• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebutuhan A.Air Limbah

B. Persampahan 1. Isu Strategis

8.4.3. Analisis kebutuhan A.Air Limbah

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah Kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota

(development need).

Menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala Kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana Kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini.

Kota Gorontalo VIII - 77

Tabel 8. 25. Analisis Kebutuhan Air Limbah dan Target Pencapaian Daerah

No Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V A. Peraturan terkait sektor air Limbah

Ketersediaan Peraturan bidang Air Limbah (perda, Pergub, Perwal)

PERDA Kota Gorontalo no 14 thn 2011 tentang penarikan retribusi untuk penyedotan lumpur tinja

B. Kelembagaan Bentuk Organisasi

Ketersediaan tata laksana (Tupoksi, SOP) Dibawah tupoksi Badan Lingkungan Hidup

Kualitas dan Kuantitas SDM

Petugas pelayanan penyedotan limbah tinja sudah memadai Kader petugas teknis melalui pelatihan baik formal maupun non formal

C. Pembiayaan

Sumber pembiayaan (APBD

Prov/Kota/Swasta/masyarakat) APBD Kota

Tarif Retribusi Tidak ada data

Relisasi penarikan retribusi(%terhadap target) 100 D Peran Swata dan Masyarakat (sudah ada/belum

ada/bentuk konstribusi)

Persentase kesadaran masyarakat tentang pentingnya memiliki srana prasaran air limbah adalah 69,7 %

E Sistem Setempat (on site)

Ketersediaan dan kondisi IPLT Buruk

Kapasitas IPLT Tidak ada

Tingkat cakupan pelayanan IPLT 100% Ketersediaan Sistem pengelolaan air limbah skala

Kecil/kawasan/komunitas Tidak ada F. Sistem Terpusat (off site)

Ketersediaan dan kondisi IPAL Tidak ada

Kapasitas IPAL Tidak ada

Tingkat Cakupan Pelayanan IPAL Tidak ada

Kota Gorontalo VIII - 78

B. Persampahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan persampahan Kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota

(development need).

Pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek Kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana Kota yang telah disepakati.

Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini:

Kota Gorontalo VIII - 79

Tabel 8. 26. Analisis Kebutuhan Persampahan dan Target Pencapaian Daerah

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Tahun I Tahun II Tahun

III

Tahun IV

Tahun V A. Peraturan terkait persampahan

Ketersediaan peraturan bidang persampahan (perda, pergub, perwali)

Perda No. 16 tahun 2011 tentang Retribusi pelayanan kebersihan dan persampahan B. Kelembagaan

Bentuk organisasi Dinas Pu

Ketersediaan tata laksana (tupoksi, SOP, dll) Ada

Kualitas dan kuantitas SDM Kurang

C. Pembiayaan

Sumber pembiayaan (APBD

Prov/Kota/Swasta/Masyarakat/dll) APBD Kota Tarif retribusi

Realisasi penarikan retribusi (Rp) 158.686.500 D. Peran serta dan dan Masyarakat (sudah ada/belum

ada/bentuk kontribusi,dll) Belum optimal E. Teknis Operasional

Perencanaan (Dok. MP

Kota Gorontalo VIII - 80 C. Drainase

Menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase Kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan Kota (development need). Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang mencakup Kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel berikut ini.

Tabel 8. 27. Analisis Kebutuhan Drainase dan Target Pencapaian Daerah

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV Tahun V A. Peraturan terkait sektor

drainase

Ketersediaan peraturan drainase (perda, pergub, perwali)

Perda Nomor 5 tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan daerah Nomor 3 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja Dinas Daerah Kota Gorontalo B. Kelembagaan

Bentuk organisasi Dinas PU Ketersediaan tata laksana

(tupoksi, SOP, dll) Suda Ada Kualitas dan kuantitas SDM Kurang C. Pembiayaan

Sumber pembiayaan (APBD Prov/Kota/Swasta/Masyarakat/ dll)

APBD Kota

D. Peran serta dan dan

Masyarakat (sudah ada/belum ada/bentuk kontribusi, dll)

Kurang partisipati

E. Teknis Operasional

Aspek Perencanaan (masterplan, FS, DED)

Master plan disusun tahun 2000

Saluran drainse Masih kurang

Bangunan pelengkap (gorong-gorong, pintu air, pompa, talang, dst)

Masih Kurang

Waduk, kolam retensi,

Kota Gorontalo VIII - 81 8.4.4. Program dan Kriteria kesiapan pengembangan Air Limbah

A. Air Limbah

1. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal

Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal  Kriteria Lokasi

 Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS);

 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.  Lingkup Kegiatan:

 Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;

 Pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;

 Pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah (septik tank komunal, MCK++, IPAL komunal);

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;

 Pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;

 Membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan Septik Tank;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

Kota Gorontalo VIII - 82

 Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

 Sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat;

 Sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah Kab./Kota (IPAL RSH);

 Sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 Pemerintah Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan.

 Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat

(on-site) dan Komunal

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat

(on-site) dan Komunal menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten/Kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

2. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site) Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala Kota adalah:

 Kriteria Lokasi:

 Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem terpusat (sewerage system) seperti Medan, Parapat, Batam,

Kota Gorontalo VIII - 83

Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin;

 Kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahun pertama, yang terdiri dari 8 Kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru;

 Sasaran Kota (pusat Kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa.

 Lingkup Kegiatan:

 Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan;

 Pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utama sekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatan kapasitas

idle;

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan operator IPAL;

 Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

 Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan), dan disediakan oleh Pemda (± 6000 m²);

 Terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang;

Kota Gorontalo VIII - 84

 Sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 Pemerintah Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.

B. Persampahan

1. Pembangunan Prasarana TPA

Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)  Lingkup Kegiatan :

 Peningkatan Kinerja TPA

- Pembuatan tanggul Keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran gas dan saluran drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill; - Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan

pemerintah Kab./Kota bersedia mengoperasikan TPA secara

sanitary land fill;

- Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA, pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang, kantor operasional oleh pemerintah Kab./Kota ;

- Pemerintah Kab./Kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahan sampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);

- TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL);

- Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL;

- Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

- Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

Kota Gorontalo VIII - 85

- Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih Kab./Kota untuk pengelolaan TPA bersama secara regional;

- Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang bersedia menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional;

- Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada Provinsi, selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional;

- Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional.

 Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada - Rehabilitasi Prasarana Sarana;

- Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada; - Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.

 Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan Sistem Modul Persampahan:

- Pengadaan dan penambahan peralatan; - Pilot Project TPA.

 Piranti Lunak

- Peningkatan Kelembagaan;

- Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta; - Penyiapan hukum dan Kelembagaan.

 Kriteria Kesiapan

Kondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:

 Sudah memiliki RPI2-JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Adanya minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk prasarana yang direncanakan;

 Adanya dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED;

 Adanya kesiapan lahan;

Kota Gorontalo VIII - 86

2. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R

Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu 3R  Lokasi:

 Kawasan permukiman di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan berbasis masyarakat;

 Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.  Lingkup Kegiatan:

 Fasilitasi pembentukan Kelompok masyarakat (sebagai pengelola), penyusunan rencana kegiatan;

 Pembangunan hanggar, pengadaan alat pengumpul sampah, alat komposting;

 Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat difungsikan sebagai pusat pengolahan sampah tingkat kawasan, daur ulang atau penanganan sampah lainnya dari kawasan yang bersangkutan;

 TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan KSM dan pemberdayaan masyarakat;

 Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM TPS 3R;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

 Kriteria Kesiapan:

 Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah dibebaskan);

 Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh sumber sampah yang ada di dalam kawasan;

 Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA;

Kota Gorontalo VIII - 87

 Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh Kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri;

 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai peran membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang diperlukan, revitalisasi TPA menjadi semi sanitary/control landfill; pilot pembangunan TPA Kota dengan sistem semi sanitary/control landfill dan pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R pemerintah pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan. Sedangkan pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai peran dalam penyiapan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan, penyiapan transportasi dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi. C. Drainase

1. Pembangunan Prasarana Drainase

Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan  Kriteria Lokasi :

 Kota-Kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk tahun pertama;

 Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.

 Lingkup Kegiatan :

 Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah, dsb);

 Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain)

Kota Gorontalo VIII - 88

 Sosialisasi/diseminasi/kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase;

 Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;

 Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

 Kriteria Kesiapan :

 Sudah memiliki RPI2JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;

 Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan;

 Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem pengendali banjir;

 Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;

 Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/Kab);

 Pemerintah Kab./Kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan;

 Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah Kabupaten Kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

Dokumen terkait