Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan akurasi diagnostik Siriraj Stroke Score, Allen Stroke Score, Besson Stroke Score dan Algoritma stroke Gadjah Mada dalam mengidentifikasi pasien stroke pada fase akut.
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah pasien yang masuk ke IGD RSUP HAM Medan dan yang dirawat di RA4 RSUP HAM Medan yang dari anamneses dan pemeriksaan fisik dicurigai mengalami stroke oleh dokter di IGD RSUP HAM Medan dan kemudian dilakukan penilaian dengan Siriraj Stroke Score, Allen Stroke Score, Besson Stroke Score dan Algoritma stroke Gadjah Mada dan selanjutnaya dilakukan pemeriksaan Head CT-Scan untuk memastikan apakah merupakan stroke iskemik atau stroke haemoragik.
Dari 60 orang subjek penelitian dijumpai subjek laki-laki lebih banyak yaitu 31 orang (51,7%) dibandingkan dengan subjek perempuan yaitu 29 orang (48,3%). Hal ini sesuai dengan penilitian Nyandaiti dkk (2008) menyatakan bahwa ditemukan laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita dimana dari 50 pasien yang diteliti ditemukan tiga pulu lima
(70%) adalah laki-laki dan wanita ditemukan sebanyak limabelas orang (30%) dimana rasio laki-laki dan wanita adalah 2,3 : 1. Sementara Singh dkk (2001) menunjukan perbandingan terjadinya stroke pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan dengan rasio antara laki-laki dan wanita adalah 3:1, sedangkan menurut Khan dkk (2005) dari 100 pasien stroke yang diteliti ditemukan bahwa jumlah laki-laki lebih banyak yaitu 71 orang dibandingkan dengan perempuan yang hanya dijumpai sebanyak 29 orang. Tabel 15. Insidensi Stroke Berdasarkan Jenis Kelamin
Singh, dkk 2001 Perbandingan terjadinya stroke pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan dengan rasio antara laki-laki dan wanita adalah 3:1 Khan dan Rehman 2005 100 pasien stroke yang diteliti
ditemukan bahwa jumlah laki-laki (71 orang) > perempuan (29 orang).
Nyandaiti, dkk 2008 50 pasien stroke yang diteliti ditemukan 35 orang (70%) adalah laki-laki dan wanita ditemukan sebanyak 15 orang (30%) dimana rasio laki-laki dan wanita = 2,3 : 1.
Penelitian ini 2016 Subjek laki-laki 31 orang (51,7%) > subjek perempuan 29 orang (48,3%)
Rerata usia subjek penelitian ini adalah 59,67 tahun, dengan usia termuda 38 tahun dan usia tertua 78 tahun, jumlah subjek terbanyak pada kelompok usia 51 tahun sampai dengan 60 tahun sebanyak 23 orang
80
(38,3%), di ikuti kelompok usia 61 tahun sampai dengan 70 tahun sebanyak 20 orang (33,3%).
Hal ini sesuai dengan penelitian Singh dkk (2001) dimana usia rata-rata pasien adalah 58,05 tahun dengan usia yang termuda ditemukan pada umur 20 tahun dan usia tertua dijumpai pada usia 82 tahun. Penelitian Rambe dkk (2013) menyatakan bahwa usia rerata stroke adalah 59 tahun dengan rentan usia antara 20 tahun sampai dengan 95 tahun dan jumlah subjek yang paling banyak ditemukan pada usia 40-59 tahun. (Tabel 16). Tabel 16. Insidensi Stroke Berdasarkan Usia
Singh, dkk 2001 Usia rata-rata pasien adalah 58,05 tahun dengan usia yang termuda ditemukan pada umur 20 tahun dan usia tertua dijumpai pada usia 82 tahun. Rambe, dkk 2013 Usia rerata stroke: 59 tahun (20-95
tahun), dan jumlah subjek terbanyak usia 40-59 tahun
Penelitian ini 2016 Rerata usia subjek: 59,67 tahun dengan usia termuda 38 tahun dan usia tertua 78 tahun.
Pendidikan subjek yang terbanyak pada penelitian ini adalah SLTA sebanyak 27 orang (45,0%), SLTP sebanyak 21 orang (35,0%), SD sebanyak 7 0rang (11,7%) dan yang terkecil adalah Sarjana sebanyak 5 orang (8,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian dari Liao dkk (2009) menyatakan bahwa dijumpai jumlah subjek lulusan perguruan tinggi lebih sedikit pada kelompok stroke (29,4%) daripada kelompok bukan stroke (33,1%), dimana pada
kelompok stroke pendidikan yang terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 32,4%. Penjelasan diatas dapat ditemukan pada Tabel 17 dibawah ini. : Tabel 17. Insidensi Stroke Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Liao, dkk 2009
Subjek lulusan perguruan tinggi pada kelompok stroke (29,4%) dari pada bukan stroke (33,1%) dimana pendidikan paling banyak pada kelompok stroke yaitu SMA (32,4%)
Penelitian ini 2016
Pendidikan subjek terbanyak SMA (45%), diikuti SMP (35%), dan yang terkecil adalah Sarjana (8,3%)
Pekerjaan pada subjek penelitian ini dijumpai paling banyak pada ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (28,3%), di ikuti oleh Pegawai negri sipil sebanyak 16 orang (26,7%) sementara yang paling sedikit dengan pekerjaan petani sebanyak 12 orang (20,0%) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rambe dkk (2013) bahwa pekerjaan yang terbanyak subjek penelitian adalah IRT (35,6%). (Tabel 18).
Tabel 18. Insidensi Stroke Berdasarkan Pekerjaan
Rambe, dkk 2013 Pekerjaan yang terbanyak subjek penelitian adalah IRT (35,6%)
Penelitian ini 2016 Pekerjaan terbanyak IRT 17 0rang (28,3%) diikuti pegawai negri sipil 16 orang (26,7%), dan yang paling sedikit adalah petani 12 orang (20,0%)
82
Pada penelitian ini suku Batak merupakan suku yang paling banyak dari subjek penelitian yaitu sebanyak 26 orang (43,3%), diikuti suku Jawa sebanyak 16 orang (26,7%), suku Karo sebanyak 12 orang (20,0%), suku Aceh sebanyak 5 orang (8.3%) dan yang terkecil dijumpai pada suku Padang sebanyak 1 orang (1,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Rambe dkk (2013) dijelaskan bahwa pada kelompok stroke iskemik dijumpai 40,7% suku Batak / Mandailing, 22,2% suku Karo, dan yang terkecil suku Minang (3,7%).
Setelah dilakukan tindakan Head CT-Scan untuk memastikan stroke haemoragik dan stroke iskemik yang masuk dalam penelitian ini maka dijumpai penderita stroke iskemik lebih banyak (60%) daripada stroke hemoragik (40%). Hal ini sesuai dengan penelitian Kolapo dkk (2014) dimana dari 1.112 pasien dengan gejala klinis stroke maka ditemukan stroke iskemik lebih banyak sekitar 71% yang merupakan stroke iskemik dan 29% adalah stroke haemoragik yang semuanya dikonfermasi dengan Head-CT Scan.
Penelitian Singh dkk (2001) bahwa dari 60 pasien ditemukan 37 (61,67%) pasien adalah stroke iskemik dan 23 (38,33%) pasien merupakan stroke haemoragik setelah dilakukan pemeriksaan Head CT-Scan. Pada penelitian Goswami dkk (2013) menyatakan bahwa dari 200 orang yang diteliti ditemukan 129 diantaranya adalah stroke iskemik dan 71 merupakan stroke haemoragik, sedangkan menurut Rambe dkk (2013) menunjukkan bahwa jumlah infark (53,7%) lebih banyak daripada perdarahan (27%) pada pemeriksaan CT sken / MRI kepala (Tabel 19).
Tabel 19. Perbandingan Klasifikasi Kejadian Stroke
Singh, dkk 2001 Dari 60 orang yang diteliti ditemukan 37 (61,67%) adalah stroke iskemik dan 23 (38,33%) merupakan stroke haemoragik
Goswami, dkk 2013 Dari 200 orang yang diteliti ditemukan 129 orang adalah stroke iskemik dan 71 orang merupakan stroke haemoragik. Rambe, dkk 2013 Infark (53,7%) > perdarahan (27%)
pada pemeriksaan CT sken / MRI kepala
Kolopo, dkk 2014 Sebanyak 71% didiagnosis stroke iskemik, dan 29% didiagnosis stroke haemoragik.
Penelitian ini 2016 Setelah dilakukan Head CT-Scan maka dari 60 orang yang masuk dalam penelitian ditemukan 36 (60%) merupakan stroke iskemik dan 24 orang (40%) stroke haemoragik.
IV.2.2. Perbedaan Sensitivitas Siriraj Stroke Score, Allen Stroke Score,