madidihang dengan cara memutuskan jantung ikan yang terletak tepat dibelakang hubungan antara ujung insang bagian bawah dengan tubuh ikan, kemudian dilanjutkan dengan menyikatnya, menyiram bagian insang dengan menggunakan air laut. Pada kapal long line mulut madidihang diikat dengan kabel nilon agar gigi madidihang tidak merobek plastik pembungkus . Madidihang pada kapal long line yang telah bersih, telah diikat mulutnya dan bebas dari bekas darah dikemas menggunakan plastik khusus yang berfungsi untuk melindungi madidihang dari gesekan dan benturan seca
dari gesekan es dan melindungi ikan dari lelehan es jika saluran pembuangan
ke dalam palka.
Sarana penanganan yang dimiliki kapal long line diantaranya adalah wadah penyimpanan (palka) pada kapal long line dapat memuat 400 ekor lebih madidihang dalam sekali pembongkaran, media yang digunakan untuk mendinginkan madidihang di dalam palka adalah air laut yang sebelumnya telah didinginkan menggunakan refrigerator, penggunaan media cair ini dapat menguntungkan dari segi keamanan fisik madidihang dari goresan yang sering terjadi pada kapal pancing tonda dan air laut dapat mendinginkan madidihang secara merata ke seluruh tubuh dan konstan karena dibantu dengan refrigerator, air laut dingin akan menyerap kalor pada tubuh madidihang secara b
u palka jika bobot dari masing-masing madidihang berkisar dari hingga suhu tubuh madidihang turun mendekati suhu air laut. Pada beberapa kapal long line di PPN Palabuhanratu telah memiliki konstruksi seperti atap pelindung yang dapat melindungi madidihang saat dilakukannya penanganan dari sinar matahari dan hujan, sehingga terpaparnya madidihang terhadap sinar matahari dan air hujan dapat dihindari.
Pada kapal pancing tonda memiliki sarana penanganan yang sederhana, seperti: wadah penyimpanan (palka) yang dapat menampung madidihang sekitar 10 ekor dalam sat
20 kg sampai 30 kg, pendinginan di dalam palka menggunakan es curah. Penggunaan es pada kapal pancing tonda sebenarnya lebih menguntungkan dari segi pendinginan yang lebih cepat terjadi, tetapi dilain sisi akan banyak jumlah es yang hilang sehingga lebih banyak es yang digunakan, sehingga sejumlah es yang ada harus digunakan dengan cermat agar pasokan es yang dibawa untuk mendinginkan madidihang di laut dapat dimaksimalkan. Proses pendinginan ikan di dalam palka kapal pancing tonda dimulai saat es bersentuhan dengan tubuh madidihang, proses pemindahan kalor terjadi dari tubuh madidihang yang kemudian diserap oleh es. Proses pemindahan kalor ini akan berhenti saat suhu tubuh madidihang mendekati suhu es.
Es yang digunakan untuk mendinginkan madidihang pada kapal pancing tonda didapatkan dari proses penghancuran balok es menjadi es curah dengan menggunakan mesin penghancur es. Mesin yang digunakan untuk menghancurkan balok es menjadi es curah perlu diperhatikan, mesin yang digunakan saat menghancurkan es pada kapal pancing tonda biasanya dalam kondisi yang memprihatinkan, sehingga es yang dihasilkan tidak begitu mulus cenderung masih kasar, sehingga dapat berefek pada tubuh madidihang menjadi cepat tergores di dalam palka. Ukuruan es tidak hanya ditujukan pada keamanan fisik madidihang di dalam palka namun juga ditujukan untuk mempercepat proses pendinginan selama penyimpanan. Faktor penting dalam mempercepat proses pendinginan adalah ukuran es yang telah dihancurkan. Pada Tabel 13 akan disajikan hubungan ukuran es dengan kecepatan pendinginan dalam menit.
ng
Lama pendinginan Tabel 13 Pengaruh ukuran es terhadap kecepatan pendinginan
Jumlah es ya
digunakan Potongan es besar (10x10x10 cm)
Potongan es
sedang (4x4x4 cm) kecil (1x1x1cm) Potongan es
100% dari berat ikan 154 menit 134 menit 89 menit 75% dari berat ikan 161 menit 137 menit 95 menit 50% dari berat ikan 192 menit 164 menit 120 menit
Sumber: Adawiyah, 2007
Penyusunan es dalam melapisi madidihang di dalam palka harus dilakukan dengan benar agar dapat mengurangi kerusakan pada tampilan madidihang. Menurut Adawiyah (2007), penyusunan ikan di dalam palka dapat dilakukan dengan cara, ikan-ikan ditumpuk di dalam ruangan palka, di dasar palka diberi es setebal ± 15 cm. Jika pada bagian-bagian yang bersinggungan dengan dinding kapal (karena bagian tersebut selalu panas oleh air laut, maka lapisan es harus diberi lebih tebal. Ikan ditumpuk berlapis-lapis dan bergantian dengan lapisan es. Jika ikan disiangi, maka bagian perut ikan menghadap ke bawah agar tidak ada air yang tertampung pada bagian perut ikan. Seluruh tubuh ikan diusahakan tertutupi oleh es dan bagian atas ditutupi dengan lapisan es yang tebal. Tumpukan ikan dan
iliki atap pelindung pada konstruksinya, es tidak boleh lebih dari 50 cm, jika lebih maka ikan yang berada pada dibagian bawah akan terlalu banyak menerima tekanan dari ikan-ikan di atasnya sehingga akan rusak dan beratnya berkurang. Ikan yang akan disimpan dalam jumlah besar harus diberi sekat-sekat horizontal, sekat tersebut merupakan sekat hidup yang dapat dibongkar pasang sehingga memudahkan pekerjaan. Sebaiknya diusahakan agar lelehan air tidak mengalir ke bawah karena akan mengkontaminasi ikan yang ada pada lapisan bawah.
Penanganan madidihang yang dilakukan saat berada di laut pada kapal pancing tonda terdapat kendala pada media pelindung dari sinar matahari yang terintegrasi dengan konstruksi kapal seperti atap pelindung, atap yang berfungsi sebagai pelindung dari sinar matahari dan hujan sangat membantu saat dilakukannya penanganan madidihang pada siang hari. Mayoritas kapal pancing tonda di PPN Palabuhanratu tidak mem
sehingga kemungkinan terpaparnya madidihang saat penanganan di laut sangat mungkin terjadi sehingga dapat mempengaruhi kualitas madidihang.
litasnya tetap terjaga. Penanganan yang baik menjadi tuntutan yang harus dilakukan setiap ABK apal, baik kapal long line maupun kapal pancing tonda. Penanganan saat di kapal s ikan agar tetap memiliki mutu yang baik. Tujuan utama dalam penanganan primer di kapal adalah
untuk m bat pen a prin insip
penanganan m di kapal dapat dilakukan pada langkah-l
nanganan untuk menyiangi ikan, seperti alat penusuk Rentang waktu yang digunakan kapal pancing tonda dalam penangkapan dan pendaratan tidak begitu lama, yaitu sekitar 7 hari, dan masa penyimpanan 3-4 hari di dalam palka, sedangkan pada kapal long line rentang waktu yang digunakan dalam penangkapan dan pendaratan dapat mencapai 14 hari dan waktu penyimpanan selama 10 hari. Masalah rentang waktu dan suhu penyimpanan saat di laut menuju pelabuhan lebih identik pada kesegaran, madidihang yang disimpan dalam suhu rendah dengan waktu tertentu dapat berefek pada kualitasnya, sehingga waktu penyimpanan dan suhu yang diterapkan pada masing-masing kapal perlu diperhatikan agar kesegaran dan kua
k
merupakan tahap awal yang penting dalam menjaga kualita
emperlam urunan mutu m didihang. Adapun sip-pr adidihang yang benar saat
angkah berikut :
1) Persiapan peralatan pe
untuk mematikan madidihang (spike), pisau, gunting sirip semuanya harus dalam kondisi siap pakai, bersih dan tajam, plastik kemasan dipersiapkan, nylon cable tie (tali pengait plastik keras untuk dikaitkan pada mulut ikan). Dek harus basah dan didinginkan dengan cara mengaliri dek dengan air dari selang secara terus menerus. Persiapan untuk menaikkan madidihang dengan menyiapkan alas pelindung agar ikan yang diangkat ke dek kapal tidak terbentur papan dek kapal. Waktu penyiangan disiapkan pula bantalan busa yang bersih dan basah, ini dilakukan agar penanganan tetap dalam kondisi higienis dan sanitasi yang baik, agar ikan tidak terkontaminasi dari peralatan dan naiknya suhu tubuh karena temperatur lingkungan (Bahar & Bahar,1991);
2) Cara pengangkatan madidihang ke dek kapal juga perlu diperhatikan, mengangkat madidihang dengan cara mengganco bagian insang, lalu melepas pancing yang masih mengait pada mulut madidihang dengan hati-hati (Partosuwiryo, 2008);
ang digunakan adalah dengan menusukan spike ke arah
eralis mulai ri
lendir, ikan dicuci dengan air bertekan
6) Langkah berikutnya adalah ikan di packing dengan plastik yang aman. 3) Melumpuhkan ikan yang masih hidup adalah dengan merusak bagian modula oblongata, cara y
otak ikan. Penusukan dilakukan pada bagian lemah di atas kepala (antara mata kiri dan mata kanan (Endroyono, 1983);
4) Proses pengeluaran darah ikan dilakukan dengan cara memutuskan jantung ikan yang terletak tepat dibelakang hubungan antara ujung insang bagian bawah dengan tubuh ikan. Untuk mengeluarkan darah ikan lebih banyak dan lebih cepat, ikan ditusuk pada bagian sirip dada (pectoral fin). Penusukan ini dilakukan tegak lurus terhadap garis linea lateralis dan tidak terlalu dalam (2-3 cm). Penusukan pada bagian tersebut tidak merugikan, sebab sepanjang garis line lat
da pectoral fin sampai ke pangkal ekor membentang pembuluh darah yang cukup besar, serta daging sepanjang pembuluh darah tersebut berwarna merah dan mutunya kurang baik (Endroyono, 1983);
5) Penyiangan dilakukan pada saat madidihang mati sempurna, dilakukan penyiangan untuk mengeluarkan isi perut dan insang dengan cara membuka tutup insang, kemudian mengunci mulut madidihang dengan tali pengait plastik. Memotong sekat antara jantung dan rongga perut, memotong pangkal insang sampai putus dan membuangnya ke laut. Untuk membuang sisa-sisa darah dan an tinggi sampai bersih (Bahar & Bahar,1991). Menurut Endroyono (1983) tujuan dari penyiangan adalah :
a) Untuk menghindari sumber-sumber penyebab pembusukan pada ikan sepeti mikroorganisme (bakteri) dan enzim pencernaan (proses autolisis) yang terpusat pada insang, pencernaan (perut, dan lendir pada permukaan kulit); b) Membuat bentuk penampilan ikan yang sesuai dengan tuntutan konsumen
dalam perdagangan.
Menurut KEP MEN (2007) bahan kemasan (packing) dan bahan lain yang kontak langsung dengan hasil perikanan harus memenuhi persyartan higienis, dan khususnya :
a) Tidak boleh mempengaruhi karakteristik organoleptik dari hasil perikanan; b) Tidak boleh menularkan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan
ntuk menurunkan suhu ikan dari
dalam suhu -1 – 0oC
No. Jenis Suhu ( oC) Kelembaban (%) Waktu penyimpanan c) Harus cukup kuat melindungi hasil perikanan.
7) Setelah mengemas ikan dengan plastik, ikan dimasukkan ke dalam palka yang terisi air laut dingin. Penggunaan air laut dingin dapat mengurangi perubahan warna pada daging, oksidasi lemak, dan tanggalnya sisik pada ikan. Prinsip dasar pendinginan ikan adalah u
suhu awal (misal 20oC) ke suhu rendah sekitar -1 sampai 0oC (Ilyas, 1983), ini