BAB V ANALISIS DATA
B. Analisis implikasi nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan intrakurikuler terhadap karakter siswa di MTs Ma’arif Klego Ponorogo
Dalam kegiatan intrakurikuler ini, banyak yang dapat dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter siswa, yaitu :
1. Pembiasaan baca Al-Qur’an
Pembiasaan baca Al-Qur’an ini dilaksanakan setiap hari sebelum
proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peserta didik di dampingi oleh pendidik atau anggota OSIS untuk membaca Al-Qur’an bersama. Yang
bertujuan ketika lulus nanti para peserta didik bisa hafal minimal jus am’ma
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembiasaan baca Al-Qur’an setiap hari, siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo yang
75 Nur Isna Aunilah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: Laksana, 2011), 18-19.
mulanya belum sepenuhnya bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar,
maka sekarang menjadi lumayan faseh dalam hal bacaannya. Serta memiliki sifat religius, mau menghargai pendapat orang lain, gemar membaca
Al-Qur’an setiap waktu, mampu memanfaatkan waktu luang untuk selalu beribadah kepada Allah. Dan juga yang dulu awal masuk belum bisa mengontrol diri saat bersama teman, sekarang menjadi lebih bertoleransi terhadap apa yang terjadi, khususnya temannya sendiri.
Karena membaca Al-Qur’an merupakan pekerjaan yang utama, yang
mempunyai berbagai keistimewaan dan kelebihan dibandingkan dengan membaca bacaan yang lain. Sesuai dengan arti Al-Qur’an secara etimologi adalah bacaan, karena Al-Qur’an diturunkan memang untuk dibaca. Banyak
hadis yang menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, diantaranya
sebagai berikut :
a) Menjadi manusia yang baik
b) Mendapatkan kenikmatan tersendiri. c) Derajat yang tinggi.
d) Bersama para malaikat. e) Syafaat Al-qur’an.
f) Kebaikan membaca Al-qur’an.
g) Keberkahan Al-qur’an.76
2. Shalat Dhuha
Banyak manfaat dari shalat dhuha. Dalam hal ini peserta didik di MTs
Ma’arif Klego Ponorogo dituntut untuk selalu melaksanakan shalat dhuha berjamaah yang dilaksaksanakan setiap hari pada pukul 07.00 sebelum melakukan pembelajaran dimulai dan sebelum membaca Al-Qur’an. Dengan adanya shalat dhuha, siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo menjadi
disiplin dalam melakukan ibadah shalat, entah shalat wajib maupun sunah. Pembiasaan shalat dhuha berjamaah ini bertujuan agar siswa-siswi MTs
Ma’arif Klego Ponorogo sadar akan pentingnya ibadah shalat, dan mampu
memanfaatkan waktu luang sebaik mungkin.
Dalam hal ini, masih ada sebagian siswa yang kurang kesaradarannya dalam melakukan shalat dhuha berjamaah, karena faktor kemalasan dan mungkin belum terbiasa melakukan shalat dhuha. Disinilah para guru selalu semangat dan memberi motivasi kepada siswa-siswi MTs Ma’arif Klego
Ponorogo untuk mengikuti kegiatan intrakurikuler shalat dhuha tersebut. Jika masih ada yang tidak mengikuti dengan sengaja, maka akan diberi sanksi yakni dengan meminta tanda tangan semua guru dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dan Alhamdulillah sekarang sudah semakin berkurang anak-anak yang suka melanggar peraturan sekolah. Ketika sudah memasuki waktu shalat dhuha, mereka tidak lagi menunggu perintah dari guru-guru, mereka sadar dengan sendirinya. Melakukan dengan ikhlas menuju masjid.
Serta bertanggung jawab saat disuruh untuk menjadi imam shalat, tidak lagi menolak maupun banyak alasan.
Karena shalat dhuha termasuk salah satu shalat sunnah, waktu mengerjakannya sejak matahari terangkat satu tombak sampai tenggelamnya matahari. Akan tetapi yang paling afdhal dilakukan pada seperempat siang.
Jumlah minimal rakaat pada shalat dhuha adalah dua raka’at dan maksimal delapan raka’at.77
Tujuan diadakannya kegiatan tersebut, adalah sebagai nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo melalui pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan oleh sekolah. Kegiatan intrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah juga merupakan implikasi dari pendidikan karakter untuk siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo. Melalui pembiasaan shalat dhuha, siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo
diharapkan menjadi terbiasa untuk melakukan budaya religi dimanapun berada, baik di sekolah maupun diluar sekolah.
3. Tartil Qur’an
Didalam MTs Ma'’rif Klego tersebut para peserta didik juga melaksanakan kegiatan tartil Qur’an setiap hari Sabtu pada jam istirahat sekitar pukul 10.00.
77 Abdul Qadir Ar-Rahbawi, Fikih Shalat Empat Madzah, (Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2011), hal 287.
Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa, dengan bacaan yang baik dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifatnya sebagaimana yang dijelaskan dalam ilmu Tajwid. Makhraj al-huruf artinya membaca huruf-hurufnya sesuai dengan tempat keluarnya seperti tenggorokan, di tengah lidah, antara dua bibir, dan lain-lain78.
Dengan diadakannya tartil Qur’an. Siswa-siswi MTs Ma’arif Klego
Ponorogo akan bisa memahami bacaan-bacaan yang ada di Al-Qur’an sehingga dapat membaca dengan sempurna. Karena membaca Al-Qur’an
biasanya dengan tergesa-gesa, secara cepat tapi belum tepat, belum memahami panjang pendeknya huruf. Setelah diadakan pembinaan tartil
Qur’an ini siswa-siswi MTs Ma’arif Klego Ponorogo dapat memahami makhrajul huruf Al-Qur’an.Lebih kreatif dalam membaca Al-Qur’an serta
dengan nada suara yang indah. 4. Muhadharah
Muhadharah sering diartikan ssebagai kegiatan latihan pidato semata.
Namun di MTs Ma’arif Klego Ponorogo kegiatan muhadharah dikembangkan menjadi beberapa hal yang lebih spesifik dalam mempersiapkan para peserta didik ketika kelak terjun di masyarakat.Kegiatan muhadharah ini dikoordinatori oleh ketua OSIS yang dilaksanakan pada hari Sabtu sehabis shalat Dhuha. Kegiatan muhadharah ada dua cara, yakni muhadharah sugra dan muhadharah kubra. Muhadharah sugra dilaksanakan setiap seminggu
sekali, setiap kelas salah satu siswa ditugaskan untuk perwakilan kekelas lain, dan setiap minggu berbeda orang. Misalnya kelas A ditugaskan ke kelas B, kelas B ditugaskan ke kelas C, dan seterusnya. Selalu bergiliran, tidak berada dikelasnya sendiri. Sedangkan muhadharah kubra dilaksanakan setiap mau semesteran, petugasnya salah satu madrasah yang terbaik, maka dipilih untuk mewakilinya. Disini kan MTs sama MA jadi satu, maka nanti akan ada dua petugas dari perwakilan madrasah, dan berpresentasi didepan semua anggota madrasah.
Banyak definisi yang dibuat untuk merumuskan pengertian dakwah yang intinya adalah mengajak manusia kejalan Allah agar mereka berbahagia di dunia dan di akhirat. Sebenarnya dakwah itu bisa dipahami sebagai materi,
sebagai perbuatan, dan sebagai pengaruh. Dalam bahasa arab, da’wat atau da’watun bisa digunakan untuk arti: undangan, ajakan dan seruan yang
kesemuanya menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi pihak lain. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa dakwah ialah usaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan tingkah laku
seperti apa yang didakwahkan oleh da’i. Setiap da’i dari agama apapun pasti
berusaha mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka.79
Dari berbagai paparan di atas dapat disimpulkan bahwasannya kegiatan intrakurikuler memiliki berbagai model dan pengimplementasiaannya yang
berbeda-beda. Seperti pembiasaan-pembiasaan shalat Dhuha, baca Qur’an,
pembinaan muhadharah, tartil Al-Qur’an. Serta 5S (senyum, sapa, salam, sopan,
dan santun). Dengan kegiatan intrakurikuler tersebut maka siswa-siswi MTs
Ma’arif Klego Ponorogo akan memiliki nilai karakter yang religius, disiplin, kreatif, mandiri, gemar membaca, tanggung jawab dan lain sebagainya. Dalam hal ini bertujuan untuk nilai-nilai pendidikan karakter pada siswa agar menjadi lebih baik dimasa sekarang dan masa akan datang.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
Hasil penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan intrakurikuler di MTs Ma’arif Klego Ponorogo dapat disimpulkan bahwa:
1. Model pendidikan karakter di MTs Ma’arif Klego Ponorogo yakni
menggunakan model pembiasaan, keteladanan, pembinaan dengan melalui muhadharah, tartil Qur’an, shalat Dhuha, baca Qur’an dan lain sebagainya.
Dengan adanya kegiatan tersebut, diharapkan nantinya dapat mencetak lulusan-lulusan yang berilmu, berakhlak baik dan tentunya memiliki karakter yang baik dimanapun berada.
2. Pelaksanaan pendidikan karakter dilaksanakan setiap hari dan dengan waktu yang berbeda-beda. Seperti muhadharah dilaksanakan pada hari Sabtu sehabis shalat Dhuha dan dikoordinatori oleh OSIS. Kegiatan muhadharah ada dibagi 2 cara, yakni muhadharah besar dilaksanakan setiap semesteran dan
muhadharah kecil setiap satu Minggu sekali. Kemudian tartil Qur’an
dilaksanakan setiap hari Sabtu jam 10:00an sekitar waktu istirahat. Kemudian shalat Dhuha, dalam hal ini peserta didik di MTs Ma’arif Klego Ponorogo
dituntut untuk selalu melaksanakan shalat Dhuha berjamaah yang dilaksaksanakan setiap hari pada pukul 07.00 sebelum melakukan pembelajaran dimulai dan sebelum membaca Al-Qur’an. Yang terakhir
Pembiasaan baca Al-Qur’an yang dilaksanakan setiap hari sebelum proses
pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini peserta didik di dampingi oleh pendidik atau anggota OSIS untuk membaca Al-Qur’an bersama. Yang bertujuan ketika lulus nanti para peserta didik bisa hafal minimal jus am’ma
dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan hasil tenemuan penelitian, sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, peneliti memberi saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk kepala sekolah, agar meningkatkan lagi dan nilai-nilai pendidikan karakter kepada semua pihak guru maupun siswa-siswi khususnya di MTs
Ma’arif Klego Ponorogo, sehingga visi dan misi sekolah bisa tercapai dengan maksimal.
2. Untuk guru PAI, agar meningkatkan dan mengembangkan pelajaran yang bersifat pendidikan karakter pada siswa-siswi supaya suasana proses pembelajaran mencapai tujuan yang diinginkan, serta memperhatikan siswa-siswinya dalam kegiatan intrakurikuler di sekolah.
3. Untuk siswa-siswinya dengan adanya nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan intrakurikuler, siswa-siswi diharapkan selalu aktif dan sadar dengan sendirinya tanpa harus ada perintah yang sudah diterapkan di sekolah, khususnya dalam pendidikan karakter yaitu dengan mengikuti kegiatan intrakurikuler. Sehingga para siswa-siswi memiliki karakter yang baik.
4. Untuk peneliti berikutnya, dengan skripsi ini diharapkan agar lebih mengembangkan lagi tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diterapkan pada sekolah.