BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
E. Analisis Hasil Wawancara dengan Guru Mengenai Hambatan yang
Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran
matematika di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta selama lima kali pertemuan,
peneliti mengamati bahwa karakteristik PMRI yang ada, belum
sepenuhnya dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini mungkin
penerapan PMRI dalam kegiatan pembelajaran matematika di SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta.
Sesuai dengan salah satu tujuan penelitian, yaitu “Mengetahui
kendala atau hambatan yang dialami oleh guru dalam menerapkan PMRI
pada kegiatan pembelajaran matematika di kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta”, maka untuk mengetahui hambatan yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan PMRI pada kegiatan pembelajaran matematika,
peneliti melakukan wawancara dengan guru dan kemudian melakukan
analisis dari hasil wawancara tersebut. Dari hasil wawancara tersebut
ditemukan beberapa faktor penghambat implementasi PMRI, yaitu :
1. Keterbatasan Waktu
Guru mengeluhkan bahwa untuk menerapkan PMRI dalam
kegiatan pembelajaran, dibutuhkan waktu yang lebih banyak
dibandingkan dengan cara mengajar guru pada umumnya. Guru juga
harus meluangkan waktu yang lebih untuk mempersiapkan materi yang
akan diajarkan dengan pendekatan PMRI. Disamping itu guru harus
melaksanakan kurikulum yang ada, dan guru juga harus menyelesaikan
serta menjelaskan materi kepada siswa sesuai dengan batas waktu yang
diberikan. Sehingga guru pun tidak dapat memilih PMRI seutuhnya
sebagai metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
matematika. Hal ini ditunjukkan dalam hasil wawancara berikut :
12. G : “Tapi sebagai guru itu, waktu terbatas. saya pernah ditanya Pak Marpaung, pilih pelan-pelan nggak selesai tapi anak bisa atau selesai tapi anak nggak bisa. Ya kita nggak bisa pilih itu, karena kan ada kurikulum, ada UNAS. Memang
kurikulumnya KTSP, tapi UNASnya? Itu sulit. Nek bagusnya bagus PMRI. Tapi ya itu tadi. Kalau mau full dipakai terus semuanya, pertama, mengacu UNAS, itu ya sulit. Tahu sendiri kan anak-anaknya begitu kan, nggak mungkin akan
selesai.”
2. Kurangnya Ketersediaan Materi dari Tim PMRI
Menurut guru, tidak adanya panduan atau acuan untuk pegangan
guru dalam menerapkan PMRI pada kegiatan pembelajaran menjadi
suatu hambatan untuk mengimplementasikan PMRI tersebut. Guru
menyatakan kesiapannya untuk mengajar dengan pendekatan PMRI
ketika materi memang sudah disediakan oleh tim PMRI, sehingga hal
tersebut dapat mengurangi peluang kesalahan guru dalam mengajarkan
materi kepada siswa terutama dalam penerapan soal-soal dengan
menggunakan pendekatan PMRI, seperti yang dipaparkan oleh guru
dalam cuplikan wawancara berikut :
42. G : “Kendala itu memang materi itu harus diisi nek menurut saya.
Kalau itu tidak ada buku dari PMRI, kalau dilepas ke guru takutnya salah lho Mbak. Tidak semua guru, itu. menurut saya pribadi, ya kalau menerangkan bisa, tapi kalau soal-soal tertentu, kayak misalnya, toh tidak semua soal bisa diterapkan PMRI. Kalau masalah materi, menurut saya selagi ada acuannya, penuntunnya, ya nggak ada masalah. Menurut saya, jangan dilepas karena nanti bisa-bisa malah salah, itu
tadi, nggak ada ujinya, ternyata diterapkan salah.”
Guru juga mengemukakan pendapatnya demikian :
12. G : “….menurut saya, kalau mau ngambil contoh-contoh, sendiri lho ya, mbuat sendiri lho ya, beda dengan kalau sudah ada buku, oh ini cocok ini diambilkan dari ini, ini cocok dengan konsep PMRI. Tapi kalau dituntut kita mencari sendiri, itu kan butuh pengujian. Jangan-jangan ini nanti malah nggak bisa dipakai dalam soal yang lain. ….”
3. Kemampuan Siswa yang Cenderung Menengah ke Bawah
Guru mengemukakan bahwa PMRI tidak bisa diterapkan pada
siswa-siswa yang mempunyai kemampuan menengah ke bawah. Hal
ini disebabkan karena siswa yang mempunyai kemampuan menengah
kebawah tidak mempunyai disiplin yang tinggi dalam mengikuti
pelajaran. Sehingga ketika guru memberi waktu kepada siswa untuk
mengeksplorasi kemampuannya dengan mencoba segala cara dalam
menyelesaikan suatu permasalahan, yang terjadi adalah siswa ribut dan
berbicara dengan temannya. Siswa yang mempunyai kemampuan
menengah kebawah cenderung hanya menyerap hal yang mudah saja.
Sebagai contoh, ketika diberikan penjelasan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, siswa merasa bahwa itu mudah, namun ketika
siswa dihadapkan untuk mengerjakan soal, mereka tidak bisa
mengaplikasikannya untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Berikut
cuplikan wawancara dengan guru.
24. G : “PMRI juga tidak bisa untuk anak-anak yang dibawah kemampuan, kemampuannya pas-pasan atau kurang. Karena dia akan menyerapnya ya mudah thok, tapi ketika dia dihadapkan pada soal yang bervariasi, tetep saja.”
25. P : “Tapi kalau PMRI kan pembelajarannya mengacu pada kontekstual, kehidupan sehari-hari. Mungkin akan lebih mudah dibayangkan oleh siswa.”
26. G : “Betul. Makanya, itu bisa. Tapi pada saat ketemu soal yang lebih-lebih itu. Kalau pas menerangkannya, anak diminta aktifitasnya, itu lebih mudah. Makanya tak katakana itu bagus. Tapi nanti pada saat dikasih soal, blank anak-anak itu. Seneng pembelajarannya, tapi pada saat ketika dia mengaplikasikan itu ke soal yang disodorkan di buku-buku itu, sulit. Itu butuh dituntun, dibukakan jalan pemikirannya.
Kalau anak-anak itu kemampuannya menengah ke bawah, itu sulit membayangkan, harus dituntun, lha padahal PMRI kan dibiarkan dulu, supaya muncul ide dari anak-anak,
nggak jalan mbak, malah ngobrol.”
4. Kurangnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan PMRI, maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang
mencukupi. PMRI identik dengan pembelajaran yang bertolak dari
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dibayangkan
oleh siswa. Maka terkadang dibutuhkan alat peraga ataupun media
yang lain untuk menunjang penerapan PMRI. Dalam hal ini, guru
memaparkan kurangnya dukungan dari sekolah dalam hal sarana dan
prasarana juga menjadi salah satu faktor penghambat implementasi
PMRI pada kegiatan pembelajaran. Hal ini dikemukakan oleh guru
dalam cuplikan wawancara berikut :
12. G : “….Tapi sebagai guru itu, waktu terbatas, apalagi sarana prasarana juga kan terbatas juga. …”
Guru juga memaparkan mengenai ketidaktersedianya sarana
prasarana dari sekolah guna menunjang penerapan PMRI pada
kegiatan pembelajaran. berikut adalah cuplikan wawancaranya.
16. G : “…,sarana prasarana. Kalau kita mau minta dukungan sekolah, kalau kita sendiri yang minta kan nggak enak juga. Kalau kita mau keluar sendiri, mungkin bagi saya bisa, ….”
Dalam penerapan karakteristik PMRI di kelas, selain hambatan yang
dipaparkan oleh guru dalam wawancara, peneliti melihat adanya kendala
lain yang menghambat penerapan karakteristik PMRI, diantaranya adalah :
1. Situasi kelas yang tidak kondusif
Situasi kelas sangat tidak kondusif, dikarenakan letak kelas yang
berada dekat dengan jalan raya dan batas antar kelas yang tidak
memadahi, sehingga suara bising sangat dominan di dalam kelas.
Hal ini tentunya akan menghambat kegiatan pembelajaran. Siswa
yang duduk di belakang cenderung akan tidak memperhatikan
pelajaran dikarenakan mereka tidak dapat mendengar dengan
jelas apa yang disampaikan oleh guru.
2. Strategi pembelajaran PMRI lebih sukar untuk dilaksanakan
Pembelajaran PMRI bukan hanya berbeda dari cara mengajar
guru pada umumnya, tetapi juga jauh lebih sukar dalam
melaksanakannya. Memberikan bimbingan kepada siswa agar ia
bisa memahami berbagai konsep matematika melalui berbagai
macam kegiatan eksporatif tanpa harus terkesan menggurui, lebih
sulit daripada mengajar secara langsung.
3. Siswa yang masih cenderung mengedepankan guru sebagai
sumber ilmu
Kecenderungan siswa yang menganggap guru sebagai sumber
ilmu, menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dalam kegiatan
sehingga siswa hanya tinggal mengikuti segala sesuatu yang
diajarkan oleh guru.
4. Siswa masih berorientasi pada nilai, bukan pemahaman terhadap
materi
Para siswa yang berorientasi pada nilai dapat menghambat
penerapan PMRI dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan para
siswa tidak lagi terlalu mempedulikan mengenai pemahaman
mereka terhadap suatu materi, namun mereka hanya berpikir
bagaimana mereka akan mendapatkan nilai yang baik, sehingga
metode PMRI tidak dapat berjalan dengan baik.