METODE PENELITIAN
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Instrumen Penelitian
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian. Instrumen tersebut harus dimantapkan kualitasnya melalui suatu langkah yang disebut uji coba. Sebelum diberikan kepada siswa pada saat penelitian, soal-soal
(Arikunto, 2007: 72) tersebut diuji cobakan terlebih dahulu kepada kelas ujicoba yang telah memperoleh materi pertidaksamaan linier satu variabel. Dari data hasil uji coba perangkat tes dipilih butir soal yang memenuhi validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran yang menggunakan rumus sebagai berikut.
3.7.1.1. Validitas
Validitas didefinisikan sebagai ukuran seberapa cermat suatu tes melakukan fungsi ukurnya. Ada dua jenis validitas yakni: (1) validitas logis yang terdiri dari validitas isi dan validitas konstruk; (2) validitas empiris yang terdiri
dari: (1) validitas “ada sekarang” dan validitas predictive. Adapun yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas logis. Menurut Arikunto (2007: 67), validitas isi merupakan validitas yang digunakan untuk mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Sedangkan, validitas konstruk merupakan validitas yang digunakan untuk mengukur kesesuaian aspek berpikir terhadap aspek berpikir yang menjadi tujuan instruktusional khusus yang mana dalam penelitian ini adalah aspek kemampuan berpikir kritis.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson sebagaimana dikutip oleh Arikunto (2007: 72), yang dikenal dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut
√ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan : XY
r
: koefisien korelasi tiap item N : banyaknya subjek uji coba(Arikunto, 2007: 109) ∑ : jumlah skor item
∑ : jumlah skor total
∑ : jumlah kuadrat skor item ∑ : jumlah kuadrat skor total
∑ : jumlah perkalian skor item dan skor total
Setelah diperoleh harga kemudian dibandingkan dengan dengan taraf signifikan . Jika maka soal dikatakan valid dan sebaliknya. Dalam penelitian ini, jika indikator belum terwakili dalam soal maka peneliti mengganti butir yang tidak valid dengan butir lainnya yang memiliki indikator yang sama. Sedangkan jika indikator sudah terwakili oleh butir lain yang telah valid dalam soal maka peneliti tidak menggunakan atau membuang butir yang tidak valid tersebut. Hasil perhitungan validitas soal dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut. Adapun perhitungan validitas butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 3.2 Validitas Butir Soal Uji Coba Instrumen
Kriteria Butir Soal Keterangan
Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 Dipakai
3.7.1.2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus Alpha (), sebagai berikut:
dengan
Keterangan :
: Reliabilitas instrumen yang dicari : Banyaknya butir soal
: Jumlah peserta : Skor tiap butir soal : Nomor butir soal
: Jumlah varians skor tiap-tiap butir soal : Varians total
Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan Product Moment dengan taraf signifikan . Jika maka item tes yang diuji cobakan dapat dikatakan reliabel.
Berdasarkan pengujian reliabilitas, diperoleh nilai Alpha sebesar 0,8836. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan niai dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 36 yaitu = 0,329. Nilai Alpha yang diperoleh lebih besar dari pada nilai sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen tersebut reliabel dengan kriteria sangat tinggi. Perhitungan reliabel selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10.
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannnya (Arikunto, 2007: 207).
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Teknik perhitungannya adalah dengan menghitung berapa persen testi yang gagal menjawab benar atau berada pada batas lulus (passing grade) untuk tiap-tiap item. Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran soal bentuk uraian adalah:
Untuk menginterpolasikan tingkat kesukaran soal digunakan tolak ukur sebagai berikut:
Kriteria:
TK > 70% : Item mudah 30% ≤TK ≤70% : Item sedang
TK < 30% : Item sukar (Arikunto, 2007: 210).
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilakukan, diperoleh hasil pengujian tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Tingkat Kesukaran Butir Soal
Mudah
Sedang √ √ √ √ √ √
Sukar √ √
Dari perhitungan tersebut dihasilkan bahwa perbandingan soal mudah : sedang : sukar adalah 0 : 6 : 2. Perbandingan tersebut memang tidak sesuai dengam ketentuan yang berlaku. Akan tetapi peneliti tetap menggunakan soal ini karena peneliti akan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa sehingga soal mudah tidak akan dipergunakan dalam penelitian ini. Perhitungan mengenai tingkat kesukaran masing-masing butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.7.1.4. Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauhmana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai kompetensi dengan siswa yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria tertentu (Arifin, 2012: 350). Daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada pengujian daya pembeda soal, terdapat tanda negatif. Tanda negatif pada daya pembeda berarti soal tersebut tidak dapat membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Atau dengan kata lain, anak yang kurang pandai bisa mengerjakan tetapi anak yang pandai justru tidak bisa mengerjakan.
Demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu :
-1,00 0,00 1,00
Daya Pembeda Daya Pembeda Daya Pembeda
Negatif rendah Tinggi (positif)
(Arifin, 2012: 133) Bagi suatu soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun kurang pandai tidak dapat menjawab dengan benar, maka soal tersebut tidak baik juga karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab dengan benar oleh siswa yang pandai saja (Arikunto, 2007: 211).
Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah (lower group). Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab benar, maka daya pembedanya -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama salah, maka soal tersebut mempunyai daya pembeda 0,00, atau dengan kata lain tidak mempunyai daya pembeda sama sekali (Arikunto, 2007: 211).
Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi pada butir soal uraian adalah:
Keterangan:
D : Daya Pembeda
: Rata-Rata Skor Kelompok Atas : Rata- Rata Skor Kelompok Bawah
maks : Skor maksimal
Kategori interpretasi skor yang diperoleh dari rumus di atas dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4 Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Indeks Diskriminasi (D) Klasifikasi
DP 0,40 Sangat Baik
0,30 ≤ DP < 0,40 Baik
0,20 ≤ DP < 0,30 Cukup, soal perlu perbaikan D < 0,20 Kurang baik, soal tidak dipakai
(Arifin, 2012: 351)
Berdasarkan pengujian daya pembeda, diperoleh bahwa butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, dan 7 mempunyai daya beda baik. Sedangkan untuk butir soal nomor 6 dan 8 mempunyai daya beda yang cukup sehingga berdasarkan kriteria diatas, soal harus diperbaiki. Perhitungan daya pembeda masing-masing butir soal dapat dilihat pada Lampiran 12, dan perbaikan soal dapat dilihat pada Lampiran 15.
3.7.1.5. Hasil Analisis Soal Uji Coba
Berdasarkan uji validitas, uji reliabilitas, perhitungan tingkat kesukaran, dan daya beda soal yang telah dilakukan, maka butir soal yang dapat digunakan sebagai instrumen tes hasil belajar sebanyak 8 buah yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 yang dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5 Hasil Analisis Uji Coba Soal No.
Soal Validitas Reliabilitas
Tingkat
1 Valid
Reliabel
Sedang Baik Diterima
2 Valid Sedang Baik Diterima
3 Valid Sedang Baik Diterima
4 Valid Sedang Baik Diterima
5 Valid Sedang Baik Diterima
6 Valid Sukar Cukup, soal perlu
perbaikan
Diterima dan diperbaiki
7 Valid Sedang Baik Diterima
8 Valid Sukar Cukup, soal perlu
perbaikan
Diterima dan diperbaiki Perhitungan rekap analisis dan ringkasan analisis butir soal uji coba selangkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 14.