• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebelum diteskan pada sampel penelitian, butir soal terlebih dahulu diujicobakan pada kelas uji coba sehingga didapatkan soal dengan kualitas baik. Kelas uji coba pre test yang digunakan adalah kelas VII D dan kelas VII C digunakan sebagai kelas uji coba post test. Uji coba pre test dilaksanakan pada Sabtu, 25 April 2015, sedangkan uji coba post test dilaksanakan pada Selasa, 28 April 2015.

Uji coba instrumen tes dalam penelitian ini adalah uji coba instrumen pre tets dan post test dengan cara memberikan tes kepada kelompok yang bukan

sampel penelitian, melainkan sampel lain yang masih satu populasi. Uji coba instrumen tes dilakukan untuk mengetahui soal nomor berapa saja yang dapat digunakan sebagai soal pre test dan post test kelompok eksperimen melalui serangkaian uji instrumen yaitu validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran.

Analisis Hasil uji coba pre test dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut. Tabel 3.3 Ringkasan Analisis Hasil Uji Coba Pre Test

Analisis hasil uji coba post test dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. Tabel 3.4 Ringkasan Analisis Hasil Uji Coba Post Test

3.6.1 Analisis Validitas Item

Anderson, sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2007), mengungkapkan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

No

Butir Kriteria DP Kriteria Kriteria Keputusan 1 0.49 Valid

0.10 Diperbaiki Mudah Diperbaiki 2 0.61 Valid 0.14 Diperbaiki Sukar Diperbaiki 3 0.62 Valid 0.48 Diterima Sedang Digunakan 4 0.65 Valid 0.33 Diterima Sukar Digunakan 5 0.77 Valid 0.10 Diperbaiki Sukar Diperbaiki 6 0.77 Valid 0.37 Diterima Sukar Digunakan

No

Butir Kriteria DP Kriteria Kriteria Keputusan 1 Valid

Diperbaiki 0,53 Sedang Diperbaiki

2 Valid Diterima 0,70 Mudah Digunakan

3 Valid Diterima 0,46 Sedang Digunakan 4 Valid Diterima 0,37 Sedang Digunakan 5 Valid Diperbaiki 0,11 Sukar Diperbaiki 6 Valid Diterima 0,15 Sukar Digunakan

diukur. Pada penelitian ini, untuk mengetahui validitas butir soal, digunakan rumus korelasi product moment, sebagai berikut.

√{ }{ }

dengan:

: koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y N : banyaknya peserta tes

: jumlah skor per item

: jumlah skor total

: jumlah kuadrat skor item

: jumlah kuadrat skor total Arikunto (2007)

Kriteria pengujian validitas butir soal adalah membandingkan harga dengan harga rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika > rtabel maka butir soal tersebut valid. Berdasarkan analisis hasil uji coba pre test pada Tabel 3.3 dengan N = 32 dan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0.349.

Berdasarkan analisis hasil uji coba post test dengan N = 31 dan taraf signifikan 5% diperoleh rtabel = 0.355. Hasil uji validitas soal post test dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Berdasarkan enam soal yang diujicobakan pada pre test dan post test, diperoleh semua soal valid. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.

3.6.2 Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan memiliki taraf kepercayaan tinggi apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat

Reliabilitas tes pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus alpha

sebagai berikut.

[ ] [ ]

dengan rumus varians :

Keterangan:

: reliabilitas yang dicari : banyaknya butir soal

: jumlah varians skor tiap – tiap butir soal : varians total

: skor tiap butir soal

: jumlah skor butir soal

: jumlah kuadrat skor butir soal : banyaknya subjek uji coba (Arikunto, 2007).

Kriteria pengujian reliabilitas tes adalah membandingkan harga r11 dengan harga rtabel pada product moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r11>rtabel maka soal reliabel. Berdasarkan analisis hasil uji coba pre test dengan N = 32 dan taraf signifikan 5% diperoleh r11 = 0,736 sedangkan rtabel = 0,349. Sedangkan analisis hasil uji coba post test dengan N=31 dan taraf signifikan diperoleh r11 = 0,651 sedangkan rtabel = 0,355. Karena r11 > rtabel maka soal reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

3.6.3 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai

maupun bodoh, maka soal tersebut termasuk tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda (Arikunto, 2007).

Menurut Zulaiha (2008), daya pembeda soal uraian diperoleh melalui perhitungan dengan rumus:

Keterangan :

: Daya Pembeda Soal Uraian

: Rata-rata skor siswa pada kelompok atas

: Rata-rata skor siswa pada kelompok bawah

: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran

Soal yang baik atau diterima bila memiliki daya pembeda soal diatas 0,25 karena soal tersebut dapat membedakan kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah. Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Kategori

Diterima

Diperbaiki

Ditolak

(Zulaiha, 2008)

Berdasarkan hasil analisis uji coba soal pre test pada Tabel 3.3 diperoleh butir soal nomor 2, 3, 4, 6 diterima sedangkan butir soal nomor 1 dan 5 harus diperbaiki. Hasil analisis uji coba post test pada Tabel 3.4 diperoleh butir soal nomor 3, 4, 6 diterima sedangkan butir soal nomor 1, 2, 5 harus diperbaiki. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.

3.6.4 Taraf Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya soal – soal yang termasuk mudah, sedang, dan sukar secara proporsional (Sudjana, 2005). Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Teknik perhitungannya adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus (passing grade) untuk tiap – tiap item.

Menurut klasifikasi puspendik sebagaimana dikutip oleh Zulaiha (2008:32), tingkat kesukaran soal diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rumus:

Keterangan :

: Taraf Kesukaran Soal Uraian

: Rata – rata skor siswa

: Skor maksimum yang ada pada pedoman penskoran

Tingkat kesukaran dibagi menjadi 3 kategori yaitu soal sukar, soal sedang, dan soal mudah. Berikut ini kriteria taraf kesukaran soal dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran Kategori

Sukar

Sedang

Berdasarkan analisis hasil uji coba soal pre test pada Tabel 3.3 diperoleh butir soal dengan kriteria mudah adalah butir soal nomor 2, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir soal nomor 1, 3, 4 dan butir soal dengan kriteria sukar adalah butir soal nomor 5 dan 6. Sedangkan analisis hasil uji coba soal post test

pada Tabel 3.4 diperoleh butir soal dengan kriteria mudah adalah butir soal nomor 1, butir soal dengan kriteria sedang adalah butir soal nomor 3 dan butir soal dengan kriteria sukar adalah butir soal nomor 2, 4, 5, dan 6. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

Dokumen terkait