• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Analisis Data

Data (jumlah volume urin dan intake cairan) yang diperoleh selama 16

jam kemudian dianalisis dengan SPSS v.17.0 apakah memenuhi syarat uji

parametrik yaitu diuji homogenitas varians dan normalitasnya. Uji

homogenitas varians antar kelompok dilakukan dengan uji Levene sedangkan

uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk.

1. Intake Cairan

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data intake cairan disajikan pada tabel 3

commit to user

Tabel 4. Uji Normalitas Intake Cairan

Kelompok Nilai p

Kontrol Negatif 0,758

Kontrol Positif 0,153

Dosis 1 Ekstrak Rosela 0,795

Dosis 2 Ekstrak Rosela 0,402

Dosis 3 Ekstrak Rosela 0,533

Intepretasi dari uji normalitas data di atas adalah distribusi data

dari tiap-tiap kelompok adalah normal karena semua kelompok

mempunyai nilai p > 0,05.

b) Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas data intake cairan didapatkan nilai p =

0,709 (lampiran 4). Intepretasi dari uji homogenitas varians dimana p >

0,05 adalah berarti tidak ada perbedaan varians data yang bermakna antar

kelompok. Dengan kata lain, varians data intake cairan homogen.

Kedua uji statistik di awal menunjukkan bahwa distribusi data

normal dan varians data homogen sehingga syarat uji parametrik (uji

Anova) terpenuhi.

c) Uji Anova

Hasil uji anova menunjukkan nilai p = 0,081 (lampiran 4).

Intepretasi dari uji anova dimana p > 0,05 adalah tidak terdapat

perbedaan intake cairan yang bermakna antara kelompok perlakuan.

commit to user

2. Volume Urin

a) Uji Normalitas

Hasil uji normalitas data volume urin dirangkum pada tabel 5

berikut ini.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Volume Urin

Kelompok

Nilai p

4 Jam I 4 Jam II 4 Jam III 4 Jam IV

Kontrol Negatif 0,845 0,157 0,301 0,264

Kontrol Positif 0,096 0,414 0,468 0,351

Dosis 1 Rosela 0,730 0,397 0,121 0,141

Dosis 2 Rosela 0,557 0,497 0,821 0,127

Dosis 3 Rosela 0,415 0,875 0,820 0,145

Interpretasi hasil uji normalitas adalah jika p > 0.05 berarti

distribusi data normal. Tabel 5 menunjukkan bahwa data volume urin 4

jam I, II, III dan IV mempunyai distribusi data normal.

b) Uji Homogenitas

Hasil uji homogenitas terhadap data volume urin dirangkum

dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Volume Urin Nilai p

Volume Urin 4 Jam I 0,756

Volume Urin 4 Jam II 0,027

Volume Urin 4 Jam III 0,025

commit to user

Interpretasi uji homogenitas adalah jika p > 0,05 berarti varians

data antar kelompok homogen. Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa volume

urin 4 jam I dan IV antar kelompok tidak terdapat perbedaan yang

bermakna (varians datanya homogen) sedangkan volume urin 4 jam II

dan III terdapat perbedaan (varians data tidak homogen).

Data volume urin 4 jam I dan IV mempunyai varians data

homogen dan distribusi data normal sehingga data tersebut diuji statistik

dengan uji Anova sedangan data volume urin 4 jam II dan III mempunyai

varians data tidak homogen dan distribusi data normal sehingga data

tersebut diuji statistik dengan uji Kruskal-Wallis.

c) Uji Anova

Uji Anova digunakan untuk melihat adakah terdapat perbedaan

volume urin 4 jam I dan IV yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Adapun hasil uji Anova dirangkum dalam tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Anova Volume Urin

Nilai p

Volume Urin 4 Jam I 0,000

Volume Urin 4 Jam IV 0,809

Intepretasi dari uji Anova dimana p < 0,05 adalah terdapat

perbedaan total volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa volume urin 4 jam I terdapat

perbedaan yang bermakna sedangkan volume urin 4 jam IV tidak. Data

volume urin 4 jam I selanjutnya diuji statistik dengan uji post-hoc untuk

commit to user

d) Uji Post-Hoc

Hasil uji post-hoc volume urin 4 jam I dirangkum dalam tabel 8

berikut ini.

Tabel 8. Rangkuman Uji Post-Hoc Volume Urin 4 Jam I

Perbandingan Kelompok Nilai p

Negatif vs Positif 0,001 Negatif vs Dosis 1 0,277 Negatif vs Dosis 2 0,602 Negatif vs Dosis 3 0,602 Positif vs Dosis 1 0,000 Positif vs Dosis 2 0,000 Positif vs Dosis 3 0,000 Dosis 1 vs Dosis 2 0,563 Dosis 1 vs Dosis 3 0,563 Dosis 2 vs Dosis 3 1,000

Intepretasi uji post-hoc menunjukkan volume urin yang

dihasilkan oleh kelompok kontrol positif (hidroklorotiazid) paling banyak

dibandingkan kelompok perlakuan lainnya saat pengukuran 4 jam I.

e) Uji Kruskal-Wallis

Uji Kruskall-Wallis digunakan untuk melihat adakah terdapat

perbedaan volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan saat

pengukuran 4 jam II dan III. Adapun hasil uji Kruskal-Wallis dirangkum

commit to user

Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Kruskal-Wallis

Nilai p

Volume Urin 4 Jam II 0,030

Volume Urin 4 Jam III 0,015

Intepretasi dari uji Anova dimana p < 0,05 adalah terdapat

perbedaan total volume urin yang bermakna antar kelompok perlakuan.

Dari Tabel 9 menunjukkan bahwa volume urin 4 jam II dan III terdapat

perbedaan yang bermakna. Data volume urin 4 jam II dan III selanjutnya

diuji statistik dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kelompok

mana yang memiliki perbedaan bermakna.

f) Uji Mann-Whitney

Hasil uji Mann-Whitney volume urin 4 jam II dan III dirangkum

dalam tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Rangkuman Uji Mann-Whitney

Perbandingan Kelompok

Nilai p

4 Jam II 4 Jam III

Negatif vs Positif 0,751 0,600 Negatif vs Dosis 1 0,009 0,075 Negatif vs Dosis 2 0,076 0,169 Negatif vs Dosis 3 0,754 0,116 Positif vs Dosis 1 0,009 0,016 Positif vs Dosis 2 0,075 0,028 Positif vs Dosis 3 0,917 0,465 Dosis 1 vs Dosis 2 0,172 0,530 Dosis 1 vs Dosis 3 0,076 0,021 Dosis 2 vs Dosis 3 0,295 0,021

commit to user

Intepretasi uji Mann-Whitney 4 jam II menunjukkan bahwa

volume urin yang dihasilkan oleh kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol

kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok kontrol positif

(hidroklorotiazid) yaitu nilai p > 0,05. Intepretasi uji Mann-Whitney 4

jam III menunjukkan bahwa volume urin yang dihasilkan oleh kelompok

dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok

commit to user

38 BAB V PEMBAHASAN

Volume urin selama 16 jam antara kelompok I (kontrol negatif), II (kontrol

positif), III (dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela), IV (dosis 2 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela), dan V (dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela)

terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 3. Pengukuran 4 jam I menunjukkan bahwa

kelompok kontrol positif menghasilkan volume urin yang paling banyak

dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Hasil ini sesuai dengan

pendapat Nafrildi (2007) yang menyatakan bahwa hidroklorotiazid bekerja mulai

dari 2 jam setelah pemberian secara oral. Pengukuran 4 jam I ini juga

menunjukkan bahwa kelompok dengan pemberian ekstrak etanol kelopak bunga

rosela belum memperlihatkan adanya efek diuresis.

Pengukuran 4 jam II menunjukkan bahwa volume urin kelompok kontrol

negatif, kontrol positif, dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

mengalami peningkatan. Volume urin kelompok kontrol negatif meningkat

hampir menyamai volume urin kelompok kontrol positif sedangkan volume urin

kelomppk dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela meningkat sedikit melebihi

kelompok kontrol positif. Peningkatan volume urin pada kelompok kontrol negatif

terjadi karena aquades memiliki sifat sebagai diuretik fisiologis. Aquades akan

meningkatkan volume cairan intravaskular. Efek hemodinamik dari peningkatan

tersebut selanjutnya meningkatkan filtrasi glomerulus. Filtrasi glomerulus yang

commit to user

Peningkatan volume urin kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela kemungkinan bisa terjadi karena kandungan flavonoidnya. Flavonoid

menyebabkan peningkatan ekskresi elektrolit seperti Na+ dan Cl- pada tubulus

sehingga menimbulkan efek diuresis (Chodera et al., 1991; Juniora et al., 2010).

Peningkatan volume urin pada kelompok dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela lebih tinggi dibandingkan kelompok dosis 2 kemungkinan disebabkan

kandungan flavonoidnya yang lebih banyak sehingga efek diuresis yang

dihasilkan juga lebih kuat. Saat pengukuran 4 jam II, volume urin kelompok dosis

1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela justru menurun. Hal ini kemungkinan

disebabkan intake cairan selama 4 jam II lebih sedikit dibandingkan intake cairan

selama 4 jam I sehingga urin yang dihasilkan berkurang. Pengukuran 4 jam II ini

juga menunjukkan bahwa kelompok dosis 2 dan 3 ekstrak etanol kelopak bunga

rosela memperlihatkan adanya efek diuresis sedangkan kelompok dosis 1 tidak..

Pengukuran 4 jam III menunjukkan bahwa volume urin kelompok kontrol

negatif, kontrol positif dan dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela mengalami

penurunan sedangkan kelompok dosis 1 dan 3 meningkat. Penurunan volume urin

pada kelompok kontrol positif disebabkan masa kerja hidroklorotiazid sudah

mendekati akhir yaitu 12 jam (Nafrialdi, 2007). Penurunan volume urin pada

dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela kemungkinan disebabkan kandungan

flavonoidnya sudah berkurang sehingga efek diuresis yang dihasilkan juga

menurun. Peningkatan volume urin kelompok dosis 3 ekstrak kelopak bunga

rosela kemungkinan menunjukkan bahwa kandungan flavonoid dalam dosis

commit to user

Peningkatan volume urin kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

kemungkinan disebabkan intake cairannya bertambah. Pengukuran 4 jam III

menunjukkan bahwa kelompok dosis 3 ekstrak etanol kelopak bunga rosela masih

mampu menghasilkan efek diuresis dibandingkan dengan dosis 1 dan 2.

Pengukuran 4 jam IV terlihat volume urin sebagian besar kelompok

perlakuan mengalami penurunan kecuali kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak

bunga rosela. Hal ini terjadi karena efek dari pemberian perlakuan pada tiap-tiap

kelompok sudah berkurang. Penurunan tajam terjadi pada kelompok dosis 3

ekstrak etanol kelopak bunga rosela. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dua

hal yaitu kandungan flavonoid yang berkurang dan intake cairan pada saat

tersebut juga berkurang. Peningkatan volume urin kelompok dosis 1 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela kemungkinan disebabkan intake cairan pada saat 4

jam IV sedikit bertambah.

Pada penelitian ini, intake cairan dapat berpengaruh terhadap volume urin

yang dihasilkan. Tabel 3 menunjukkan perbandingan rerata volume urin dengan

rerata intake cairan selama 16 jam tiap-tiap kelompok perlakuan. Tabel 3

menunjukkan bahwa intake cairan pada kelompok kontrol negatif dan dosis 3

ekstrak etanol kelopak bunga rosela lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol

positif. Hal ini kemungkinan besar menyebabkan pengeluaran urin pada kedua

kelompok tersebut meningkat sehingga menyamai kelompok kontrol positif.

Perbandingan rerata volume urin dengan intake cairan antara kelompok dosis 2

ekstrak kelopak bunga rosela dengan kelompok kontrol positif menunjukkan

commit to user

menghasilkan efek diuresis sebab volume urin yang dihasilkan lebih sedikit

padahal intake cairannya hampir sama. Perbandingan rerata volume urin dengan

rerata intake cairan antara kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela

dengan kelompok kontrol positif menunjukkan pengaruh intake cairan terhadap

volume urin yang dihasilkan.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan adanya efek diuretik

pada tikus putih jantan saat 4 jam II setelah pemberian dosis 2 dan dosis 3 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela. Hal ini terlihat dari dosis 2 dan 3 ekstrak kelopak

bunga rosela yang mempunyai rerata volume urin sebanding dengan kontrol

positif. Selanjutnya, efek diuretik dosis 3 ekstrak kelopak bunga rosela mampu

bertahan hingga 4 jam III sedangkan dosis 2 tidak. Pada penelitian ini, peneliti

membuat hipotesis yaitu dosis tertinggi ekstrak etanol kelopak bunga rosela

merupakan dosis yang paling efektif sebagai diuretik pada tikus putih jantan.

Hipotesis ini diterima sebab selama 16 jam, volume urin kelompok dosis 3 ekstrak

etanol kelopak bunga rosela sebanding dengan kelompok kontrol positif

(hidroklorotiazid) pada 4 jam II dan III sehingga dapat diasumsikan bahwa efek

diuresisnya lebih efektif dan bertahan lebih lama dibandingkan dosis lainnya.

Hasil penelitian ini mendukung pendapat Chodera (1991) yang menyatakan

bahwa flavonoid adalah salah satu dari sekian banyak zat kimia yang telah

terbukti secara eksperimental dapat berfungsi sebagai diuretik alami. Namun, hasil

penelitian ini masih perlu dibuktikan lagi kebenarannya sebab masih sedikit sekali

bukti-bukti dari penelitian sebelumnya mengenai efek diuretik dari kelopak bunga

commit to user

Kelemahan pada penelitian ini adalah data intake cairan hanya diukur pada

akhir penelitian (16 jam) padahal setiap 4 jam pengukuran intake cairan pada

tiap-tiap kelompok bisa saja berbeda. Oleh karena itu, hasil pengukuran total volume

urin tiap 4 jam tidak bisa dikaji ulang untuk dihubungkan dengan berapa banyak

intake cairan yang masuk pada tiap kelompok untuk tiap 4 jamnya. Selain itu,

penelitian ini terdapat data yang tidak akurat pada kelompok kontrol negatif

(aquades) dan dosis 2 ekstrak etanol kelopak bunga rosela. Pada uji statistik 4 jam

II dan III, perbandingan volume urin kelompok kontrol negatif tidak didapatkan

perbedaan yang bermakna dengan kontrol positif. Hal ini menyebabkan aquades

yang bersifat fisiologis tidak bisa dijadikan kontrol negatif sebagai pembanding

dengan kelompok lainnya. Pengukuran 4 jam II juga terlihat bahwa volume urin

pada kelompok dosis 1 ekstrak etanol kelopak bunga rosela terjadi penurunan.

Setelah dikaji ulang dengan hasil penelitian, tikus dalam kelompok tersebut ada

yang tidak menghasilkan volume urin sehingga hal ini akan mempengaruhi

jumlah rata-rata volume urin. Hasil ini kemungkinan bisa disebabkan faktor-faktor

seperti kesalahan dalam pengamatan, kondisi alat, atau karena intake cairan yang

commit to user

43 BAB VI

Dokumen terkait