• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.4 Analisis Hasil Penelitian

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi yang berkenaan langsung pada guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Pada bagian ini dilakukan analisis data dari jawaban hasil wawancara. Pertanyaan dalam hal ini mengenai kompetensi pedagogik guru berdasarkan permendiknas No 16 Tahun 2007 di SMP Negeri 1 XIII Koto Kampar Tahun Ajaran 2017/2018 yang dibagi menjadi sepuluh indikator, masing-masing indikator terdapat beberapa pertanyaan sebagai berikut:

32 Tabel 3. Penilaian Kompetensi Pedagogik Guru IPA di SMP Negeri 1 XIII Koto

Kampar.

No Indikator Kriteria Refleksi

1 Menguasai karakteristik karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Kompeten Guru IPA sudah Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip

Kompeten Guru IPA sudah Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

Kompeten Guru IPA sudah Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan

Kompeten Guru IPA sudah Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

33

No Indikator Kriteria Refleksi

10 Melakukan tindakan

refleksi untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran

Kompeten Guru IPA sudah Melakukan tindakan refleksi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

Rata-Rata Keseluruhan indikator Kompeten Sumber: Dari Hasil Data Mentah (2018)

1.4.1 Menguasai Karakteristik Peserta Didik Dari Aspek Fisik, Moral, Spiritual, Sosial, Kultural, Emosional, Dan Intelektual.

Indikator 1 mengenai tentang menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Pada indikator ini terdapat 6 item pertanyaan dari lembar wawancara guru IPA di SMP Negeri 1 XIII Koto Kampar. Untuk item 1 membahas mengenai bagaimana cara bapak/ibu guru memahami karakteristik peserta didik dengan intelektual. Dari hasil wawancara, subjek mengetahui intelektual peserta didik berdasarkan hasil belajarnya, dari keaktifan dikelas dan dari tugas yang diberikan kepada peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh guru IPA (G1) ibu GW yang mengajar dikelas VII mengatakan bahwa untuk mengetahui intelektual siswa, guru tersebut melakukan pengamatan berdasarkan keaktifan siswa tersebut dan menghubungkan dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa tersebut, sebagaimana ungkapan beliau:

“Untuk mengetahui karakteristik siswa yang pintar, tentu kita harus melihat keaktifan nya didalam kelas, kemudian juga kita lihat hasil belajarnya, kalau sejalan maka bisa di simpulkan kalau siswa itu pintar” (wawancara 2018).

Sama hal nya dengan guru IPA (G2) ibu NL yang mengajar dikelas VIII mengatakan bahwa untuk melihat kemampuan intelektual peserta didik dapat dilihat dari keaktifan siswa tersebut, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, yang mana beliau mengamati keaktifan siswa dan menghubungkan dengan nilai data

34 hasil pencapaian siswa tersebut, baik disegi akademik maupun non akademik, Ungkapan ibu NL sebagai berikut:

“Untuk melihat intelektuan siswa ibuk melihat dari keaktifan siswa tersebut” (wawancara 2018).

Jadi dari sisi tersebut guru IPA dapat menilai dan mengetahui intelektual peserta didik dengan cara melihat hasil dan kemampuan siswa dalam belajar.

Pendapat yang sama juga diungkapkan kepala sekolah selaku informan bahwa guru IPA dapat memahami kemampuan intelektual yang dimiliki oleh siswa. seperti ungkapan beliau

“Sudah, karena setiap hari bertemu dengan siswa tentu guru sudah mengenali karakteristik peserta didiknya. Mungkin juga karena siswa disini tidak terlalu banyak, maka tidak terlalu sulit menghafal karakteristik peserta didik satu per satu. Sebagai seorang pendidik, guru tidak boleh membeda-bedakan siswa yang memiliki intelektual yang tinggi, sedang maupun yang rendah. Karena pada hakikatnya semua siswa itu sama” (wawancara 2018)

Kemudian dilanjutkan hasil wawancara Bersama siswa informan (S1)

“Ibuk itu sering bertanya dan cenderung memperhatikan kami belajar buk. (S2) Dengan cara diberi latihan, kadang juga disuruh maju kedepan satu-persatu” (wawancara 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA, kepalah sekolah dan juga siswa informan dapat disimpulkan bawah Guru IPA memahami karakteristik peserta didik berdasarkan intelektualnya dengan cara melihat hasil ulangan, latihan dan juga hasil ujian peserta didik. Baik ujian yang berbentuk soal tertulis maupun soal lisan. Sebelum memulai proses pembelajaran, guru harus terlebih dahulu mengenali karakteristik peserta didik, terutama intelektualnya, dimana guru dapat mengetahui kemampuan siswa akan mempermudah interaksi antara guru dan siswa saat belajar. Kemudian juga dengan pemahaman demikian, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik.

Menurut Mulyasa (2013: 122) intelektual adalah kemampuan mental yang bersifat umum (general ability) untuk membuat atau mengadakan analisa,

35 memecahkan masalah, menyesuaikan diri dan merupakan kesanggupan berfikir seseorang. Peserta didik merupakan individu unik yang memiliki intelektual yang berbeda-beda. Oleh karena itu seorang guru harus memahami karakteristik setiap peserta didik, khususnya kemampuan intelektual karena merupakan syarat bagi guru agar guru berhasil dalam proses pembelajaran. Selanjutnya menurut Suprihatiningrum (2013: 102) sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami oleh guru dari siswa yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif (pengetahuan).

Untuk item 2 tentang bagaimana cara guru memahami karakteristik peserta didik dengan sosial – emosionalnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA(G1) ibu GW untuk menilai karakteristik peserta didik berdasarkan sosial-emosionalnya dapat dilihat dari hubungan antar teman disekolah dan tingkahlaku siswa dalam kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh guru IPA (G1) ibu GW bahwa

“Untuk melihat sosial-emosional siswa itu dapat kita lihat hubungan antar teman nya, misalnya dalam mengerjakan latihan, kerja sama dalam kelompok” (wawancara 2018).

Sedangkan guru IPA (G2) ibu NL mengungkapkan untuk menilai karakteristik peserta didik berdasarkan sosial-emosionalnya dapat dilihat dari tingkah laku siswa tersebut, baik dalam keseharian dalam belajar, maupun dalam cara berdiskusi dalam kelompok disekolah. Seperti yang diungkapkan ibu NL bahwa

“Dapat dilihat dari tingkahlaku siswa dalam keseharian dia saat belajar. Cara dia bertanya kepada guru, cara dia brdiskusi dengan teman kelompoknya.” (wawancara 2018).

Dan dari hasil wawncara siswa informan guru IPA (SI1) mengatakan bahwa

“Biasanya ibuk itu melihat kami pada saat belajar kelompok buk, apakah kami kompak dan bekerja sama dalam kelompok atau tidak”

(wawancara 2018). Sama halnya dengan (SI2) mengatakan bahwa

“Ibuk itu melihat ada atau tidak nya buku, misalnya tidak punya buku disuruh kami belajar kelompok” (wawancara 2018).

36 Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA dan siswa informan dapat disimpulkan bahwa guru IPA mengetahui karakteristik peserta didik berdasarkan sosial-emosionalnya berdasarkan kebiasaan dan tingkah laku siswa dalam keseharian disekolah dan juga didalam kelompok. Keberadaan guru dengan siswa maupun siswa sama siswa harus saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dengan mudah dapat memahami karakteristik sosial emosional antara sesamanya. Menurut Yususf dan Sughandi (2013: 72) berkat diperolehnya perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya ataupun dengan lingkungan sekitar masyarakatnya. Dalam proses pembelajaran disekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat difasilitasi atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok. Dengan melaksanakan tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa dan bertanggung jawab.

Item 3 tentang Bagaimana cara memahami karakteristik peserta didik