• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

B. Analisis Kasus

Setelah membaca dan mempelajari pertimbangan hukum putusan hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Banda Aceh, dapat diketahui bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi penyalahgunaan dana hibah bantuan sosial yang diberikan Pemerintah Aceh kepada Yayasan Cakradonya.

Untuk menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana korupsi hakim membuat pertimbangan-pertimbangan. Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi menggunakan pertimbangan yang bersifat yuridis dan non-yuridis. Pertimbangan yang bersifat yuridis adalah pertimbangan hakim yang didasarkan pada fakta-fakta yang terungkap didalam keterangan terdakwa persidangan atau faktor-faktor yang terungkap di dalam persidangan dan oleh Undang-Undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus di muat dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis ialah sebagai berikut:

b. Keterangan saksi c. Barang-barang bukti

d. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Perikanan

Disamping pertimbangan yang bersifat yuridis hakim dalam menjatuhkan putusan membuat pertimbangan yang bersifat non-yuridis. Pertimbangan non- yuridis ialah antara lain sebagai berikut:

a. Akibat perbuatan terdakwa b. Kondisi diri terdakwa

Dalam kasus ini, terdakwa telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan subsidairitas, sehingga Majelis Hakim dapat terlebih dahulu mempertimbangkan dakwaan terberat (primair), apabila dakwaan primair tidak terbukti kemudian Hakim dapat mempertimbangkan dakwaan subsidair. Dimana Hakim membuktikan dakwaan primair, yaitu melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 jo. Pasal 20 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. Yang memuat unsur-unsur sebagai berikut:

1. Setiap Orang

Setiap orang adalah sebagaimana dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-Undang No. 20

Tahun 2001 Pasal 1 ayat (3), yang dimaksud dengan setiap orang adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi. Selanjutnya yang dimaksud dengan setiap orang atau termasuk korporasi di dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi adalah orang atau korporasi sebagai subjek hukum, yaitu pendukung hak dan kewajiban yang jika melakukan tindak pidana dapat dimintai pertanggungjawaban.

Terdakwa H.Dasni Yuzar sebagai perseorangan yang merupakan pengurus sekaligus pendiri dari Yayasan Cakradonya. Yayasan Cakradonya adalah salah satu penerima dana hibah dari Pemerintah Provinsi Aceh. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan, Dasni Yuzar seharunya terbukti telah melakukan tindak pidana korupsi dengan menyalahgunakan dana hibah bantuan sosial yang

diterima Yayasan Cakradonya dan harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya.

2. Melawan Hukum

Secara melawan hukum adalah melawan hukum atau tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, atau telah melakukan perbuatan yang telah memenuhi semua unsur yang termuat dalam rumusan tindak pidana korupsi. Terpenuhinya unsur melawan hukum ini, adalah bahwa terdakwa H.Dasni Yuzar telah melakukan perbuatan sebagai berikut:

a. Terdakwa telah melanggar isi perjanjian dengan tanpa izin telah menggunakan dana hibah Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah) yaitu;

Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah); Rp 200.000.000,- untuk membeli kain sarung dan uang meugang anak yatim; Rp 175.000.000,- (seratus tujuh puluh lima juta rupiah) untuk membayar sisa harga tanah yang dibeli istri terdakwa kepada Faisal Matriadi; Rp 125.000.000,- (seratus dua puluh lima juta rupiah) untuk membayar alat berat; Rp 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah) untuk mengganti uang terdakwa yang telah digunakan untuk melaksanakan pekerjaan land clearing. Sebagaimana yang telah tertuang pada naskah perjanjian hibah antara Pemerintah Aceh dengan Yayasan Cakradonya tanggal 23 juli 2010 pada pasal 2, yaitu untuk pembangunan sport center.

b. Tidak menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana c. Tidak mengembalikan sisah dana ke kas umum daerah

Perbuatan terdakwa tersebut pada point (a) juga telah bertentangan dengan Pasal 25 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan. Dengan demikian perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur melawan hukum.

3. Memperkaya diri sendiri atau orang lain

Perbuatan memperkaya diri dalam Pasal 2 ayat (1) undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo. Undang-undang No. 20 tahun 2001 mengandung tiga perbuatan, yakni memperkaya diri sendiri, memperkaya orang lain, dan memperkaya suatu korporasi. Dalam posisi kasus di atas, bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan bertujuan untuk

memperkaya perseorangan H.Dasni Yuzar yang memperoleh atau menambah kekayaannya sendiri. Terdakwa melakukan kegiatan usahanya dengan melanggar isi perjanjian dan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan keuntungan yang dapat menambah kekayaannya.

4. Dapat Merugikan Keuangan Negara atau Perekonomian Negara

Kalimat Dapat merugikan keuangan negara, menunjukkan bahwa untuk dapat membuktikan terjadinya tindak pidana korupsi bisa dilihat dari ada atau tidaknya kerugian keuangan negara atau perekonomian negara yang timbul akibat perbuatan tersebut. Pemerintah Provinsi Aceh dalam hal ini memberikan bantuan dana hibah ialah demi menunjang terselenggaranya program kerja pemerintah Aceh, yaitu pembangunan untuk kebutuhan masyarakat.

Dari perbuatan terdakwa H.Dasni Yuzar yang telah menyalahgunakan dana hibah bantuan sosial yang di terima Yayasan Cakradonya sebesar Rp 1000.000.000,- (satu milyar rupiah) dimana isi perjanjian ialah untuk membangun sport center bagi masyarakat Lhokseumawe. Perbuatan terdakwa tersebut telah mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp 1000.000.000,- (satu milyar rupiah). Dengan demikian unsur merugikan negara telah terpenuhi dan terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.

Menurut analisis Penulis, jika melihat kedua Dakwaan yang diajukan Jaksa Penuntut Umum terhadap Terdakwa yaitu pada Pasal 2 ayat (1) maupun pada Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan

korupsi”. Putusan Hakim yang memvonis bebas terdakwa H.Dasni Yuzar pada putusan Nomor: 55/Pid.Sus-TPK/2014/PN Bna tidaklah tepat. Karena hakim tidak mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan dan unsur-unsur yang terpenuhi pada pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 sebagaiman yang telah diuraikan penulis.

Hakim tidak mempertimbangkan pasal 25 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 “Bantuan Negara yang diterima oleh Yayasan dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung Pembina, Pengawas,

Pengurus dan Pihak lain”. Maka dari itu seharusnya Hakim dalam perkara ini

memvonis bersalah terdakwa H.Dasni Yuzar karena perbuatan terdakwa dengan menyalahgunakan dana hibah yang diberikan pemerintah kepada Yayasan

Cakradonya ialah telah memenuhi unsur “melawan hukum” dan “memperkaya

diri sendiri atau orang lain” yang terdapat pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor

31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan dakwaan subsidair Jaksa Penuntut Umum.

BAB IV

Dokumen terkait