• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indeks Kepuasan Masyarakat Bidang Pendidikan

Dalam dokumen Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik (Halaman 30-38)

Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam sistem masyarakat modern. Tujuan pelayanan publik adalah untuk menyediakan pelayanan yang terbaik bagi publik atau masyarakat. Pelayanan yang terbaik adalah pelayanan yang memenuhi apa yang dijanjikan atau apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Pelayanan terbaik akan membawa implikasi terhadap kepuasan publik atas pelayanan yang diterima.

Salah satu jenis layanan publik yang sangat mendasar bagi masyarakat adalah sektor pendidikan. Pada pasal 5, Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu penyusunan indeks kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dilakukan untuk melihat sejauhmana tingkat kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan khususnya yang ada di wilayah pemerintah kota Yogyakarta.

Indeks Menurut Tingkatan Pendidikan

Penilaian indeks kepuasan layanan pendidikan dalam hal ini diukur dengan menggunakan enam indikator meliputi: 1. Metode Pembelajaran, 2. Metode evaluasi belajar, 3. Kinerja guru, 4.

Fasilitas sekolah, 5. Tata kelola sekolah dan 6. etika pelayanan. Besaran angka indeks kepuasan pengguna layanan berkisar dari angka 0 sampai dengan 1. Semakin dekat indeks kepuasan terhadap angka 1, maka semakin puas masyarakat pengguna layanan terhadap kualitas layanan. Sebaliknya semakin jauh indeks kepuasan terhadap angka 1 (dekat dengan angka 0) maka semakin tidak puas masyarakat pengguna layanan terhadap kualitas layanan.

Secara umum tingkat kepuasan layanan pendidikan pada sekolah negeri di lingkungan pemerintah kota Yogyakarta berdasarkan persepsi siswa sudah cukup tinggi dengan rentang indeks berkisar antara 0,76 s/d 0,82. Perbedaan indeks diantara masing-masing jenjang tidak terlalu siginifikan, namun demikian jika dibandingkan Kualitas layanan pendidikan pada level pendidikan dasar (SD dengan indeks 0,82 dan SMP dengan indeks 0,81) memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi dibandingkan pada level pendidikan menengah (SMA dengan indeks 0,78 dan SMK dengan indeks 0,76)(Lihat, Bagan 1).

Dari indeks kepuasaan layanan Pendidikan SD menunjukkan bahwa indeks kepuasan tertinggi untuk siswa Sekolah Dasar adalah pada etika pelayanan sebesar 0.98. Kemudian baru disusul fasilitas sekolah 0,88, tata kelola sekolah 0,76, metode pembelajaran 0,76, metode evaluasi belajar 0,73 dan terakhir kinerja guru 0,71.

Angka penilaian ini dapat dikatakan cukup baik dan tentunya sangat positif bagi pengembangan siswa untuk sekolah lebih lanjut. Tingginya indeks kepuasan untuk kategori etika pelayanan ini dimungkinkan karena pada saat pendidikan sekolah dasar orientasi pembelajaran kepada siswa lebih diarahkan pada penanaman budi pekerti siswa sehingga menjadi sangat logis ketika penilaian siswa SD terhadap etika pelayanan ini cukup tinggi. Untuk fasilitas sekolah juga menunjukkan angka indeks yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa persoalan fasilitas tidak menjadi kendala bagi siswa SD.

Angka indeks berikutnya disusul tata kelola sekolah. Dalam konteks ini sudah ada pengelolaan dan ruang publik yang lebih terbuka dan transparan dalam pengembangan proses pembelajaran di sekolah. Situasi ini menjadi penting bagi pengembangan iklim di sekolah yang lebih demokratis sehingga harapannya mampu mendorong partisipasi anak sekolah sejak usia dini.

Indeks untuk metode pembelajaran sama dengan indeks untuk tata kelola sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasakan kemudahan dalam memahami pelajaran-pelajaran di sekolah dan merasa puas atas proses pembelajaran yang dilakukan sekolah. Setelah metode pembelajaran, indeks kepuasan siswa SD berikutnya adalah kepuasan terhadap evaluasi belajar dan kinerja guru. Meskipun angka indeks untuk hal tersebut lebih rendah dibandingkan yang lain akan tetapi angka indeks masih cukup bagus. Artinya, tingkat kepuasan siswa terhadap evaluasi belajar sudah cukup baik . Demikian juga penilaian siswa terhadap kinerja guru yang dapat dikatakan masih cukup baik. Paling rendahnya indeks terhadap kinerja guru dimungkinkan karena untuk SD ada beberapa guru yang merangkap mengajar untuk beberapa mata kuliah sehingga pelayanan menjadi tidak optimal.

Sama halnya dengan siswa SD indeks kepuasan layanan pendidikan untuk SMP menunjukkan bahwa indeks kepuasan tertinggi untuk siswa SMP pada etika pelayanan sebesar 0.83. Kemudian disusul metode evaluasi belajar 0,76, metode pembelajaran 0,73, kinerja guru 0,71, tata kelola sekolah 0,65 dan fasilitas sekolah 0,61. Tingginya akan indeks untuk kategori etika pelayanan tersebut dikarenakan orientasi pembelajaran di sekolah menengah masih menekankan pada pentingnya etika dan budi pekerti pada siswa. Pemahaman etika dalam proses pendidikan memiliki arti strategis bagi perkembangan perilaku anak di kemudian hari. Para siswa SMP yang menjadi responden juga memberikan penilaian yang cukup baik dalam metode evaluasi belajar, metode pembelajaran dan kinerja guru. Ini artinya mereka sudah merasa puas denganaspek tersebut. Sementara kategori yang mendapatkan indeks terendah untuk siswa SMP adalah tata kelola sekolah dan fasilitas sekolah. Ini tentunya sangat ironis mengingat dua aspek tersebut

merupakan aspek pendukung yang dibutuhkan oleh sekolah untuk mengembangkan proses pembelajaran yang lebih baik.

Untuk indeks kepuasan layanan pendidikan SMA berbeda dengan indeks kepuasan layanan pendidikan SD dan SMP. Metode pembelajaran memperoleh indeks kepuasan tertinggi yaitu sebesar 0,82, disusul fasilitas sekolah 0,77, kinerja guru 0,75, etika pelayanan 0,73, metode evaluasi belajar 0,73 dan terakhir justru pada tata kelola sekolah yang dapat dikatakan cukup rendah 0,58. Nilai tertinggi untuk metode pembelajaran tersebut mengindikasikan bahwa proses pembelajaran di SMA telah semakin bervariatif, tidak sekedar model ceramah saja akan tetapi juga sudah mulai menggabungkan dengan metode diskusi dan analisis. Hal ini wajar mengingat untuk usia anak SMA mereka sudah memiliki rasionalitas berfikir yang lebih dibandingkan anak SD dan SMP. Dengan demikian proses diskusi dan pengembangan ketajaman analisis siswa SMA untuk mengamati berbagai kasus dapat lebih berkembang.

Tingginya indeks untuk proses pembelajaran ini paralel dengan nilai indeks metode evaluasi belajar yang cukup baik. Artinya proses pembelajaran di sekolah SMA sudah berjalan baik. Setelah indeks kepuasan untuk metode pembelajaran tersebut, indeks fasilitas sekolah,kinerja guru dan etika pelayanan juga cukup baik. Aspek-aspek ini tentunya menjadi sangat penting bagi pengembangan proses pembelajaran di sekolah. Cukup tingginya indeks kepuasan untuk etika pelayanan ini sangat positif dalam mengembangkan mentalitas dan kepribadian anak. Usia anak SMA adalah usia yang sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan pergaulan sehingga persoalan pengembangan etika pelayanan dan juga budi pekerti di sekolah SMA perlu menjadi perhatian. Untuk kepuasan layanan pendidikan SMA ini angka kategori terendah adalah tata kelola sekolah dan angkanya berbeda cukup jauh dengan angka indeks yang lain. Rendahnya tata kelola ini menunjukkan bahwa ada persoalan dalam proses komunikasi dan informasi antara pihak sekolah, pihak siswa dan pihak orang tua siswa.

Untuk indeks kepuasan layanan pendidikan SMK menunjukkan bahwa indeks kepuasan tertinggi adalah pada etika pelayanan sebesar 0,75, metode pembelajaran 0,73, fasilitas sekolah 0,72, metode evaluasi belajar 0,65, kinerja guru 0,62 dan tata kelola sekolah 0,62. Indeks kepuasan tertinggi untuk etika pelayanan ini sama dengan indeks kepuasan untuk siswa SD dan siswa SMP. Dengan menekankan pada lulusan yang siap pakai (siap kerja) maka tingginya indeks untuk aspek ini dikarenakan pihak sekolah mungkin menempatkan pentingnya etika pelayanan sebagai bekal kerja bagi mereka. Dengan demikian, setelah memasuki dunia kerja para siswa diharapkan mampu membiasakan tentang kebiasaan menjalankan etika pelayanan ini. Setelah indeks kepuasan untuk etika pelayanan, indeks metode pembelajaran, fasilitas sekolah juga cukupbaik. Tingginya angka indeks untuk aspek ini dimungkinkan karena di tingkat SMK metode pembelajaran yang baik dan fasilitas sekolah yang lengkap akan mendukung bagi terwujudnya lulusan SMK yang siap pakai kerja. Meskipun perbedaan tidak terlalu mencolok akan tetapi angka indeks untuk metode pembelajaran dan fasilitas sekolah tidak diikiti oleh indeks untuk evaluasi belajar, kinerja guru dan tata kelola sekolah. Padahal indeks untuk kepusan kinerja guru sangat penting untuk mendukung terwujudnya lulusan SMK yang siap pakai.

Indeks Menurut Indikator Kepuasan Siswa

Metode pembelajaran merupakan salah satu indikator penting dalam menilai kepuasan layanan pendidikan. Efektif tidaknya proses pembelajaran di sekolah sangat tergantung pada ketepatan metode pembelajaran yang diterapkan oleh para guru. Dengan penyampaian metode pembelajaran yang benar akan memberikan kemudahan pada siswa dalam memahami setiap pelajaran.

Metode pembelajaran pada layanan pendidikan SMA memiliki indeks kepuasan paling tinggi dengan skor (0,82) diikuti SD (0,76) serta SMP dan SMK memiliki skor yang sama (0,73). Meskipun indeks kepuasan dalam metode pembelajaran rata-rata dianggap cukup memuaskan, namun beberapa hal masih perlu mendapatkan perhatian. Sebagaimana telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan, Proses pembelajaran perlu dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberi ruang untuk melakukan prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. (pasal 19).

Oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap layanan pendidikan para guru dituntut mampu menyampaiakan materi pelajaran secara efektif, guru perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar para siswa lebih mudah dalam memahami materi pelajaran, para guru perlu memberikan bahan bacaan yang sesuai dengan isi dan materi pelajaran yang diajarkan serta membiasakan para siswa berdiskusi/tanya jawab untuk mendalami materi yang telah diajarkan.

Metode evaluasi belajar juga merupakan indikator yang ikut menentukan dalam menilai kepuasan layanan pendidikan. Evaluasi pembelajaran merupakan instrument penting guna mengontrol kemampuan siswa dalam mencerna setiap pelajaran yang disampaikan oleh para guru di sekolah, serta sekaligus dapat mengontrol para guru sejauhmana materi yang telah diajarkan dapat diterima oleh para siswa. Metode evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan pemberian soal-soal ulangan harian maupun dengan melakukan try out serta ujian akhir sekolah.

Dari data indeks tersebut, tampak bahwa dalam pelaksanaan evaluasi belajar secara umum siswa masih memiliki kesulitan dalam memahami soal-soal yang diberikan oleh para guru untuk setiap pelajaran, keluhan tersebut banyak dialami oleh para siswa terutama pada jenjang pendidikan SMK, karena selama ini evaluasi yang dilakukan lebih banyak mengacu pada materi untuk SMU yang standar kompetensinya sangat berbeda dengan SMK. oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan layanan pendidikan dalam hal evaluasi belajar ke depan perlu dipertimbangkan adanya keseimbangan bobot materi evaluasi yang disesuaikan dengan standar kompetensi pada masing-masing jenjang pendidikan.

Kualitas layanan pendidikan sangat ditentukan oleh sejauhmana kemampuan guru dalam menyampaikan materi setiap mata pelajaran . Oleh karena itu sesuai dengan standar pendidik, sebagai agen pembelajaran guru tidak cukup dengan memiliki kualifikasi akademik yang berupa ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan, tetapi juga perlu didukung oleh kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang memadai. (pasal 28).

Indeks kepuasan siswa terhadap kinerja guru pada setiap jenjang pendidikan berkisar antara skor 0,62 s/d 0,75. Indeks pada sekolah SMU memiliki nilai paling tinggi sebesar 0,75 dan terendah pada level pendidikan SMK (0,62). Sedangkan pada sekolah SD dan SMP memiliki indeks sama sebesar 0,71. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum di sekolah pada setiap level layanan pendidikan kinerja guru masih dianggap belum memuaskan pengguna/siswa. Oleh karena itu untuk meningkatkan kepuasan layanan pendidikan Guru dituntut untuk lebih menguasai materi yang diajarkan kepada siswa, serta mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi para siswa dalam belajar .Suasana tersebut dapat diciptakan melalui berbagai metode/teknik mengajar

secara kreatif dan bervariasi, serta menggunakan berbagai media termasuk memanfaatkan teknologi informasi maupun dengan memanfaatkan berbagai sumber bacaan/referensi yang memadai. Membiasakan diskusi dan tanya jawab dengan para siswa merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kreativitas berfikir para siswa. Untuk mendukung kemampuan dan profesionalisme guru tersebut perlu didukung oleh fasilitas yang memadai baik menyangkut kompensasi/penghargaan yang sesuai kepada guru, peningkatan kualifikasi akademik melalui beasiswa, pelatihan-pelatihan, seminar workshop metode pembejaran serta didukung oleh fasilitas yang memadai seperti buku perpustakaan, sarana teknologi informasi, dan sebagainya.

Kepuasan layanan pendidikan juga sangat tergantung pada ketersediaan fasilitas (sarana dan prasarana ) yang dimiliki sekolah, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Standar sarana dan prasarana yang yang perlu dipenuhi oleh setiap sekolah berdasarkan PP No 19 tahun 2005, meliputi; (1) jenis peralatan laboratorium IPA, lab. Bahasa, lab. Komputer; (2) standar jumlah peralatan menurut rasio minimal jumlah alat per peserta didik; (3) standar jumlah buku dan judul buku di perpustakaan; (4) kalayakan isi buku teks pelajaran; (5) kelayakan lahan untuk bangunan dan pertamanan; (6) standar lahan (luas klas/ruang) dalam rasio luas lahan per peserta didik; (7) standar letak lahan dengan mempertimbangkan kemudahan akses bagi peserta didik untuk menjangkaunya. (pasal 44).

Penilaian siswa tentang kepuasan layanan pendidikan terhadap fasilitas sekolah/sarana dan prasarana pembelajaran baik secara kuantitas maupun kualitas yang meliputi sarana pendidikan seperti ruang kelas dan kelengkapannya, ketercukupan sarana laboratorium, fasilitas penunjang kegiatan ekstrakulikuler serta ruang perpustakaan yang ada di sekolah. Nilai indeks kepuasan siswa terhadap fasilitas sekolah berkisar antara 0,61 s/d 0,88. Fasilitas di sekolah SMP memiliki indeks yang paling rendah (0,61) sedangkan pada jenjang pendidikan SD indeks fasilitas sekolah menduduki peringkat paling tinggi dengan indeks (0,88). Tingginya skor kepuasan terhadap Fasilitas pendidikan pada jenjang SD dapat dipahami karena umumnya tuntutan siswa SD belum begitu banyak sesuai dengan apa yang diketahuinya . Sementara pada jenjang SMP fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh sekolah masih dirasa kurang memadai sebagaimana kebutuhan yang diinginkan para siswa terutama menyangkut sarana laboratorium .

Sarana dan prasarana pendukung pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh setiap sekolah tidak hanya diukur secara kuantitas yakni ketercukupan sarana pendidikan seperti ruang kelas dan kelengkapannya, ketercukupan sarana laboratorium, fasilitas penunjang kegiatan ekstrakulikuler (kesenian, Olah raga dan keagamaan)serta ruang perpustakaan dan koleksi bukunya yang memadai, tetapi juga perlu diperhatikan kualitasnya yakni menyangkut kenyamanan lingkungan sekolah, kebersihan lingkungan sekolah, penataan ruang (ruang belajar & perpustakaan). perawatan, kemudahan akses serta kenyamanan bagi siswa dalam mendukung pembelajaran.

Tata kelola merupakan bagian penting dalam penilaian kepuasan pelayanan publik. Sekolah sebagai intistusi formal yang memberikan pelayanan pendidikan dalam pengelolaanya perlu mengedepankan prinsip-prinsip pelayanan partisipasif, terbuka, responsif dan akuntabel. Sebagaimana juga telah diatur dalam PP No 19 pasal 49 yang menekankan pentingnya Standar pengelolaan dengan mengimplementasikan manajemen pendidikan berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan adanya; kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntablitas.

Penilaian kepuasan terhadap layanan pendidikan dari parameter tata kelola dapat dilihat dari seberapa cepat para pengelola sekolah baik kepala sekolah, wali kelas maupun para guru mata pelajaran dalam memberikan respon terhadap keluhan-keluhan yang disampaikan para siswa di sekolah. Dan seberapa sering para siswa diajak berdialog dengan pihak sekolah untuk pengambilan keputusan di sekolah baik yang berkaitan dengan persoalan prestasi belajar maupun sumbangan yang akan diebankan kepada para siswa/orang tua di sekolah.

dalam hal tata kelola sekolah pada berbagai jenjang pendidikan menunjukkan indeks yang belum begitu memuaskan dengan rank angka indeks antara 0,58 – 0,76. Tata kelola pada SMU memiliki indeks yang paling rendah sedangkan SD memiliki indeks paling tinggi dalam hal tata sekolah. Hal ini sangat mungkin dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Tuntutan siswa SMU maupun SMK terhadap tata kelola sekolah terhadap isyu-isyu transparansi, akuntabilitas dan responsivitas dalam pelayanan lebih tinggi dari pada siswa SD maupun SMP, seiring dengan meningkatkatnya wawasan, pengetahuan dan kesadaran para siswa dalam proses demokrasi yang telah banyak diaungkap dalam berbagai media .

Oleh karena itu untuk lebih meningkatkan kepuasan dalam pelayanan pendidikan pihak sekolah perlu lebih transparan dan memberikan kemudahan akses bagi siswa untuk memperoleh informasi baik menyangkut keuangan sekolah (RAPBS) , beasiswa, pemanfaatan dana/ sumbangan-sumbangan maupun berbagai kebijakan lainnya yang akan memberi dampak pada siswa. Sekolah juga perlu bersikap lebih responsive terhadap setiap keluhan yang disampaikan siswa, respon bisa diberikan oleh siapa saja yang terlibat dalam pelayanan baik kepala sekolah, wali kelas, guru pelajaran, guru BK maupun para staf tata usaha. Selain itu sekolah juga dituntut lebih partisipasif dalam setiap proses pengambilan keputusan di sekolah melalui pertemuan-pertemuan, berdialog untuk menampung aspirasi siswa maupun mencari solusi terhadap persoalan-persoalan yang ditemui di sekolah. Dengan adanya proses komunikasi yang baik juga sekaligus dapat memelihara kepercayaan masyarakat terhadap pihak sekolah.

Etika pelayanan merupakan indicator penting dalam penilaian kepuasan layanan. Etika pelayanan dapat ditunjukkan dengan adanya keadilan perlakuan, yakni apakah guru telah memberikan perlakuan yang adil terhadap semua siswa, terkait hak-hak dan kewajiban siswa, seperti teguran, pujian, pemberian kesempatan berkembang, hukuman, dll. Di samping itu juga dapat ditunjukkan dengan adanya kerahaman dan kesopanan, yakni bagaimana persepsi siswa terhadap sikap guru dengan siswa, apakah guru dipandang ramah, sopan, dan menghargai siswa atau bersikap arogan, sewenang-wenang, dan sebagainya. Penilaian terhadap etika dalam pelayanan pendidikan dalam hal ini ditunjukkan dengan bagaimana para guru di sekolah mengajarkan sikap dan prilaku untuk memberikan keteladanan bagi pembentukan budi pekerti siswa, serta bagaimana sikap dan perlakuan guru terhadap para siswa disekolah.

Secara umum dengan melihat angka indeks kepuasan mengenai etika pelayanan pada semua jenjang pendidikan sudah dianggap memuaskan, terutama pada jenjang pendidikan SD dan SMP. Hal ini menunjukkan bahwa para guru di sekolah masih terus selalu menanamkan nilai-nilai budi pekerti kepada para siswa melalui tradisi salaman pagi, do’a bersama, maupun mengajarkan etika pergaulan, sikap hormat maupun tentang etika dalam berpakaian.

Di samping itu dalam hal etika pelayanan para siswa juga merasakan bahwa keteladanan para guru juga telah ditunjukkan dengan bersikap tidak diskriminatif dalam pelayanan terhadap para siswa baik karena latar belakang status sosialnya, jenis kelamin, perbedaan agama, asal daerah maupun berdasarkan prestasi siswa. Hal tersebut menunjukkan bahwa para guru telah cukup adil dalam memberikan pelayanan terhadap siswa.

Kesimpulan

Secara umum, tingkat kepuasan siswa terhadap metode pembelajaran sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa –siswa sudah merasakan kepuasan terkait dengan metode pembelajaran yang disampaikan di sekolah. Paling tingginya indeks kepuasan untuk siswa SMA dikarenakan proses pembelajaran di SMA yang lebih menekankan pada proses diskusi di kelas dan partisipasi aktif siswa

sehingga siswa SMA tersebut merasa puas dan menikmati pelajaran yang diberikan oleh guru-guru mereka. Dengan model ini maka pembelajaran yang dilakukan menjadi tidak membosankan.

Tingkat kepuasan siswa terhadap metode evaluasi belajar memperlihatkan bahwa angka indeks kepuasan tertinggi adalah siswa SMP, kemudian baru disusul dengan angka indeks untuk siswa SD dan siswa SMA, kemudian yang terakhir siswa SMK. Angka ini menunjukkan bahwa untuk sekolah-sekolah umum sudah menerapkan evaluasi belajar secara baik. Ini memang wajar mengingat di sekolah-sekolah umum penekanan terhadap aspek kognitif siswa lebih utama jika dibandingkan dengan siswa-siswa di sekolah kejuruan yang lebih menenkankan pengembangan skill dan ketrampilan siswa.

Tingkat kepuasan siswa terhadap kinerja guru tertinggi ada siswa SMA, dan yang terendah pada siswa SMK. Tingginya indeks kepuasan terhadap kinerja guru untuk siswa SMA ini paralel dengan tingginya indeks siswa SMA untuk metode pembelajaran. Penempatan guru di SMA yang lebih menekankan pada kualifikasi dan kompetensi dapat menjadi indikator yang menyebabkan angka indeks untuk kepuasan terhadap kinerja guru ini cukup baik. Dengan kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya memungkikan para guru SMA menerapkan metode pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi para siswa SMA. Perolehan indeks kepuasan siswa SMA ini berbanding terbalik dengan indeks kepuasan terhadap siswa di SMK. Paling rendahnya indeks kepuasan untuk siswa SMK ini menunjukkan bahwa kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki guru SMK belum memenuhi kriteria yang diinginkan oleh siswa. Tingkat harapan (ekspektasi) siswa SMK pada kemampuan guru yang lebih menguasai materi-materi pelajaran, masih menjadi isu peting bagi para siswa SMK.

Tingkat kepuasan siswa terhadap fasilitas sekolah memperlihatkan bahwa kepuasaan tertinggi dirasakan oleh siswa Sekolah Dasar sebesar, kemudian disusul siswa SMA, siswa SMK dan siswa SMP. Data ini menunjukkan bahwa keberadaan fasilitas sekolah untuk anak siswa SD, SMA dan SMK dirasakan sudah cukup representatif guna mendukung proses pembelajaran di sekolah. Fasilitas dan prasarana yang ada di sekolah, laboratorium, kebersihan, prasarana perpusataakan dan ragam kegiatan ekstrakurikuler dipandang sudah memuaskan siswa untuk mendukung proses pembelajaran. Sementara untuk SMP angka indeks menunjukkan angka yang terendah dibandingkan yang lainnya. Ini tentunya perlu menjadi perhatian untuk pengembangan fasilitas sekolah di SMP.

Tingkat kepuasan siswa terhadap tata kelola sekolah menunjukkan bahwa untuk indeks kepuasan tertinggi adalah siswa SD, kemudian siswa SMP, dan siswa SMA yang terendah. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses penyampaian komunikasi, informasi dan partisipasi untuk siswa SMA dalam proses pengambilan keputusan di sekolah masih menjadi isu penting bagi penerapan praktik good governance di sekolah.

Dalam dokumen Kinerja Birokrasi Pelayanan Publik (Halaman 30-38)

Dokumen terkait