3.4 Metode Analisis Data
3.4.5 Analisis Ketercapaian Indikator Berdasarkan Indeks
No. Aspek/Dimensi Pembangunan Berkelanjutan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Indeks Konsistensi (Consistency Index)/CI Nilai Rasio Konsistensi (Consistency Ratio)/CR Ket. 1. Lingkugan a. Potensi Sumberdaya Alam (SDA) b. Degradasi Lingkungan c. Neraca SDA dan
Lingkungan 0,0005 0,0009 Konsisten 2. Sosial a. Keadilan b. Kesetaraan c. Rasa Aman d. Mengahargai Perbedaan 0,005 0,006 Konsisten 3. Ekonomi a. Pendapatan Masyarakat b. Kesempatan Kerja c. Investasi d. Pendapatan Daerah 0,004 0,005 Konsisten
4. Kelembagaan a. Komunikasi dan Koordinasi
b. Partisipasi dan Hak-hak Publik c. Kepemimpinan
Secara khusus untuk memberikan gambaran mengenai tingkat pencapaian indikator pembangunan berkelanjutan di Kota Sukabumi dapat menggunakan indeks komposit. Penerapan analisis ini pada mulanya digunakan oleh Saleh et al. (2009) untuk menganalisis pencapaian MDGs di Kabupaten Sulawesi Barat. Menurut Saleh et al. (2009) dengan tersedianya indikator-indikator di setiap tujuan dari hasil survei di tingkat kecamatan di kabupaten tersebut maka dapat dibuat Indikator Komposit MDGs (IK-MDGs). Indikator komposit ini dapat menunjukkan kinerja pencapaian MDGs di setiap kecamatan dan kabupaten.
IK-MDGs merupakan indeks komposit yang memberikan bobot sama terhadap masing-masing tujuan. Dalam penghitungannya pada tahap awal dipilih terlebih dahulu indikator-indikator yang memungkinkan dari setiap tujuan. Indikator-indikator tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan tujuan MDGs.
Indeks komposit MDGs merangkum temuan-temuan utama dari analisis pencapaian MDGs. Apabila divisualisasikan dalam bentuk grafik laba-laba, maka masing-masing sudut diagram menunjukkan kelompok yang dicakup dalam analisis pencapaian tujuan. Garis-garis dari pusat/tengah ke masing-masing sudut mempresentasikan suatu skala 0 sampai 1, yang mengukur tingkat pencapaian di masing-masing kelompok tujuan.
Titik-titik pada skala mencerminkan situasi pencapaian indikator saat ini yang dipresentasikan sebagai nilai indeks gabungan untuk masing-masing kelompok. Titik-titik dihubungkan untuk menunjukkan gambaran keseluruhan dari kecamatan atau kabupaten dengan mengilustrasikan di kelompok mana yang telah dicapai secara lebih baik dibanding kelompok lainnya. Masing-masing indeks kelompok juga merupakan komposit indikator dari indeks MDGs di masing-masing kecamatan atau kabupaten.
Sebuah indeks merupakan nilai bebas satuan antara 0 dan 1, yang memungkinkan berbagai indeks yang berbeda ditambahakan/dijumlahkan. Ada tiga langkah untuk sampai pada indeks komposit MDGs (IK-MDGs) :
Langkah 1 : Hitung indeks dari indikator tertentu.
Pada umumnya menggunakan rumus berikut untuk menghitung indeks indikator tertentu.
Iix = Cix - mini =
1. Untuk masing-masing kelompok indikator, identifikasikan nilai maksimum dan nilai minimun disetiap indikatornya dari angka indikator setiap kabupaten/kecamatan.
Dix maxi – mini Ri
Dimana :
Iix : Indeks tunggal (single index) dari indikator ke i di kec/kab x Cix : nilai indikator ke i di kec/kab X saat ini
Maxi : nilai maksimum indikator ke i Mini : nilai minimum indikator ke i
Langkah 2: tahapan indeks suatu indikator.
Indeks suatu indikator khusus dapat diperoleh dengan mengikuti tahapan- tahapan sebagai berikut :
Maxi = angka tertinggi dari indikator untuk tingkat kabupeten/kecamatan Mini = angka terendah dari indikator untuk tingkat kabupaten/kecamatan 2. Hitung rentang/kisaran masing-masing indikator dengan mengurangkan
nilai maksimum dengan nilai minimun. Jadi Ri merupakan kisaran indikator ke- i yang ditentukan dengan :
Ri = maxi - mini
3. Kurangkan nilai minimun dari nilai saat ini dari indikator ke i di kabupaten/kecamatan X Jadi hasilnya adalah perbedaan nilai yang ditunjukkan oleh Dix. Bila Cix merupakan nilai kini dari indikator ke i di kabupaten/kecamatan X, maka Dix ditentukan dengan :
Dix = Cix – minix
Langkah 3: visualisasi dalam bentuk grafik laba-laba.
Dari hasil perhitungan IK-MDGs, selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk grafik laba-laba dengan tujuh sudut tujuan. Analisis grafik laba-laba dimulai dari tingkat kabupaten, dilanjutkan untuk masing-masing kecamatan.
3.4.5.1 Indikator Pembangunan Berkelanjutan Berdasarkan Kerangka Kerja Commision Sustainable Development (CSD) Tahun 2007
Menurut Rustiadi et al. (2009) indikator adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang relah ditetapkan. Oleh karena itu, indikator kinerja harus merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi. Selanjutnya Rustiadi et al.(2009) menjelaskan bahwa secara umum, indikator kinerja memiliki fungsi untuk (1) memperjelas
tentang apa, berapa, dan kapan suatu kegiatan pembangunan dilaksanakan, (2) menciptakan konsesus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk
menghindari kesalahan interprestasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya, dan (3) membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit kerja.
Beberapa pertimbangan untuk indikator pembangunan berkelanjutan adalah sebagai berikut :
1) Kesederhanaan: Indikator akhir harus sederhana,
2) Skop: Indikator harus meliputi seluruh aktivitas manusia yang terkait dengan ekonomi dan lingkungan, dan overlap antar masing-masing indikator harus seminimal mungkin,
3) Kuantifikasi: Elemennya harus dapat diukur,
4) Pengukuran: Elemen harus dapat dipantau untuk menunjukkan kecenderungan,
5) Sentivitas: Indikator yang terpilih cukup sensitif terhadap perubahan penting dalam karateristik lingkungan, dan
6) Batas waktu: frekuensi dan lingkup elemen harus dapat
menunjukkan identifikasi waktu dari kecenderungan yang ada.
Indikator didefinisikan sebagai alat ukur berupa statistik yang dapat menunjukkan kondisi, perbandingan, kecenderungan, atau perkembangan suatu hal yang diamati. Indikator diturunkan dari perhitungan-perhitungan statistik,
dapat berupa jumlah, proporsi, persentase, angka/tingkat atau rate, ratio maupun indeks (Saleh et al., 2008)
Pada penelitian ini, peneliti akan mengkaji ketercapaian indikator-indikator pembangunan berkelanjutan yang ada di Kota Sukabumi (berdasarkan ketersediaan datanya). Menurut Buku Indikator Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2010 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Agenda 21 ( hasil Konferensi Tingkat Tinggi Tahun 1992 di Rio de Janeiro) mempunyai kewajiban menyajikan indikator atau variabel yang disarankan dan direkomendasikan oleh United Nation Commision on Sustainable Development (UNCSD). Setiap indikator terpilih dari framework CSD (Commision Sustainable Development) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia yang merupakan revisi dari indikator pembangunan berkelanjutan oleh CSD pada Tahun 2007. Indikator CSD berkaitan dengan indikator Millenium Development Goals (MDGs) walaupun kedua indikator tersebut mempunyai tujuan umum yang berbeda. Indikator CSD hanya dimaksudkan memberikan referensi untuk digunakan di berbagai negara untuk melacak kemajuan nasional dalam mencapai tujuannya. Disisi lain indikator MDGs dikembangkan untuk pemantauan kemajuan global terhadap pertemuan internasional sesuai tujuannya.
Hasil indikator CSD yang direvisi terdiri dari 14 tema (kemiskinan, kepemerintahan, kesehatan, pendidikan, demografi, bencana alam, atmosfir, lahan, laut dan pesisir, air, keanekaragaman hayati, pembangunan ekonomi, kerjasama ekonomi global dan konsumsi serta pola produksi), 44 sub tema, 50 indikator utama dan 46 indikator lain.
Berikut ini akan dijelaskan tentang pentingnya setiap indikator terpilih dari framework CSD yang sudah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
1. Jumlah dan persentase penduduk miskin.
2. Distribusi pembagian pengeluaran per kapita dan indeks gini.
3. Persentase rumah tangga dengan penampungan akhir tinja tangki septik. 4. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih.
5. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan bukan listrik.
7. Jumlah keberadaan pemukiman kumuh.
8. Jumlah kasus korupsi yang sudah diselesaikan. 9. Jumlah kasus pembunuhan.
10.Angka kematian bayi.
11.Angka harapan hidup saat lahir.
12.Persentase penduduk yang berobat jalandi puskesmas dan puskesmas pembantu.
13.Persentase balita yang diimunisasi.
14.Persentase wanita usia 15-49 tahun yang menggunakan alat KB. 15.Status gizi balita.
16.Jumlah penderita malaria,kumulatif kasus AIDS dan jumlah kasus penyakit TB paru.
17.Prevalansi perokok saat ini. 18.Jumlah kasus bunuh diri.
19.Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang tamat pendidikan dasar (SMP).
20.Angka partisipasi Murni SD dan SMP.
21.Persentase penduduk usia 25-64 tahun dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan minimal SMA.
22.Angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas. 23.Penduduk dan laju pertumbuhan penduduk.
24.Angka kelahiran total.
25.Angka beban ketergantungan.
26.Jumlah desa menurut jenis bencana dan upaya antisipasi bencana. 27.Jumlah korban dan kerusakan rumah akibat bencana alam.
28.Emisi gas rumah kaca.
29.Impor komidit bahan yang mengandung zat perusak ozon.
30.Rata-rata bulanan hasil pengukuran konsentrasi gas SO2 dan NO2. 31.Luas lahan sawah.
32.Persentase luas hutan. 33.Luas kebakaran hutan.
35.Sebaran kawasan konservasi laut. 36.Luas dan kondisi terumbu karang. 37.Produksi dan distribusi air bersih. 38.Kandungan BOD dan COD dalam air. 39.Kawasan konservasi daratan.
40.Spesies satwa dan tumbuhan yang dilindungi.
41.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. 42.Laju inflasi.
43.Rasio pinjaman luar negeri terhadap produk nasional bruto (PNB). 44.Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja.
45.Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang rentan kehilangan pekerjaannya.
46.Rata-rata upah per bulan pekerja wanita di sektor non pertanian. 47.Persentase rumah tangga yang mengakses internet.
48.Nilai impor.
49.Posisi pinjaman luar negeri. 50.Pemakaian energi.
51.Jumlah kendaraan bermotor.
3.4.5.2 Pemilihan Indikator Pembangunan Berkelanjutan Pada Penelitian
Berdasarkan ketersediaan data yang ada maka peneliti telah menetapkan beberapa indikator pembangunan berkelanjutan yang akan di analisis ketercapaiannya di Kota Sukabumi dengan rujukan dari indikator pembangunan berkelanjutan CSD (2007). Adapun pemilihan indikator tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.