B. Hasil Penelitian
3. Analisis Hukum
Hukum pidana materil merupakan isi atau subtansi dari hukum pidana itu sendiri, disini hukum pidana bermakna abstak atau dalam keadaan diam. Sedangkan hukum pidana formil bersifat nyata atau konkret, disini hukum pidana dalam keadaan bergerak atau dijalankan atau berada dalam suatu proses. Sebelum membahas bagaimana penerapan hukum pidana dalam kasus yang penulis teliti, maka terlebih dahulu diuraikan apa sebenarnya yang dimaksud dengan hukum pidana materil. Terkait dengan hal itu, Simons menyatakan bahwa:
“Hukum pidana materil mengadung petunjuk-petunjuk dan uraian-urian delik, peraturan-peraturan tentang syarat-syarat hal dapat dipidananya seseorang (strafbaarfeit), penunjukan orang yang dapat dipidana dan
ketentuan tentang pidananya, ia menetapkan siapa dan bagaiamana orang itu dapat dipidana”.44
Selain itu, penjelasan mengenai hukum pidana materil juga dapat dijumpai dalam definisi hukum pidana yang dikemukakan oleh Moeljatno, yang mengatakan bahwa :
“Hukum pidana adalah sebagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk (1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. (2) menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagiamana yang diancamkan”.45
Dari dua pendapat ahli di atas, baik simons maupan moeljatno berpandangan bahwa orang yang dapat dipidana adalah orang yang dalam keadaan tertentu telah melakukan suatu perbuatan, yang mana perbuatan tersebut telah diatur oleh ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai perbuatan yang dapat dihukum.
Kasus I, Kasus II, dan Kasus III pada penelitian ini berbeda, hukum tindak pencurian pada kasus ini dengan korban PTPN IX dan pelaku adalah warga sekitar perkebunan milik PTPN IX. Tindak pidana pencurian yang diatur dalam KUHP belum bisa diterapkan pada kasus ini dikarenakan PTPN IX menyadari bahwa perkebunan terletak di sekeliling pemukiman warga. Apabila Undang-undang pidana pencurian benar-benar diterapkan maka masyarakat akan menilai negatif kepada PTPN, hal ini dikhawatirkan
44 PAF Lamintang dan Theo Lamintang, Delik – Delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 54.
akan timbul konflik antara PTPN IX dengan masyarakat, sehingga apabila ada kasus pencurian getah karet kasus akan berakhir damai dengan didamaikan oleh pihak kepolisian bersama aparat Desa dan korban PTPN IX.
Alasan lain pada kasus I, kasus II, dan kasus III tidak dilanjutkan pada laporan Polisi dan dilimpahkan pada pengadilan atau dilakukan dengan jalan damai, pelaku I mengakui segala kesalahan yang ia perbuat dan pelaku mengaku bahwa dia mengambil getah hanya satu kali dan itu ia lakukan karena tidak punya uang untuk menghidupi keluarga, berikut pengakuan pelaku I saat peneliti mewawancarai pelaku I.
“Ya mas, saat itu saya mengambil getah karet lump yang sudah jatuh di tanah, sekarang saya kapok,saya memohon maaf atas perbuatan yang saya lakukan, saya itu melakukan pencurian ini hanya satu kali aja, dan saya berjanji tidak akan melakukan perbuatan tersebut, saya juga jelaskan bahwa ini saya lakukan untuk menghidupi anak istri, saja juga meminta untuk jangan sampai di penjara, itu mas yang saya katakan pada pak polisi. setelah kejadian itu malah PTPN menawari saya sebidang tanah untuk digarap ditanami jagung dan lain-lain disela-sela pohon karet yang masih kecil dan saya disuruh menjaganya” .46
Penuturan dari pelaku I di benarkan oleh petugas keamanan yang menyatakan bahwa petugas keamanan bertugas sesuai dengan prosedur yang ada, yaitu menangkap pelaku pencurian kemudian di bawa kekantor untuk dilaporkan ke pihak polisi. Setelah laporan kepihak polisi kasus
46
Hasil Wawancara dengan Bapak Sugiman (tersangka) Pada Tanggal 14 April 2016 pukul 09.30 WIB.
pencurian biasanya di akhiri dengan perdamaian. Berikut penuturan dari petugas keamanan
Ya mas sebagai petugas keamanan PTP kalau ada yang tertangkap tangan mencuri ya kami tangkap dan kami bawa kekantor kemudian kami teruskan ke pihak kepolisian, biasanya kasus pencurian ini tergolong kecil dengan pelaku warga sekitar perkebunan, tapi kasus pencurian ini sepanjang saya menjadi keamanan disini tidak ada yang di penjara.47
Pihak perusahaan membenarkan bahwa pihaknya selalu mengambil keputusan yang dirasa adil yaitu menempuh jalur damai untuk menyelesaikan kasus pencurian, pihak perusahaan menginginkan ada kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat. Untuk menempuh jalur hukum itu bagi pihak perusahaan dirasa sangat riskan karena perusahaan menyadari bahwa letak geografis dari perkebunan milik perusahaan terletak di tengah-tengah perkampungan warga dan di kelilingi oleh pemukiman penduduk dan jumlah barangbukti ciruan yang sedikit antara 1 – 10 kg, disisi lain perusahaan ingin menjalin hubungan baik dengan masyarakat, apabila perusahaan melanjutkan kasus pencurian ke persidangan maka hal yang dikhawatirkan adalah akan terjadinya konflik antara perusahaan dan masyarakat karena dilihat dari bukti curian karet tersebut tidak dalam jumlah banyak, perusahaan tidak menghendaki hal seperti itu, damai adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan semua masalah. Alasan lain adalah apabila ada pencuri tertangkap dan telah di bawa ke pihak kepolisian maka ada istilah titip pelaku sehingga perusahaan menyediakan uang rokok bagi oknum-oknum kepolisian, ini dirasa sangat merugikan perusahaan di bandingkan dengan barangbukti karet yang telah dicuri sehingga mulai tahun 2015 ada peraturan bahwa apabila petugas – petugas keamanan PTPN IX menangkap pencuri karet maka hanya disita hasil curiannya dan pelaku langsung dilepaskan.48
Begitu juga penuturan dari pelaku II, dimana menurut pengakuanya ia hanya mengambil sisa getah karet yang tertempel di pohon menggunakan
47
Hasil Wawancara dengan Bapak Miswanto selaku keamanan lapangan PTPN IX Pada Tanggal 20 April 2016 Pukul 09.00 WIB.
48
Hasil Wawancara Dengan Bapak Agung Prasetyo, SP.MM Administratur (ADM) PTPN IX Kebun Getas Salatiga Pada tanggal 25 April 2016 Pukul 10.00 WIB.
alat pencungkil dan ember sebagai wadahnya, karena pelaku II tidak mengetahui bahwa yang diambil itu ternyata getah karet yang belum di ambil oleh pekerja PTPN IX maka pelaku II dianggap mencuri dan di tangkap oleh pihak keamanan, berikut hasil wawancara peneliti dengan pelaku II
Benar mas yang mas katakan pada saat itu sebenarnya saya tidak bermaksud mencuri getah karet yang ada di perkebunan PTPN, yang saya tahu getah tersebut sebelumnya sudah diambil oleh para pekerja PTPN dan saya mengambil sisa-sisa getah karet.saya dianggap oleh petugas keamanan mencuri getah tersebut dan saya di tangkap.
Soal kasus saya, saya mengakui semua perbuatan saya mas, saya disuruh membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan pencurian karet. untungnya pihak PTPN mengampuni perbuatan saya. Dan PTPN bersedia untuk memaafkan perbuatan saya49. Pernyataan pelaku II juga di benarkan oleh pihak keamanan yang selalu melakukan patroli di PTPN ia membenarkan bahwa setiap kasus yang terjadi pada PTPN selalu berakhir dengan damai karena perusahaan menghendaki hal seperti itu.50
Pelaku III menuturkan bahwa ketika ia tertangkap tangan sedang melakukan aksi pencurian. menurut penjaga keamanan, ia mengakui semua tuduhan yang dilontarkan oleh pihak keamanan perkebunan ia membenarkan bahwa ia mengambil getah karet yang sedang disadap, tapi ia mengambil getah karet dalam ukuran kecil, kemudian ia meminta maaf kepada pihak perwakilan perusaan dan berjanji tidak akan melakukan
49
Hasil Wawancara Dengan Bapak Mukhlasin (tersangka) pada Tanggal 15 April 2016 Pukul 11.00 WIB
50
Hasil Wawancara dengan Bapak Miswanto selaku keamanan lapangan Pada Tanggal 20 April 2016 Pukul 09.00 WIB.
mengambil barang yang bukan merupakan miliknya. Ia juga membuat surat pernyataan yang disaksikan oleh pihak kepolisian, dan korban yaitu pihak PTPN, berikut penuturan dari pelaku III tentang pencurian yang ia lakukan.
Ya benar mas saya dulu ditangkap oleh pihak keamanan PTPN karena saya mengambil getah karet, saya sudah kapok dan saya tidak akan mencuri lagi, yang saya curi kalau dijual itu paling harganya sekitar Rp 15.000 tetapi karena tertangkap, pihak kepolisian mewakili perusahaan meminta uang damai senilai Rp 1.500.000 ya sudah dari pada saya masuk penjara lebih baik saya bayar uang itu 51.
Penulis juga berkesempatan untuk mewawancarai anggota kepolisian sektor Bringin (Polsek Bringin) beliau mengatakan bahwa tidak pernah ada sama sekali laporan dan penanganan tentang pencurian getah karet.52
Apabila dianalisis menggunakan kitab undang-undang hukum pidanan Kasus I, Kasus II, dan Kasus III dalam pencurian getah karet milik PTPN IX merupakan tindak pidana pencurian biasa, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 362 KUHP yang memiliki unsur obyektif. Menurut rumusan Pasal 362 KUHP. Kata mengambil dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari, memegang barangnya dan mengalihkannya ke tempat lain.53 Unsur yang dilarang dan diancam dengan hukuman dalam kejahatan ini adalah perbuatan mengambil, yaitu membawa sesuatu benda dibawah kekuasaannya secara mutlak dan nyata.54 Pada pengertian mengambil barang, yaitu memindahkan penguasaan nyata terhadap suatu
51
Hasil Wawancara Dengan Bapak Basri (tersangka) Pada Tanggal 16 April 2016 Pukul 14.00 WIB
52
Hasil Wawancara Dengan Bapak AIPDA Subandi Anggota Kepolisian Sektor Bringin (POLSEK Bringin) Kab. Semarang Pada Tanggal 4 Mei 2016 Pukul 11.00 WIB
53
Wirdjono Prodjodikoro, 1986. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. PT.Eresco. Hlm15
54
P.A.F. Lamintang dan C.Djasman Samosir, 1981. Delik-delik Khusus. Tarsito. Bandung. Hlm.148
barang ke dalam penguasaan nyata sendiri dari penguasaan nyata orang lain,ini tersirat pula terjadinya penghapusan atau peniadaan penguasaan nyata sendiri dari penguasaan nyata orang tersebut, namun dalam rangka penerapan pasal ini tidak dipersyaratkan untuk di buktikan. Karena seandainya kemudian si pelaku tertangkap dan barang itu di kembalikan kepada si pemilik asal.
Barang yang seluruh atau sebagaian kepunyaan orang lain dengan pengertian bahwa barang juga telah mengalami proses perkembangan. Semula barang ditafsirkan sebagai barang-barang yang berwujud dan dapat dipindahkan sebagai atau bergerak, tetapi kemudian ditafsirkan sebagai setiap bagian dari harta benda seseorang. Barang itu harus ditafsirkan sebagai sesuatu yang mempunyai nilai dalam kehidupan ekonomi seseorang. Barang tidak perlu kepunyaan orang lain secara keseluruhan karena sebagaian dari barang saja dapat menjadi obyek pencurian.
Pelaku sadar bahwa barang yang diambilnya merupakan milik orang lain. Maksud memiliki barang bagi diri sendiri itu terwujud dalam berbagai jenis perbuatan, yaitu: menjual, memakai, memberikan kepada orang lain, menggadaikan menukarkan, merubah dan sebagainya. Jadi setiap penggunaan barang yang dilakukan pelaku seakan-akan sebagai pemilik. Maksud untuk memiliki barang itu tidak tidak perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada. Meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap tangan terlebih dahulu, karena kejahatan pencurian telah selesai apabila perbuatan mengambil barang telah selesai.
Upaya pencegahan kejahatan pencurian getah karet oleh warga sekitar perkebunan dapat berarti menciptakan suatu kondisi tertentu agar tidak terjadi kejahatan. Penanggulangan kejahatan dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian yang luas, maka pemerintah beserta masyarakat sangat berperan. Bagi pemerintah adalah keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat. Peran pemerintah yang begitu luas, maka kunci dan strategis dalam menanggulangi kejahatan meliputi ketimpangan sosial, diskriminasi nasional, standar hidup yang rendah, pengangguran dan kebodohan di antara golongan besar penduduk. Secara sempit lembaga yang bertanggung jawab atas usaha pencegahan kejahatan adalah polisi. Namun karena terbatasnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh polisi telah mengakibatkan tidak efektifnya tugas mereka. Lebih jauh polisi juga tidak memungkinkan mencapai tahap ideal pemerintah, sarana dan prasarana yang berkaitan dengan usaha pencegahan kejahatan. Oleh karena itu, peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan kejahatan pencurian menjadi hal yang sangat diharapkan.
upaya-upaya awal yang dilakukan oleh pihak perusahaan PTPN IX untuk mencegah terjadinya tindak pidana adalah dengan menanamkan nilai-nilai atau norma yang baik sehingga norma-norma tersebut terinternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun ada kesempatan untuk melakukan
pelanggaran/kejahatan tapi tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan.
Upaya-upaya Preventif merupakan tindak lanjut dari upaya yang masih dalam tataran pencegahan sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya Preventif yang ditekankan oleh PTPN IX adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan, seperti ada orang ingin mencuri getah karet tetapi kesempatan itu dihilangkan karena ada penjaga hutan yang sedang berpatroli yang ada ditempatkan di pos jaga, dengan demikian kesempatan menjadi hilang dan tidak terjadi kejahatan. Penanggulangan kejahatan secara preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya atau timbulnya kejahatan yang pertama kali. Mencegah kejahatan lebih baik daripada mencoba untuk mendidik penjahat menjadi lebih baik kembali.
Upaya represif dilakukan pada saat telah terjadi tindak pidana/kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum (law enforcement). Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan secara konsepsional yang ditempuh setelah terjadinya kejahatan . Penanggulangan dengan upaya represif dimaksudkan untuk menindak para pelaku kejahatan sesuai dengan perbuatannya serta memperbaikinya kembali agar mereka sadar bahwa perbuatan yang dilakukannya merupakan perbuatan yang melanggar hukum dan merugikan masyarakat, sehingga tidak akan mengulanginya dan orang lain juga tidak akan melakukannya mengingat sanksi yang akan ditanggungnya sangat berat. Upaya represif yang dilakukan oleh PTPN IX adalah upaya perdamaian secara
kekeluargaan seperti yang sudah dijelaskan di awal yaitu apabila ada pencurian getah karet dan pelakunya tertangkap maka hasil curian disita serta diselesaikan dengan cara damai dan kekeluargaan.