• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Data dalam penelitian ini dianalisis melalui metode analisis statistik

dengan menggunakan analisis persamaan regresi berganda. Analisis data dimulai

dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007.

Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi klasik dan hipotesis dengan

menggunakan regresi berganda. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 18. Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data

yang akan diuji ke dalam program SPSS, yang kemudian menghasilkan

output-output sesuai metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun jumlah

perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 3 perusahaan.

Periode penelitian adalah tahun 2008, 2009, 2010, dan 2011. Dengan demikian

jumlah observasian adalah 12 data observasi.

4.2.1 Regresi Linear Berganda

Tabel 4.1 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant) ,191 ,123 1,549 ,160 Biaya Perekrutan 6,647E-13 ,000 ,095 ,290 ,779 ,779 1,284

Biaya Gaji 1,331E-13 ,000 ,242 ,482 ,642 ,330 3,031

Biaya Bonus

-2,230E-13

,000 -,388 -,720 ,492 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.1, diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

KP = 0,191 + 6,647E-13 BP +1,331E -13 BG - 2,230E-13 BB

Persamaan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,191 menunjukkan bahwa jika porsi biaya perekrutan,

biaya gaji, dan biaya bonus nilainya adalah 0, maka akrual diskresioner

nilainya sebesar 0,191.

2. Koefisien regresi BP sebesar 6,647E-13 menunjukkan bahwa jika proporsi

biaya perekrutan meningkat sebesar 1%, maka akrual diskresioner akan

meningkat sebesar 6,647E-13.

3. Koefisien regresi BG sebesar 1,331E -13 menunjukkan bahwa jika

proporsi biaya gaji meningkat sebesar 1%, maka akrual diskresioner akan

meningkat sebesar 1,331E -13.

4. Koefisien regresi BB sebesar -2,230E-13 menunjukkan bahwa jika biaya

bonua meningkat sebesar 1%, maka akrual diskresioner akan menurun

Tabel 4.2 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1(Constant) ,353 ,475 ,742 ,479 Biaya Perekrutan -5,648E-12 ,000 -,056 -,639 ,541 ,779 1,284

Biaya Gaji 6,303E-12 ,000 ,792 5,932 ,000 ,330 3,031 Biaya Bonus -1,708E-12 ,000 -,205 -1,431 ,190 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Pencapaian Perusahaan Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.2, diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

PP = 0,353 – 0,5,648E-12 BP + 6,303E-12 BG –1,708E-12 BB

Persamaan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 0,353 menunjukkan bahwa jika porsi biaya perekrutan,

biaya gaji, dan biaya bonus nilainya adalah 0, maka akrual diskresioner

nilainya sebesar 0,353.

2. Koefisien regresi BP sebesar – 0,5,648E-12 menunjukkan bahwa jika

proporsi biaya perekrutan meningkat sebesar 1%, maka akrual

3. Koefisien regresi BG sebesar 6,303E-12 menunjukkan bahwa jika proporsi

biaya gaji meningkat sebesar 1%, maka akrual diskresioner akan

meningkat sebesar 6,303E-12.

4. Koefisien regresi BB sebesar –1,708E-12 menunjukkan bahwa jika biaya

bonua meningkat sebesar 1%, maka akrual diskresioner akan menurun

sebesar –1,708E-12.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yakni

dipenuhinya seluruh uji asumsi klasik (Sudrajat, 1988 dalam Priyatno, 2012).

Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yakni

dengan menggunakan grafik dan analisis statistik. Berikut adalah

hasil grafik variabel pengganggu atau residual dalam model regresi

Grafik Histogram Gambar 4.1

Grafik Histogram

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Grafik histogram dan grafik normal plot di atas menunjukkan

bahwa variabel pengganggu atau residualnya berdistribusi normal. Hal ini

dilihat dari gambar histogram yang tidak menceng ke ke kiri maupun ke

kanan, dan pada grafik normal plot terlihat bahwa titik-titik menyebar di

sekitar garis diagonal yang menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.

Kedua grafik menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi

normalitas.

Analisis statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov

dengan pedoman sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05, maka data berdistribusi

normal.

2. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05, maka data tidak

berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil pengujian menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov.

Tabel 4.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y1: Kinerja Perusahaan

Unstandarized N 12 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,04807733 Most Extreme Differences Absolute ,184 Positive ,184 Negative -,112 Kolmogorov-Smirnov Z ,638

Asymp. Sig. (2-tailed) ,811

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari hasil pengolahan data tersebut di atas, besarnya nilai

Kolmogorov Smirnov adalah 0,638 dan signifikansinya pada 0,811 yaitu

lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal.

Tabel 4.4

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y2: Pencapaian Perusahaan Unstandarized N 12 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,18520088 Most Extreme Differences Absolute ,150 Positive ,150 Negative -,100 Kolmogorov-Smirnov Z ,519

Asymp. Sig. (2-tailed) ,950

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Dari hasil pengolahan data tersebut di atas, besarnya nilai

Kolmogorov Smirnov adalah 0,519 dan signifikansinya pada 0,950 yaitu

lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data

4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya

ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi yang

baik mensyaratkan tidak adanya masalah heterokedastisitas (Priyatno, 2012).

Berikut hasil pengujian heterokedastisitas yang telah dilakukan.

Gambar 4.5

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Gambar 4.6

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Metode pengambilan keputusan pada uji heterokedastisitas dengan melihat scatterplot yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak

jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi.

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar dengan

pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka

dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terjadi masalah

4.2.2.3 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel independen atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linier yang

sempurna atau mendekati sempurna. Model regresi yang baik

mensyaratkan tidak adanya masalah multikolinearitas (Priyatno, 2012).

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai Tolerance, VIF

(Variance Inflation Factor), dan korelasi diantara variabel independen.

Jika nilai Tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi

multikolinearitas, sedangkan apabila nilai Tolerance < 0,10 dan VIF > 10

maka terjadi multikolinearitas. Di samping itu, suatu model dikatakan

terdapat gejala multikolinearitas apabila korelasi diantara variabel

independen lebih besar dari 0,9 (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinearitas

dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.5 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coeffici ents T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant) ,191 ,123 1,549 ,160 Biaya Perekrutan 6,647E-13 ,000 ,095 ,290 ,779 ,779 1,284

Biaya Gaji 1,331E-13 ,000 ,242 ,482 ,642 ,330 3,031

Biaya Bonus

-2,230E-13 ,000 -,388 -,720 ,492 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Dari tabel 4.5 untuk variabel terikat kinerja perusahaan di atas, diketahui

bahwa nilai Tolerance untuk biaya perekrutan adalah 0,779, nilai

Tolerance biaya gaji 0,330, nilai Tolerance biaya bonus 0,287. Nilai VIF

untuk biaya perekrutan 1,284, nilai VIF untuk biaya gaji 3,031, nilai VIF

untuk biaya bonus 3,481. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen, dengan dasar

nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak ada yang

melebihi 5,00. Tabel 4.6 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant ) ,353 ,475 ,742 ,479 Biaya Perekruta n -5,648E-12 ,000 -,056 -,639 ,541 ,779 1,284 Biaya Gaji 6,303E-12 ,000 ,792 5,932 ,000 ,330 3,031 Biaya Bonus -1,708E-12 ,000 -,205 -1,431 ,190 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Pencapaian Perusahaan Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Dari tabel 4.6 untuk variabel terikat pencapaian perusahaan di atas,

dengan yang sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel independen, dengan

dasar nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak

ada yang melebihi 5.

4.2.1.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dar residual untuk pengamatan satu dengan pengamatan lain yang disusun

menurut runtun waktu (Priyatno, 2012). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang

lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series.

Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test) untuk

mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, dengan pengambilan keputusan

sebagai berikut:

1. Jika dU < DW < 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi.

2. Jika DW < dL atau DW > 4-dL maka terjadi autokorelasi.

3. Jika dL < DW < dU atau 4-dU < DW < 4-dL maka tidak ada keputusan

yang pasti.

Tabel 4.7

Hasil Uji Durbin Watson Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,577a ,334 ,084 ,0563757 1,240

a. Predictors: (Constant), Biaya Bonus, Biaya Perekrutan, Biaya Gaji b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Hasil pengujian pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson

adalah 1,240. Nilai dL dan dU dilihat dari tabel Durbin-Watson pada

signifikansi 0,05, n=12, dan k=4 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah

variabel independen). Diperoleh dL= 0,5120 dan dU= 2,1766. Dengan

demikian, dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson terletak pada daerah

dL < DW < dU (0,5120 < 1,240 < 2,1766). Dapat disimpulkan bahwa tidak

ada keputusan yang pasti untuk autokorelasi pada model regresi. Hal ini

karena pola variabel yang memang mempunyai keterkaitan untuk setiap

Tabel 4.8 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,976a ,953 ,935 ,2171673 1,273

a. Predictors: (Constant), Biaya Bonus, Biaya Perekrutan, Biaya Gaji b. Dependent Variable: Pencapaian Perusahaan

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Hasil pengujian pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai

Durbin-Watson adalah 1,273. Nilai dL dan dU dilihat dari tabel Durbin-Watson

pada signifikansi 0,05, n=12, dan k=4 (n adalah jumlah data dan k adalah

jumlah variabel independen). Diperoleh dL= 0,5120 dan dU= 2,1766.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa nilai Durbin-Watson terletak

pada daerah dL < DW < dU (0,5120 < 1,273 < 2,1766). Dapat disimpulkan

bahwa tidak ada keputusan yang pasti untuk autokorelasi pada model

4.2.1.5 Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam uji F digunakan

hipotesis sebagai berikut:

- H5 : b1≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0

Artinya proporsi pencatatan akuntansi sumber daya manusia, proporsi

biaya pelatihan, biaya gaji, serta biaya bonus secara simultan

berpengaruh terhadap kinerja dan pencapaian perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika F hitung < F tabel dan Signifikansi > 0,05, maka H5 ditolak

- Jika F hitung > F tabel dan Signifikansi < 0,05, maka H5diterima

Berikut hasil uji F yang diperoleh melalui pengolahan data dengan

menggunakan software SPSS 18.

Tabel 4.9

Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,013 3 ,004 1,334 ,330a Residual ,025 8 ,003 Total ,038 11

a. Predictors: (Constant), Biaya Bonus, Biaya Perekrutan, Biaya Gaji b. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah 1,334. Nilai F

tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada signifikansi 0,05, df1= k-1=

4-1= 3, dan df2= n-k= 12-4= 8, yaitu 4,066181. Dapat diketahui bahwa nilai

F hitung < F tabel (1,334 < 4,066181), dan signifikansi > 0,05 (0,330 >

0,05), maka H5 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa biaya

pelatihan, biaya gaji, dan biaya bonus secara simultan tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

Tabel 4.10

Hasil Uji Simultan (Uji F) ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7,641 3 2,547 54,004 ,000a Residual ,377 8 ,047 Total 8,018 11

a. Predictors: (Constant), Biaya Bonus, Biaya Perekrutan, Biaya Gaji b. Dependent Variable: Pencapaian Perusahaan

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai F hitung adalah 54,004. Nilai

F tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada signifikansi 0,05, df1=

k-1= 4-k-1= 3, dan df2= n-k= 12-4= 8, yaitu 4,066181. Dapat diketahui

bahwa nilai F hitung > F tabel (54,004 > 4,066181), dan signifikansi <

0,05 (0,000 < 0,05), maka H5 diterima. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa biaya pelatihan, biaya gaji, dan biaya bonus secara

4.2.1.6 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berikut hasil uji t yang diperoleh

melalui pengolahan data dengan menggunakan software SPSS 18.

Tabel 4.11 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant ) ,191 ,123 1,549 ,160 Biaya Perekruta n 6,647E-13 ,000 ,095 ,290 ,779 ,779 1,284 Biaya Gaji 1,331E-13 ,000 ,242 ,482 ,642 ,330 3,031 Biaya Bonus -2,230E-13 ,000 -,388 -,720 ,492 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Kinerja Perusahaan

Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Pengujian masing-masing variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Pencatatan Akuntansi SDM terhadap Kinerja Perusahaan.

- H1 : b1 ≠ 0, artinya proporsi Pencatatan Akuntansi SDM secara parsial berpengaruh terhadap Kinerja Perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H1 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H1 diterima.

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 0 (dianggap

tidak ada karena data yang diperoleh konstan). Nilai t tabel yang

diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi)

dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat diketahui bahwa

nilai t hitung < t tabel (0,00 < 2,841244) dan signifikansi < 0,05 (0,00 <

0,05), maka H1 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

proporsi Pencatatan Akuntansi SDM secara parsial tidak berpengaruh

terhadap Kinerja Perusahaan.

2. Pengaruh Biaya Perekrutan Terhadap Kinerja Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H2 : b2 ≠ 0, artinya proporsi biaya perekrutan secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H2 diterima.

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 0,290. Nilai

t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025

(uji 2 sisi) dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat

diketahui bahwa nilai t hitung < t tabel (0,290 < 2,841244) dan

signifikansi > 0,05 (0,779 > 0,05), maka H2 ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa proporsi biaya perekrutan secara parsial tidak

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

3. Pengaruh Biaya Gaji Terhadap Kinerja Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H3 : b3 ≠ 0, artinya biaya gaji secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H3 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H3 diterima.

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 0,482. Nilai

t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025

(uji 2 sisi) dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat

dapat disimpulkan bahwa biaya gaji secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4. Pengaruh Biaya Bonus Terhadap Kinerja Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H4 : b4 ≠ 0, artinya proporsi biaya bonus secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H4 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H4 diterima.

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -0,720. Nilai

t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025

(uji 2 sisi) dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat

diketahui bahwa nilai t hitung < t tabel (-0,720 < 2,841244) dan

signifikansi > 0,05 (0,492 > 0,05), maka H4 ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa biaya bonus secara parsial tidak berpengaruh

Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 (Constant ) ,353 ,475 ,742 ,479 Biaya Perekruta n -5,648E-12 ,000 -,056 -,639 ,541 ,779 1,284 Biaya Gaji 6,303E-12 ,000 ,792 5,932 ,000 ,330 3,031 Biaya Bonus -1,708E-12 ,000 -,205 -1,431 ,190 ,287 3,481

a. Dependent Variable: Pencapaian Perusahaan Sumber: Data yang diolah Peneliti, 2012

Pengujian masing-masing variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh Pencatatan Akuntansi SDM terhadap Pencapaian Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H1 : b1 ≠ 0, artinya proporsi Pencatatan Akuntansi SDM secara parsial berpengaruh terhadap Pencapaian Perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H1 diterima.

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 0 (dianggap

tidak ada karena data yang diperoleh konstan). Nilai t tabel yang

diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi)

dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat diketahui bahwa

nilai t hitung < t tabel (0,00 < 2,841244) dan signifikansi < 0,05 (0,00 <

0,05), maka H1 ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

proporsi pencatatan akuntansi SDM secara parsial tidak berpengaruh

terhadap pencapaian perusahaan.

2. Pengaruh Biaya PerekrutanTerhadap Pencapaian Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H2 : b2 ≠ 0, artinya biaya perekrutan secara parsial berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H2 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H2 diterima.

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -0,639. Nilai

t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025

signifikansi > 0,05 (0,541 > 0,05), maka H2 ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa proporsi biaya perekrutan secara parsial tidak

berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan.

3. Pengaruh Biaya Gaji Terhadap Pencapaian Perusahaan.

Diuji dengan hipotesis:

- H3 : b3 ≠ 0, artinya biaya gaji secara parsial berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H3 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H3 diterima.

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah 5,932. Nilai

t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 = 0,025

(uji 2 sisi) dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat

diketahui bahwa nilai t hitung > t tabel (5,932 > 2,841244) dan

signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05), maka H3 diterima. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa biaya gaji secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap pencapaian perusahaan.

4. Pengaruh Biaya Bonus Terhadap Pencapaian Perusahaan.

- H4 : b4 ≠ 0, artinya proporsi biaya bonus secara parsial berpengaruh terhadap pencapaian perusahaan.

Pengambilan keputusan:

- Jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel, signifikansi > 0,05,

maka H4 ditolak.

- Jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel, signifikansi < 0,05

maka H4 diterima.

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa nilai t hitung adalah -0,1431.

Nilai t tabel yang diperoleh dari tabel statistik pada sigifikansi 0,05 : 2 =

0,025 (uji 2 sisi) dengan df= n-k-1 = 12-4-1 = 7, yaitu 2,841244. Dapat

diketahui bahwa nilai t hitung < t tabel (-0,1431 > -2,841244) dan

signifikansi > 0,05 (0,190 > 0,05), maka H4 ditolak. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa biaya bonus secara parsial tidak berpengaruh

terhadap pencapaian perusahaan.

Dokumen terkait