• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri

Pematang Siantar Nomor: 315/PID/B/2011/PN.PMS, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana penjara selama 8 bulan dengan perintah supaya terdakwa ditahan.

b. Berdasarkan putusan Pengadilan Tinggi

Medan Nomor: 226/PID/2012/PT/MDN, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana penjara selama 4 (empat) bulan dengan perintah pidana tersebut tidak perlu dijalani dijalani oleh terdakwa, kecuali sebelum lewat masa percobaan selama 8 (delapan) bulan terdakwa atas putusan hakim

61   

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dipersalahkan melakukan sesuatu tindak pidana.

c. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung

Nomor: 1992 K/Pid/2012, terdakwa FATORI SIK dijatuhkan pidana kepada Terdakwa FATORI SIK dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan.

Menurut penulis, hukuman yang dijatuhkan dari awal banding sampai kasasi sudah pantas diterima oleh Fatori SIK. Karena terdakwa mengakui dan menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan nya, serta terdakwa juga dicopot jabatan nya sebagai Kapolresta Pematang Siantar dan di mutasikan di Polda Sumatera Utara dengan tidak ada jabatan lagi. Hal ini lah yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengatakan hukuman pidana penjara 2 (dua) bulan sudah pantas untuk terdakwa Fatori SIK. Karena pasti atas kejadian tersebut, Fatori akan bisa berfikir dua kali sebelum melakukan tindak pidana kekerasan atau tindak pidana lainnya mengingat terdakwa adalah Polisi yang tugasnya sebagai pelindung dan panutan masyarakat bukan sebagai pelaku tindak pidana. Unsur Barang Siapa

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan “barangsiapa” adalah siapa saja yang berkedudukan sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah dilakukannya;

Menimbang bahwa dalam perkara ini yang disangka atau diduga sebagai pelaku adalah terdakwa FATORI,SIK yang identitas lengkap telah dinyatakan

oleh Majelis Hakim dan ternyata sama dengan identitas terdakwa yang termuat dalam surat dakwaan oleh karenanya unsur barang siapa telah terpenuhinya;

Unsur Melakukan Penganiayaan

Menimbang, banhwa Undang-Undang tidak memberi pengertian atau penjelasan apa yang dimaksud dengan penganiayaan, namun Menurut Yurisprudensi Penganiayaan diartikan dengan “ sengaja menyebabkan perasaan tidak enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka”.

Menimbang, bahwa menurut Memorie van Teolichting kata “Dengan Sengaja” (opzettelijk) 9 kata ini terdapat dalam banyak Pasala-Pasal KUHPidana) adalah sama dengan willens en wetens” artinya dikehendaki dan diketahui;

Menimbang, bahwa apakah dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka ada pada diri terdakwa dalam hal ini terhadap saksi korban Andi rianto siahaan? Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan, berawal dari perintah terdakwa kepada Briptu Rudianto (ajudannya) pada tanggal 29 Nopember 2010 agar tahanan bernama andi irianto siahaan di pindahkan ke ruangan 2, lalu perintah tersebut diteruskan kepada Kasat Tahanan dan Barang Bukti (Tahti) saksi Rusli Sarmauli Simbolon kemudian saksi Rusli Sarmauli Simbolon menyampaikan kepada korban agar nanti pindah ruangna ke ruang 2, namun korban tidak mau pindah.

63   

Menimbang, bahwa besok harinya sekitar pukul 16.00 WIB ketika para tahanan sedang olah raga sore, Briptu Rudianto menjumpai Rusli Sarmauli Simbolon lagi dan mengatakan “ kenapa andi Irianto Siahaan belum dipindahkan?” “perintah Bapak Kapolres harus dilaksanakan”, lalu saksi Rusli Sarmauli Simbolon menyuruh tahanan untuk mengangkati sebagian alat-alat pengendalian massa (Dalmas) yang ada di ruangan kamar 2, dan mengatakan kepada korban (Andi Irianto) bahwa setelah selesai olahraga sore, pindah keruangan tahanan 2, namun korban tidak tidak mau dengan mengatakan “saya tidak mau, mengapa saya harus pindah?, kemudian saksi Rusli Sarmauli Simbolon menjumpai Briptu Rudianto dan mengatakan bahwa Andi Irianto tidak mau pindah ruangan;

Menimbang, bahwa tidak berapa lama kemudian terdakwa turun dari ruangan kerjanya dan langsung menuju ruangan olahraga dan mengatakan “mana orangnya yang tidak mau pindah” lalu saksi Rusli Sarmauli Simbolon menunjuk ke arah korban, kemudian terdakwa langsung meninju saksi korban dan mengenai bibir sebelah bawah dan selanjutnya meminta sarung tinju dari saksi Marupa Sotarduga Siahaan dan memakainya ditangan sebelah kiri kemudian langsung meninju korban beberapa kali dengan menggunakan kedua tangannya sambil mendorong tubuh korban ke dinding dan korban pun terduduk di lantai, dalam keadaan emosi terdakwa mengucapkan kata-kata kepada korban “disini ada atura, ikuti aturan disini, bukan kau yang mengatur disini, makanya kau jangan bikin masalah diluar sana yah, saya yang berkuasa disini biar tau kau, jangan macam-macam kau ya”, kemudian terdakwa memukul karung apsir dan baerkata : “ ini

baru uppercut, saya pernah ikut polda tinju” dan terdakwa pun keluar meninggalkan ruang olah raga tahanan;

Menimbang, bahwa setelah kejadian tersebut kemudian terdakwa memerintah polisi jaga untuk memanggil dokter agar korban diperiksa, dan dokter Saiden Saragih didampingi oleh perawat Anita Br Turnip melakukan pemeriksaan terhadap korban dimana tekanan darah koraban normal, namun korban mengatakan perut dan kepalanya sakit, dan ketika perut korban mau diperiksa dengan cara menekan perutnya, korban mengatakan “jangan-jangan sakit”, lalu dokter mau menyuntik korban untuk menghilangkan rasa sakit akan tetapi korban tidak mau.

Menimbang, bahwa dari tindakan terdakwa yang memerintah polisi jaga agar menyuruh dokter untuk memeriksa saksi korban, adalah suatu tindakan yang dapat dimaknai bahwa terdakwa telah menyadari perbuatannya yaitu akibat pukulannya tersebut akan menyebabkan rasa sakit yang memerlukan pengobatan medis.

Menimbang, bahwa ternyata tiga hari setelah terdakwa memukul saksi korban yaitu pada tanggal 2 Desember 2011, saksi korban akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah untuk di visum, dan hasil Visum et repertum No. 4702/VI/UPM/VER/XII/2010, yang dibuat dan ditandatangani oleh Dr. Juliana K.R Saragih, dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Djasamen Saragih Kota Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

65   

- Bengkak pada kepala bagian belakang sebelah kanan kira 1 cm x 0,5 cm x 0,5 cm

- Luka lecet pada bibir bawah bagian dalam kira-kira 0,2 cm x 0,3 cm Kesimpulan :

Perubahan-perubahan pada tubuh korban disebabkan oleh karena adanya luka paksa tumpul

Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut diatas, maka unsur dengan sengaja menyebabkan perasaan tidak enak atau penderitaan, rasa sakit atau luka telah terpenuhi pula;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan pembelaan terdakwa dan Penasehat Hukum terdakwa yang pada pokoknya memohon agar Majelis yang memeriksa dan mengadili perkara ini menyatakan bahwa terdakwa dibebaskan dari segala dakwaan dengan alasan sebagai berikut :

Pembelaan Terdakwa Intinya:

1. Bahwa tuntutan Jaksa Penuntut Umum tidak memenuhi unsur Pasal 351 (1) KUHP

2. Bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan keterangan 1 (satu) orang saja dan visum dilakukan setelah 3 hari kejadian

3. Bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan kepentingan sepihak diluar hukum, baik dari tekanan dari pejabat atas ataupun media yang seolah-olah membenarkan keterangan korban

4. Bahwa perbuatan terdakwa dilakukan terhadap orang yang telah melakukan berapa kali pidana, dan tidak punya sopan santun terhadap pejabat negara, menekan pimpinan.

Pembelaan Penasihat Hukum Terdakwa Intinya:

1. Bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak mencantumkan secara lengkap keterangan saksi dan fakta. Saksi Dr. Saiden Saragih yang diberikan dibawah sumpah.

2. Bahwa saksi Marupa Sotarduga Siahaan telah dnyatakan keterangannya dipenyidikan di cabut

3. Bahwa yang perlu dibuktikan bukan hanya akibat yang dirasakan namun harus dibuktikan juga apa yang menimbulkan rasa sakit atau cedera tersebut. 4. Bahwa yang melihat terdakwa meninju bibir korban hanyalah saksi Suarto

dan Roy Pratama Nainggolan, dan keterangan tersebut sangatlah subjektif mengingat kedua saksi tersebut adalah rekan saksi korban sesama tahana sel Polres

5. Bahwa visum dilakukan setelah 3 (tiga) hari kejadian dan tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan berbagai hal termasuk melukai diri sendiri dengan tujuan tertentu.

6. Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap terdakwa haruslah didasarkan pada minimal 2 (dua) alat bukti dan keyakinan, dan dari fakta dipersidangan terdakwa tidak melakukan penganiayaan berhubung pukulan yang dilakukan

67   

terdakwa hanya pada bagian lengan tidak menimbulkan rasa sakit, atau menyebabkan cedera.

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan terdakwa dan penasihat hukum terdakwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan sekaligus sebagai berikut:

Menimbang, bahwa tuntutan Jaksa tidak memenuhi unsur Pasal 351 ayat (1) KUHP, hal ini tidak perlu dipertimbangkan lagi, karena telah diuraikan dalam pertimbangan unsur diatas, dan telah pula terpenuhi;

Menimbang, bahwa tuntutan Jaksa hanya berdasarkan keterangan satu orang saja, dan visum dilakukan setelah 3 hari dari kejadian.

Menimbang, bahwa dari semua keterangan saksi-saksi yang disengar dipersidangan bahwa ketika terdakwa melakukan pemukulan terhadap saksi korban saksi-saksi mana melihat secara langsung peristiwa tersebut dan visum yang dilakukan terhadap saksi korban dilakukan 3 hari kemudian, hal tersebut dilakukan karena saksi korban berada dalam sel dan tentunya untuk dapat keluar dari sel harus memenuhi beberapa syarat yang membutuhkan waktu, dan dari hasil visum menunjukkan bahwa bengkak pada kepala dan luka lecet pada bibir adalah bersesuaian dengan keterangan saks-saksi yang melihat langsung peristiwa tersebut oleh karenanya visum tersebut dapat diterima;

Menimbang, bahwa Tuntutan Jaksa hanya berdasarkan kepentingan sepihak diluar hukum, berdasarkan tekanan dari Pejabat atas ataupun media yang seolah-olah membenarkan keterangan korban;

Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa ada pengaruh media atau orang lain dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa terdakwa melakukan perbuatan terhadap orang yang telah melakukan beberapa kali pidana dan orang tersebut tidak memiliki sopan santun terhadap pejabat negara;

Menimbang, bahwa terdakwa melakukan perbuatannya yaitu dengan cara memukul saksi korban dengan alasan saksi korban yang telah melakukan beberapa kali perbuatan pidana, alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena tindakan terdakwa dalam hal ini tidak ada hubungannya dengan perbuatan saksi korban yang di tahan di dalam sel, dan dalam fakta jelas terlihat, bahwa terdakwa melakukan pemukulan terhadap saksi korban adalah karena saksi korban tidak melaksanakan perintahnya yaitu pindah ruangan;

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan Penasihat Hukum terdakwa hal tersebut telah di pertimbangkan sekaligus kecuali yang menyatakan bahwa dari fakta dipersidangan terdakwa tidak melakukan penganiayaan berhubung pukulan yang dilakukan terdakwa hanya pada bagian lengan tidak menimbulkan rasa sakit atau menyebabkan cedera.

Menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan bahwa yang dituju oleh terdakwa bukanlah lengan saku korban dan dalam pertimbangan unsur-unsur sudah lengkap diuraikan dibagian mana yang dipukul oleh terdakwa dan telah pula di nyatakan dalam visum et repertum atau nama saksi korban Andi Irianto Siahaan;

Menimbang, bahwa dari pertimbangan tersebut diatas, maka Majelis Hakim berkesimpulan bahwa pembelaan terdakwa dan Penasihat Hukum terdakwa tidak beralasan dan haruslah ditolak;

69   

Menimbang, bahwa dari uraian tersebut diatas, maka Majelis berkesimpulan bahwa perbuatan terdakwa telah memenuhi dakwaan Jaksa Penuntut Umum;

Menimbang, bahwa oleh karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum telah trpenuhi maka terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dakwaan Jaksa Penuntut Umum, maka pengadilan akan menjatuhkan hukuman kepada terdakwa yang dirasa pantas dan adil sesuai dengan perbuatannya;

Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung tidak ditemukan alasan yang dapat menghapuskan kesalahan terdakwa atau alasan pema’af maka terdakwa harus mempertanggung jawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa Jaksa Penuntut Umum yang menuntut agar terdakwa dijatuhi hukuman penjara selama 8 (delapan) bulan dengan perintah supaya terdakwa ditahan, Majelis Hakim tidak sependapat, karena hukuman yang demikian terhadap terdakwa sangat berat mengingat, akibat perbuatannya tersebut terdakwa telah mendapat sanksi kedinasan berupa mutasi dan demosi dan pemukulan yang dilakukan terdakwa terhadap saksi korban Andi Irianto Siahaan tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi mempunyai kaitan dengan perintah terdakwa selaku pimpinan di Ploresta yang memerintahkan saksi korban dipindahkan ruangannya, namun saksi korban tidak mau dan bahkan sebelumnya saksi korban pernah mengucapkan kata-kata tidak pantas terhadap terdakwa di depan anggota

polisi lainnya dimana saksi korban berkata “ini muka Fatori” sambil meninju karung pasir, yang juga memicu emosi terdakwa;

Menimbang, bahwa dihubungkan pula dengan tujuan pemidanaan adalah bukan merupakan suatu balas dendam melainkan untuk membuat seseorang menjadi jera atau tidak melakukannya lagi;

Menimbang, bahwa oleh karena tujuan pemidanaan bukan semata-mata balas dendam, namun untuk pembelajaran dan untuk memberikan efek jera, maka hukuman yang akan dijatuhkan terhadap terdakwa nantinya, Majelis berpendapat sudah adil dan pantas untuk kesalahan terdakwa;

Menimbang, bahwa terhadap tuntutan Jaksa Penuntut Umum agar terdakwa segera ditahan, Majelis Hakim juga tidak sependapat, mengingat selama persidangan berlangsung terdakwa sangat proaktif dan tidak ada menunjukkan perilaku yang dapat menghambat persidangan dan Majelis Hakim pula meyakini bahwa tugas dan jabatan terdakwa menjadi jaminan untuk melarikan diri;

Menimbang, bahwa mengenai barang bukti yang diajukan dalam persidangan ini yaitu 2 (dua) buah sarung tinju, karena barang bukti tersebut dipergunakan terdakwa untuk melakukan kejahatan maka terhadap barang bukti tersebut Majelis Hakim berpendapat akan dirampas untuk dimusnahkan;

Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah serta akan dijatuhi pidana maka sebagaimana diatur dalam Pasal 222 KUHAP, kepadanya pula dibebankan untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa sebelum menjatuhkan putusan terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan;

71   

Hal-hal yang memberatkan

Terdakwa sebagai pimpinan tertinggi di Polresta Siantar seyogianya mengayomi dan memberi contoh yang baik dengan menghindari perbuatan yang bertentangan dengan hukum.

Hal-hal yang meringankan

1. Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya serta menyesalinya. 2. Terdakwa dan saksi korban dipersidangan telah saling memaafkan 3. Terdakwa belum pernah dihukum

Setelah membaca kronologis dari kasus tersebut penulis berkesimpulan bahwa kasus yang dialami oleh Andi dan Fatori berdasarkan isu yang berkembang dikarenakan profesi dari Andi sebagai wartawan. Sehingga membuat Fatori langsung cepat emosi dan geram karena dari sikap Andi yang langsung menolak dipindahkan keruangan kamar tahanan dan langsung memukulnya dengan menggunakan sarung tinju Rocky di tangan sebelah kirinya.

Kenyataan yang sering terjadi, memang benar bahwa wartawan sering menerbitkan pemberitaan yang berlebihan dari fakta kasus yang terjadi. Sehingga wartawan sering menjadi sasaran pemukulan dan penganiayaan oleh orang-orang yang merasa terganggu atas aib mereka yang ditulis secara berlebihan bahkan tidak jarang dipalsukan pemberitaan tentang mereka. Tetapi, bukan berarti semua wartawan melakukan hal yang seperti itu. Tergantung dari masing-masing pihak wartawan itu sendiri, apakah dia menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik jurnalistik atau tidak.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaturan hukum terhadap wartawan dari tindak pidana kekerasan dalam menjalankan tugas profesi:

a. Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. Pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan

hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun

c. Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia yaitu Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum

2. Faktor penyebab terjadinya tindak pidana kekerasan terhadap wartawan yang sedang menjalankan tugas profesi, yaitu :

73   

1) Lemahnya Regulasi

2) Perubahan peraturan perundang-undangan 3) Ketidakprofesionalan wartawan

4) Standar kompetensi wartawan terhadap perubahan undang-undang pers

b. Faktor eksternal

1) Pelaku Penganiayaan Tidak Memahami Jurnalis adalah Profesi yang Dilindungi Hukum dan Konstitusi.

2) Wartawan yang tidak bekerja sesuai dengan kode etik jurnalistik dan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999

3) Perusahaan pers yang belum total dalam membela wartawan

3. Kebijakan hukum pidana terhadap wartawan dalam menjalankan tugas profesi, yaitu :

a. Penal

Jalur penal, yaitu dengan menerapkan hukum pidana (criminal law application).

b. Non Penal

Jalur non penal yaitu dilakukan dengan cara, yaitu :

1) Pencegahan tanpa pidana (prevention without punisment), termasuk di dalamnya penerapan sanksi administratif dan sanksi pidana serta perdata.

2) Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pembinaan lewat media massa (influencing views of society on crime

and punishment)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat disarankan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap wartawan yang mengalami kekerasan dalam melakukan kegiatan jurnalistik, sebagai berikut:

1. Penegak hukum lebih tegas dalam menerapkan Undang-Undang nomor 40 Tahun 1999, khususnya Pasal 4 dan Pasal 8 yang berkaitan dengan jaminan perlindungan hukum terhadap wartawan, khususnya dalam hal kekerasan. Perlunya ada revisi Pasal 18 ayat (1) tentang ketentuan pidana yaitu pidana penjara paling lama 2 (dua) seharusnya lebih diperberat karena terkadang dibeberapa kasus kekerasan yang terjadi menimbulkan kerugian yang sangat besar dan agar dapat memberi efek jera kepada pelaku kekerasan terhadap wartawan dan perlu adanya revisi pada penjelasan Pasal 18 ayat (1) yaitu untuk kriteria tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan kegiatan jurnalistik.

2. Kebebasan pers yang bertanggungjawab harus diterapkan secara nyata karena kebebasan tersebut telah dilindungi oleh Undang-Undang maka para jurnalis dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus mendapatkan perlindungan yang telah diatur didalam Undang-Undang tersebut sehingga tidak terjadi lagi kekerasan terhadap wartawan.

75   

3. Perlu adanya dukungan dan kerjasama dengan pemerintah, warga masyarakat, dan aparat penegak hukum untuk mengindari terjadinya kekerasan terhadap wartawan sehingga wartawan dalam menjalankan tugas dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dokumen terkait