• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indeks Pembangunan Manusia

BAB III KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA

3.5. Analisis Indeks Pembangunan Manusia

BAB III KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB III

KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA

3.1. Penduduk

Kependudukan merupakan salah satu aspek yang memerlukan perhatian dalam proses pembangunan, seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Jumlah penduduk yang besar dapat merupakan modal pembangunan jika kualitasnya baik, sedangkan jika kualitasnya kurang baik dapat berakibat pada beban pembangunan. Demikian pula jika komposisi dan distribusinya tidak seimbang dan merata.

Penduduk yang didominasi oleh kelompok muda usia mengakibatkan besarnya kebutuhan fasilitas pendidikan dan kesehatan.

Daerah yang proporsi kaum muda usianya cukup besar berarti proporsi penduduk usia produktifnya relatif kecil yang secara ekonomis berpengaruh pada pendapatan yang dihasilkan. Penduduk

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 38

yang tidak seimbang. Daerah yang sedikit penduduknya relatif sulit berkembang karena kekurangan sumber daya manusia sebagai penggerak pembangunan sekaligus sebagai sasaran pembangunan.

Jumlah penduduk Kabupaten Sintang Tahun 2013 sebesar 384.692 orang dimana 198.324 jiwa atau 51,55 persen adalah laki-laki. Keadaan ini menunjukkan jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibanding perempuan, demikian juga dengan keadaan sebagian besar kecamatan lainnya di Kabupaten Sintang.

Penduduk Sintang tergolong muda, hal ini terlihat dari besarnya proporsi penduduk berumur kurang dari 15 tahun yang mencapai 30,9 persen pada tahun 2013 dibanding dengan penduduk berumur dari 65 tahun atau lebih hanya 3,3 persen. Kelompok umur produktif yaitu yang berumur 15-65 tahun mencapai 65,7 persen. Ini berarti angka ketergantungan mencapai 52,06 persen, artinya setiap 100 orang penduduk produktif mempunyai tanggungan sekitar 52 orang yang tidak produktif.

Jumlah penduduk dipengaruhi oleh tingkat fertilitas, mortalitas dan migrasi netto. Proporsi wanita yang berstatus kawin, partisipasi dalam keluarga berencana dan umur wanita pada saat perkawinan pertama merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat fertilitas.

3.2. Ekonomi

Tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata dengan memanfaatkan potensi dan sumber-sumber daya yang tersedia. Sejalan dengan maksud tersebut berbagai upaya telah dilakukan khususnya untuk menciptakan lapangan kerja dan memberikan kesempatan berusaha yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan demikian maka secara otomatis akan merangsang dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Indikator agregat ekonomi yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu region. Data PDRB tersebut menggambarkan kemampuan region mengelola sumber daya yang dimiliki menjadi suatu proses produksi. Untuk mengamati dan menganalisis ekonomi suatu region, kegiatan ekonomi dikelompokan ke dalam sembilan sektor/ lapangan usaha.

Agar hasil-hasil pembangunan benar-benar dapat dinikmati dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, maka perlu diperhatikan adanya keserasian dan keselarasan pembangunan antara sektor/bidang yang satu dengan yang sektor/bidang lainnya serta antara satu daerah dengan daerah lainnya sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Namun karena

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 40

hal itu tidak mungkin bisa dilaksanakan sekaligus, maka perlu adanya prioritas sesuai kebutuhan yang mendesak.

Tabel 3.1. Total PDRB dan PDRB per Kapita Kabupaten Sintang Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

Tahun 2010-2013

Salah satu ukuran yang dapat memberikan gambaran mengenai kondisi ekonomi suatu daerah adalah melalui angka PDRB, Pada tahun 2013 PDRB Kabupaten Sintang atas dasar harga berlaku mencapai 5.650.374,09 juta rupiah dan atas dasar harga konstan sebesar 2.475.238,92 juta rupiah dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,34 persen yang meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 5,82 persen. Dari sisi pendapatan perkapitanya juga mengalami peningkatan yakni dari 13.122.204 rupiah tahun 2012 menjadi 14.688.047 rupiah tahun 2013 untuk harga berlaku, sedangkan menurut harga

konstan dari 6.148.893 rupiah menjadi 6.434.339 rupiah pada periode yang sama.

Kondisi ini salah satunya terjadi karena menggeliat kembali sector pertanian, khususnya pada pertanian tanaman padi dan kelapa sawit.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, sector pertanian merupakan sector yang sangat berpengaruh dalam PDRB Kabupaten Sintang. Sehingga dengan adanya geliat disektor pertanian, mengakibatkan peningkatan PDRB Kabupaten Sintang. Sementara itu, kenaikan BBM yang terjadi di penghujung tahun 2013, belum terlalu berpengaruh pada perekonomian Kabupaten Sintang tahun 2013.

Jika diperhatikan dari komponen penyusun PDRBnya, sector pertanian bukan merupakan sector dengan laju pertumbuhan tertinggi.

Sector dengan laju pertumbuhan tertinggi di Kabupaten Sintang adalah sector bangunan. Hanya saja kontribusi sector bangunan terhadap PDRB tidak terlalu signifikan sehingga laju pertumbuhan yang cukup tinggi di sector ini bukan tidak terlalu banyak mendorong pertumbuhan PDRB Kabupaten Sintang.

3.3. Evaluasi Pembangunan Manusia

Pembangunan Nasional Indonesia menempatkan manusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam kerangka ini maka pembangunan ditujukan untuk

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 42

meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah melakukan upaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai sumberdaya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektual (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan). Hal ini sesuai dengan tujuan nasional Indonesia yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu secara implisit juga mendukung makna pemberdayaan penduduk.

Model pembangunan manusia menurut UNDP (1990) ditujukan untuk memperluas pilihan yang dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan penduduk. Pemberdayaan penduduk ini dapat dicapai melalui upaya yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya, dan politik.

UNDP melakukan pengukuran kinerja pembangunan manusia melalui suatu ukuran komposit yang diberi nama Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks tersebut memuat tiga aspek, yaitu kesehatan, pendidikan dan keterampilan, serta mempunyai pendapatan yang memungkinkan untuk hidup layak. Karena itu dalam perspektif pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. IPM tidak memasukkan

aspek pembangunan moral dan penanaman budi luhur bangsa ke dalam sistem nilai yang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat kita. Hal ini disebabkan adanya alasan teknis yaitu sulit mengukur aspek tersebut dan formula penghitungan menjadi tidak sederhana. Namun demikian dalam memberikan pengukuran tunggal dan sederhana dari upaya pembangunan, penggunaan indeks ini cukup memadai, karena dapat merefleksikan sampai sejauh mana upaya dan kebijakan yang dilakukan dalam kerangka pembangunan manusia, IPM hanya suatu ringkasan dan bukan suatu ukuran komprehensif dari pembangunan manusia.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan indeks ini, pertama, IPM lebih dari sekedar pendapatan/produksi yang dihasilkan daerah, seperti dalam pendekatan konvensional, indeks yang ditampilkan mengukur kesejahteraan manusia secara menyeluruh yang memasukkan aspek produksi dan distribusi komoditas serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan manusia. Kedua, indeks ini tidak dengan sendirinya menyajikan gambaran yang utuh, berbagai indikator pembangunan manusia yang lainnya masih harus ditambahkan untuk melengkapinya.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 44

3.4. Perkembangan Komponen IPM 3.4.1. Angka dan Indeks Harapan Hidup

Menurut UNDP upaya ke arah perluasan pilihan hanya mungkin dapat dicapai jika penduduk memiliki tiga dimensi dasar. Salah satu dimensi dasar tersebut adalah peluang umur panjang dan sehat yang diukur dengan Angka Harapan Hidup (e0).

Perbandingan antara indikator (komponen IPM) seperti yang diuraikan di atas merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat keberhasilan pembangunan baru diukur dari satu komponen. Untuk usia harapan hidup di Kabupaten Sintang tahun 2012 adalah 68,74 tahun, dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan sebesar 0,3 tahun atau menjadi 69,04 tahun.

Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata Kalimantan Barat di mana pada tahun 2013 angka harapan hidup Kalimantan Barat sebesar 67,4. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan di Kabupaten Sintang telah memberi dampak positif pada perbaikan umur yang semakin panjang.

Faktor lain yang memberikan sumbangan positif dalam meningkatnya angka harapan hidup adalah kesadaran masyarakat dalam membudayakan pola hidup sehat. Pergeseran nilai budaya tradisional menuju hidup sehat yang lebih modern, juga menentukan kemampuan mental dan fisik penduduk.

Tabel 3.2. Angka dan Indeks Harapan Hidup Kabupaten Sintang Tahun 2012 – 2013

Kabupaten

Angka Harapan Hidup

(e0) Indeks Harapan

Hidup 2012 2013 Selisih 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Sintang 68,74 69,04 0,30 72,90 73,40

Kalimantan

Barat 66,92 67,40 0,48 69,87 70.67

Jika dilihat dari klasifikasi komponen indeks Harapan Hidup yang dicapai maka Kabupaten Sintang pada tahun 2012 berada pada kategori sedang 72,90 (antara nilai 64,99 - 69,69), kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 73,40 yang berarti terjadi pergeseran positif, namun masih dalam kategori sedang.

Hasil dari berbagai pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi angka harapan hidup masyarakat adalah terletak pada sulitnya akses ke fasilitas kesehatan. Sulitnya akses menuju fasilitas kesehatan membuat masyarakat sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan masyarakat mengusahakan dengan cara mereka sendiri.

Dengan demikian aspek kesehatan dapat berpengaruh terhadap

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 46

pertumbuhan ekonomi, misalnya perbaikan kesehatan seseorang dapat menyebabkan peningkatan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan, bahkan perbaikan kesehatan menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk produktif yang dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja semua itu dapat berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Gambar 2. Hubungan antara Program Gizi dan Kesehatan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dari gambaran tersebut, tampaknya ada semacam konsensus bahwa rendahnya derajat kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan kemiskinan, sehingga sangat dimungkinkan apabila derajat kesehatan diperbaiki tidak saja menambah umur harapan hidup, tetapi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (kemampuan ekonomi masyarakat) yang disebabkan makin produktifnya sumberdaya manusia sebagai input bagi perkembangan perekonomian keseluruhan.

Angka harapan hidup (AHH) adalah perkiraan banyak tahun yang ditempuh oleh seseorang selama hidup (secara rata-rata). Indikator ini sering digunakan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk di bidang kesehatan.

Memperlihatkan perkembangan AHH selama kurang waktu 2 tahun terakhir atau periode 2012-2013 menunjukan peningkatan.

Pada tahun 2012, AHH penduduk Kabupaten Sintang telah mencapai 68,74 tahun, selanjutnya, AHH Kabupaten Sintang pada tahun 2013 meningkat sebesar 0,3 tahun sehingga menjadi 69,04 tahun.

3.4.2. Indikator dan Indeks Pendidikan

Pada tabel 3.3 terlihat bahwa selama kurun waktu 2012-2013, Angka Melek Huruf (lit) di Kabupaten Sintang juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni meningkat sebesar 1,05 persen menjadi 91,6. Hal ini merupakan suatu yang wajar pada posisi

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 48

kategori tinggi secara perlahan mendekati posisi ideal dengan angka 100 dan bila dibandingkan rata-rata Kalimantan Barat angka di Kabupaten Sintang hampir mendekati angka provinsi, dimana rata-rata Kalimantan Barat pada tahun 2013 baru mencapai angka 91,7 persen.

Tabel 3.3. Indikator Melek Huruf dan Lama Sekolah di Kabupaten Sintang Tahun 2012–2013

Pembangunan pendidikan sebagai salah satu kunci dari pembangunan manusia telah memberi hasil yang memuaskan. Secara makro dari ukuran rata-rata lama sekolah penduduk tersebut menunjukkan semakin meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Sintang tidak mengalami perubahan berarti pada tahun 2013 dan 2013 yakni sebesar 0,06 tahun menjadi 6,74 tahun. Sedangkan rata-rata lama

sekolah Kalimantan Barat hanya mencapai 7,14 tahun 2012 dan 7,17 tahun pada tahun 2013.

Setiap tahunnya pemerintah selalu berupaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan di Kabupaten Sintang untuk meningkatkan pemerataan pada fasilitas pendidikan sehingga makin banyak penduduk yang dapat bersekolah dan berdampak pada meningkatnya kemampuan penduduk untuk berkomunikasi secara tertulis.

Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan salah satu subkomponen yang mempengaruhi penilaian pembangunan manusia.

Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sintang. Pada indikator ini terlihat rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Sintang periode tahun 2012-2013 cenderung stagnan (tidak ada pergeseran berarti) yakni hanya bertambah 0,06 persen, namun masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan peningkatan rata-rata Kalimantan Barat yang mencapai 0,03.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk terutama pada kelompok usia produktif memiliki rata-rata lama sekolah lebih tinggi dan makin meningkat. Dengan kata lain penduduk usia produktif di Kabupaten Sintang memiliki jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang semakin meningkat.

Dari kedua indikator tersebut menentukan indeks capaian komponennya, dimana indeks melek huruf Kabupaten Sintang periode

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 50

2012-2013 mengalami penurunan nilai ketertinggalan angka 90,55 persen tahun 2012 menjadi 91,60 tahun 2013, sehingga indeks melek huruf semakin kecil perbedaannya dengan indeks referensi (ideal 100).

Sementara indeks rata-rata lama sekolah walaupun mengalami peningkatan dari 44,53 menjadi 44,93 tetapi menunjukkan masih jauh dari indeks referensi yang menunjukkan ketertinggalan.

Tabel 3.4. Indeks Melek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah, dan Pendidikan di Kabupaten Sintang Tahun 2012-2013

Pada tahun 2012 nilai ketertinggalan indeks rata-rata lama sekolah sebesar 55,47 poin dari indeks referensi (100=Ideal) menjadi lebih tinggi pada tahun 2013 yaitu 55,07 persen atau selama tahun 2012–2013 telah terjadi pengurangan ketertinggalan sebesar 0,40 persen.

Hasil kedua indikator tersebut telah membentuk indeks pendidikan dengan nilai capaian 75,21 pada tahun 2012 dan 76,04 pada tahun 2013

Kabupaten/

yang berarti bahwa perubahan ketertinggalan ataupun kemajuan terhadap bidang pendidikan di kabupaten Sintang berjalan cukup bagus (ideal=100).

Namun tantangan pemerintah daerah ke depan adalah bagaimana memperkecil ketertinggalan dari nilai referensi dan ketertinggalan yang diposisikan dengan daerah lainnya terutama perbaikan pada indikator rata-rata lama sekolah.

3.4.3 Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah

Indikator pendidikan yang mempresentasikan dimensi pengetahuan dalam IPM adalah angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua indikator ini dapat dimaknai sebagai ukuran kualitas sumber daya manusia. Angka melek huruf menggambarkan persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang mampu baca tulis. Sementara indikator rata-rata lama sekolah menggambarkan rata-rata jumlah tahun yang dijalani oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal.

Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) selama periode 2012-2013 menunjukkan adanya peningkatan dengan kecepatan yang cukup baik pada periode 2012-2013 yaitu dari besaran 90,55 menjadi 91,60 atau sebesar 1,05 persen poin. Secara umum kemampuan baca tulis penduduk usia 15 tahun ke atas di Kabupaten Sintang cukup tinggi.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 52

Indikator pendidikan lainnya yang merupakan komponen IPM adalah rata-rata lama sekolah. Selama periode 2012-2013, rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Sintang mengalami peningkatan/perbaikan. Rata-rata lama sekolah naik dari 6,68 tahun pada tahun 2012 menjadi 6,74 tahun pada tahun 2013. Hal ini berarti tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sintang periode tahun 2012-2013 sudah berada setara dengan tamat SD atau baru kelas satu SMP. Selama lima tahun terakhir (2008-2013) kenaikan rata-rata lama sekolah hanya 0,03 poin tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak mudah bagi pemerintah untuk meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk.

Berdasarkan capaian rata-rata lama sekolah dikaitkan dengan target yang diusulkan UNDP, maka rata-rata pendidikan penduduk di Kabupaten Sintang relatif tertinggal. Masih perlu kerja keras untuk mengejar ketertinggalan sampai batas minimal pendidikan yang diusulkan UNDP (15 tahun atau setara dengan sekolah menengah). Komitmen pemerintah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya bersekolah perlu terus digalakkan dan disosialisasikan agar dalam jangka panjang terwujud SDM yang berkualitas.

Bila dibandingkan besaran kenaikan angka melek huruf Kabupaten Sintang periode 2012-2013, masih berada setara rata-rata Kalimantan Barat, akan tetapi untuk rata-rata lama sekolah masih berada di bawah rata-rata Kalimantan Barat.

3.4.4 Indikator dan Daya Beli

Komponen PPP atau dikenal sebagai komponen kemampuan daya beli atau standar layak hidup dalam laporan ini diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil perkapita yang disesuaikan (UNDP menggunakan indikator PDB perkapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara).

Pada tabel 3.5. komponen PPP (standar hidup layak) yang dibandingkan antara tahun 2012 dan 2013 seluruhnya menghasilkan angka positif artinya terjadi peningkatan daya beli yang dimiliki masyarakat di kabupaten/kota maupun Kabupaten Sintang secara umum. Pola konsumsi penduduk sangat berpengaruh pada kualitas penduduk, oleh karena melalui pola konsumsi tercermin pola alokasi pendapatan kepada berbagai macam pengeluaran yang berbentuk makanan dan non makanan.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 54

Tabel 3.5. Indikator Daya Beli Kabupaten Sintang Tahun 2012–2013

Berbagai refleksi dari masih rendahnya kemampuan daya beli masyarakat tercermin dari masih besarnya angka kemiskinan, rendahnya akses terhadap sumber daya ekonomi seperti luas lahan garapan (tingginya angka petani gurem), rendahnya akses terhadap fasilitas kesehatan (perbandingan individu yang merasa terganggu kesehatan dengan yang berkunjung ke fasilitas kesehatan), rendahnya kualitas rumah, rendahnya akses terhadap air bersih, dan penerangan listrik.

Daya beli penduduk Kabupaten Sintang yang dicerminkan oleh besaran pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan sebesar Rp.616.690,- pada tahun 2012 menjadi Rp.619.570,- pada tahun 2013 atau naik sebesar 2.88 rupiah. Peningkatan besaran tersebut menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Sintang.

Kabupaten/

Kota

Indikator Daya Beli (Rp.)

2012 2013 Selisih

(1) (2) (3) (4)

Sintang 616.690 619.570 2.880

Kalimantan

Barat 638.820 641.410 2.590

Daya beli merupakan kemampuan masyarakat dalam membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian kemampuan daya beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lain berbeda. Perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah masih belum terbanding, untuk itu perlu dibuat standarisasi.

Misalnya, satu rupiah di suatu wilayah memiliki daya beli yang sama dengan satu rupiah di Jakarta. Dengan standar perbedaan kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah dapat dibandingkan.

Kemampuan daya beli masyarakat periode 2008-2013 tampaknya terus meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat terlihat sejak periode tersebut (2008-2013) meski dari kenaikan nominalnya tidak besar. Secara umum, kemampuan daya beli masyarakat selama tahun 2008-2013 terus meningkat, dimana daya beli erat kaitannya dengan kondisi perekonomian yang membaik.

Pada periode 2008-2013 kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Sintang mengalami kenaikan signifikan yaitu dari Rp.602.010,- menjadi Rp. 619.570, atau telah mengalami kenaikan sebesar Rp. 17.560,-

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 56

3.5. Analisis Indeks Pembangunan Manusia

Dalam analisis, angka IPM kurang memiliki makna apabila tidak menyertakan angka IPM tahun sebelumnya atau wilayah lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam analisis IPM akan diketahui posisi pembangunan manusia baik antar waktu maupun antar wilayah.

Data IPM menjadi sangat penting dan bernilai strategis serta dibutuhkan oleh banyak kalangan terutama pemerintah sebagai bahan rujukan dalam menentukan berbagai kebijakan pemerintah. Salah satu kebijakan pemerintah adalah penentuan dana perimbangan wilayah melalui dana Alokasi umum (DAU) yang menggunakan data IPM. Selain itu, IPM juga digunakan untuk menilai keberhasilan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah.

Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Sintang selama periode 2008-2013 mengalami peningkatan setiap tahun.

Perkembangan IPM menunjukan peningkatan capaian IPM seiring dengan membaiknya perekonomian Kabupaten Sintang. Pada tahun 2008 capaian IPM Kabupaten Sintang sebesar 67,44. Pada tahun 2009, capaian IPM secara perlahan bergerak naik mencapai 68,00. Pada tahun 2010 capaian IPM naik mencapai 68,31, sementara tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 68,77 dan 2012 meningkat lagi menjadi 69,14. Kondisi terakhir tahun 2013 telah mencapai angka 69,81. Secara umum besaran peningkatan IPM tergantung capaian pembangunan manusia di Kabupaten

Sintang, tidak terlepas faktor-faktor internal atau dengan kata lain situasi perekonomian daerah, selain itu faktor eksternal yaitu memburuk perekonomian global sebagai dampak dari krisis finansial.

Pola perkembangan IPM selama periode 2008-2013 menunjukan adanya pengurangan jarak IPM terhadap nilai idealnya (100) yang direpresentasikan dengan ukuran reduksi shortfall. Seperti yang terlihat pada gambar 3.2, reduksi shortfall pada periode 2008-2013 bernilai positif.

Artinya bahwa selama periode tersebut IPM semakin mendekati dari nilai idealnya yang menunjukan kualitas hidup penduduk pada periode tersebut membaik.

Perkembangan angka IPM selama periode 2012-2013 dapat terjadi karena adanya perubahan satu atau lebih komponen IPM dalam periode tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat berupa peningkatan atau penurunan besaran persen/rate dari komponen IPM angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran riil per kapita.

Adapun perubahan dari masing-masing komponen ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor.

Peningkatan komponen IPM Kabupaten Sintang selama tahun 2012-2013 secara berurutan dapat dilihat sebagai berikut: angka harapan hidup sebesar 0,43 persen, angka melek huruf sebesar 1,16 persen dan rata-rata lama sekolah meningkat sebesar 0,90 persen serta pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan sebesar 0,47 persen.

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sintang 2014 58

Empiris data berkala IPM di Kabupaten Sintang yang ada selama ini mengenai angka harapan hidup (AHH) menunjukan bahwa kenaikan angka harapan hidup tidak melebihi dari satu tahun dalam satu periode (jangka waktu) satu tahun. Hal ini berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate atau IMR) di Kabupaten Sintang termasuk kategori Hardrock—artinya dalam jangka waktu satu tahun, penurunan IMR yang tajam sulit terjadi, yang ada adalah penurunan angka kematian bayi yang gradual mengarah lambat. Namun demikian, kalau menyimak sumber UNDP mengenai Human Development Index (HDI) antar negara, terlihat bahwa ada beberapa negara kenaikan AHH dalam jangka waktu satu tahun (termaksud negara Indonesia). Perbedaan informasi ini memang memerlukan kajian khusus dan menuntut kehati-hatian dalam

Empiris data berkala IPM di Kabupaten Sintang yang ada selama ini mengenai angka harapan hidup (AHH) menunjukan bahwa kenaikan angka harapan hidup tidak melebihi dari satu tahun dalam satu periode (jangka waktu) satu tahun. Hal ini berarti bahwa kondisi angka kematian bayi (infant mortality rate atau IMR) di Kabupaten Sintang termasuk kategori Hardrock—artinya dalam jangka waktu satu tahun, penurunan IMR yang tajam sulit terjadi, yang ada adalah penurunan angka kematian bayi yang gradual mengarah lambat. Namun demikian, kalau menyimak sumber UNDP mengenai Human Development Index (HDI) antar negara, terlihat bahwa ada beberapa negara kenaikan AHH dalam jangka waktu satu tahun (termaksud negara Indonesia). Perbedaan informasi ini memang memerlukan kajian khusus dan menuntut kehati-hatian dalam

Dokumen terkait