• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN

5.3 Analisis Lintas Sektor Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan

5.3.1 Analisis Keterkaitan Dan Ketergantungan Antar Sektor

Berdasarkan hasil analisis pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) di Pelabuhan Tanjung Priok pada Sub Bab 5.1, maka dapat disimpulkan bahwa antar sektor memiliki saling keterkaitan dan ketergantungan sebab-akibat. Hubungan antar sektor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi

Aspek kualitas fisik ekologi pelabuhan sangat dipengaruhi dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap aspek sosial kepelabuhanan, aspek ekonomi pelabuhan, aspek kesesuaian pemanfaatan ruang di pelabuhan (hubungan internal pelabuhan) dan aspek peraturan perundang-undangan. 2) Aspek Sosial Kepelabuhanan

 Aspek sosial kepelabuhanan Tanjung Priok memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan aspek-aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, kesesuian pemanfaatan ruang dan peraturan perundang-undangan dan kelembagaan.

 Memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi dengan aspek ekonomi kepelabuhanan.

3) Aspek ekonomi kepelabuhanan

 Memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek sosial dan aspek perundang-undangan dan kelembagaan.

 Memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi dengan aspek kesesuaian pemanfaatan ruang dan aspek peraturan perundang- undangan dan kesesuaian pemanfaatan ruang.

4) Aspek kesesuaian pemanfaatn ruang.

 Memiliki keterkaitan dan ketergantungan dengan aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek sosial dan aspek ekonomi kepelabuhanan.

 Memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang tinggi dengan aspek perundang-undangan dan kelembagaan.

5) Aspek perundang-undangan dan kelembagaan.

 Memiliki keterkaitan, tetapi tidak memiliki ketergantungan dengan aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek sosial ekonomi kepelabuhanan dan aspek kesesuaian pemanfaatan ruang.

Dengan demikian matriks hubungan antar sektor pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) disajikan pada Tabel 33.

Tabel 33 Matriks Hubungan Keterkaitan dan Ketergantungan Antar Sektor Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport)

No Uraian 1 2 3 4 5 Keterangan 1 Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi

Bobot ketergan- tungan tinggi 2 Aspek Sosial Pelabuhan

Bobot ketergan- tungan sedang 3 Aspek Ekonomi Kepelabuhanan

Bobot ketergan- tungan sedang 4 Aspek Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

Bobot ketergan- tungan sedang 5 Aspek Peraturan Perundangan Dan Kelembagan

Bobot ketergantungan tidak ada

153

Sumber : Hasil Analisis Berdasarkan Penelitian, Jakarta 2011

5.3.2 Analisis Perumusan Standar Ecoport Untuk Pelabuhan-Pelabuhan di Indonesia.

Berdasarkan hasil-hasil analisis komponen ecoport dan hubungan keterkaitan dan ketergantungan antar sektor, yaitu analisis kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek sosial kepelabuhan, aspek ekonomi kepelabuhanan dan aspek kesesuaian pemanfaatan ruang dan aspek peraturan perundang-undangan disertasi rumusan standar ecoport. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 34.

Tabel 34 Rumusan Standar Ecoport untuk Pedoman Penataan Ruang dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok

No Komponen Ecoport Rumusan Standar Ecoport

Parameter Indeks Ecoport Dasar Rumus

I Kualitas lingkungan Fisik/Ekologi

a. Kualitas air di kolam perairan pelabuhan

Nilai Indeks Pencemar (IP) dibawah Batas Ambang Batas (BAM) = 0 – 1

PP No.82/2001 dan Kep.Men LH 51/2004

b. Kualitas udara pelabuhan

Nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dibawah BAM =

 100

PP No.41/1999 dan kep.Men LH 02/1998

c. Tingkat kebersihan kawasan

Pengangkutan sampah dan proses 3R mencapai 100%

Standar kebersihan kawasan d. Kondisi Penghijauan Prosentasi penghijauan 20 %

total kawasan sesuai standar perencanaan kawasan.

UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang e. Tingkat Sedimentasi

perairan

Volume dan frekwensi pengerukan:

1. 20 - 60 ton per 5 tahun (perairan)

2. 20-60 ton per 3 tahun (alur pelayaran)

Persamaan DPMA (1983)

II Kondisi sosial ekonomi pekerja pelabuhan dan masyarakat kawasan penyangga

a. Lapangan kerja dan tingkat pendapatan serta tingkat kerawanan sosial masyarakat

a.Penyerapan tenaga kerja di pelabuhan langusung dan tidak langsung di atas 50%

b.Tingkat pendapatan masyarakat di atas UMP dan Kebutuhan Hidup Minimum

c.Tingkat kerawanan sosial masyarakat - Hasil analisis. - Standar BPS b. Persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan pengembangan pelabuhan

P Positif dan partisipatif Hasil analisis.

c. Bina Lingkungan & UMKM

- Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal - Sarana/prasarana dasar

terpenuhi

- Standar dan ketentuan dari Kementerian BUMN

No Komponen Ecoport Rumusan Standar Ecoport

Parameter Indeks Ecoport Dasar Rumus

Kesehatan Kerja (K3) di pelabuhan

Depnaker e. Keamanan Pelabuhan - Penghargaan ISPS-Code

- Zero Accident

- Peraturan Daerah III Pertumbuhan arus barang

dan kapasitas ruang pelabuhan

a. Pertumbuhan arus barang

Di atas 5% per tahun Standard Bappenas b. Kapasitas Terminal

Kontainer (Container Yard) di pelabuhan

Yard Occupantie Ratio(YOR) 65% - 70%

Standard untuk pelabuhan di negara-negara berkembang (Literingen H., 2009) IV Kesesuaian Pemanfaatan

ruang fungsi-fungsi dengan Masterplan pelabuhan

a. Bagian daratan pelabuhan

Sesuai Masterplan Pelabuhan dan standar perencanaan kawasan pelabuhan

Perencanaan Pelabuhan (Soedjono Karmadihata, 1985) dan Standar Perencanaan Kota (UU No.26/2007)

b. Bagian perairan pelabuhan

Sesuai dengan Ketentuan dan Pedoman Teknis Pelabuhan dan Alur Keselamatan. V Aspek Peraturan Perundang-undangan dan kelembagaan a. Penyusunan dan Pengesahan Rencana Induk Pelabuhan

Melibatkan Pemda DKI Jakarta dari penyusunan sampai rekomendasi pengesahan Rencana Induk pelabuhan RI

UU No.17/2008 tentang Pelayaran. UU No.32 / 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. b. Penyusunan dan Penetapan Batas DLKR/DLKP pelabuhan

Melibatkan Pemda DKI Jakarta dalam penyusunan dan penetapan batas DLKR/DLKP UU No.17/2008 tentang Pelayaran. UU No.32 / 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. c. Pengawasan Pembangunan Fisik dan Pengendalian Lingkungan

Kewenangan Pemda DKI Jakarta

Peraturan Daerah Keputusan Menteri LH

Sumber : Hasil analisis penulis terhadap standar-standar lingkungan dan ecoport sesuai perundang- undangan, standar perencanaan dan pedoman teknis pelabuhan, berwawasan lingkungan standar perencanaan kawasan dan kota dan referensi ecoport di negara Eropa dan Jepang, Jakarta 2011

Pada bagian disertasi ini penulis mengajukan pendekatan rumusan standar

ecoport sebagai salah satu unsur kebaruan dalam studi ini. Untuk menilai kesesuaian suatu pelabuhan khususnya pelabuhan besar (utama dan pengumpul) dilakukan analisis terhadap komponen lingkungan-lingkungan. Setiap sektor atau komponen lingkungan diberi bobot berdasarkan tingkat urgensi atau pengaruhnya terhadap penentuan standar ecoport sebagaimana disajikan pada Tabel 34.

Standar diklasifikasikan atas Indeks Ecoport untuk bisa menilai tingkatan kesesuian pelabuhan memenuhi standar ecoport, menurut penelitian penulis belum pernah dilakukan di Indonesia. Dasar penilaian dan pembobotan kawasan pelabuhan berstandar ecoport dapat dilihat pada Tabel 35.

Pendekatan penentuan bobot masing-masing komponen adalah: 1) Aspek Fisik dan Ekologi Pelabuhan (Ff) 40%

2) Aspek Sosial Pelabuhan dan Masyarakat Kawasan Penyangga (Fs) 20% 3) Aspek Ekonomi Kepelabuhanan (Fp) 20%

4) Aspek Pemanfaatan Tata Ruang Pelabuhan (Ftr) 20%

Tabel 35 Dasar Pendekatan Penentuan Rumus Standar Ecoport No Komponen

Ecoport

Rumusan Standar Ecoport

Pembobotan Fungsi Parameter Indeks Ecoport Dasar Rumus I Aspek Fisik Ekologi Pelabuhan (Ff)

40 % Dasar pemikiran dari nilai pembobotan ini didasarkan bahwa aspek ini kunci dalam menentukan keberhasilan suatu pelabuhan dalam melaksankan operasional pelabuhan yang berwawasan lingkungan

Fungsi Fisik Ekologi (Ff) = 0,30KPP +0,25 KP+0,2KUP+ 0,15TKK+0,25 KP+0,10 TSP a. Kualitas kolam perairan pelabuhan (KPP) Nilai Indeks Pencemar (IP) dibawah Batas Ambang Batas (BAM) = 0 – 1 PP No.82/2001 dan Kep.Men LH 51/2004

Prioritas pertama (30 %), karena besarnya dampak yang ditimbulkan dan peluang terjadinya pencemaran air yang tinggi. kondisi perairan mempengaruhi dan disebabkan oleh kegiatan pelabuhan. Pencemaran air dapat menimbulkan ; sedimentasi, gangguan kesehatan, gangguan terhadap biota air sehingga menyebabkan perubahan ekosistem.

Skor Kriteria penilaian mengunakan Indeks pencemaran (IP):

1 : Tercemar Berat 2 : Tercemar Sedang 3 : Tidak Tercemar b. Kualitas udara pelabuhan (KUP) Nilai Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) dibawah BAM =  100 PP No.41/1999 dan kep.Men LH 02/1998

Prioritas ketiga (20%), disebabkan besarnya dampak yang ditimbulkan dan peluang terjadinya pencemaran kualitas udara. Kualitas udara merupakan indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pengelolaan kualitas udara akan mempengaruhi gangguan kesehatan, suhu mikro (lokal), dan kenyaman.

Skor Kriteria penilaian berdasarkan ISPU standar kebersihan kawasan; 1 : Tercemar Berat 2 : Tercemar Sedang 3 : Tidak Tercemar c. Tingkat kebersiha n kawasan (TKK) Pengangkutan sampah dan proses 3R mencapai 100% Standar kebersihan kawasan

Prioritas keempat (15%), disebabkan besarnya dampak yang ditimbulkan dan peluang untuk melakukan usaha kebersihan. Kebersihan kawasan akan mempengaruhi gangguan kesehatan, dan kenyaman.

Skor Kriteria penilaian berdasarkan standar kebersihan kawasan; 1: Kotor 2: Bersih 3: Sangat bersih d. Kondisi Penghijau an (KP) Prosentasi penghijauan 20 % total UU No. 26/2007 tentang

Prioritas kedua (25 %), karena besarnya dampak yang ditimbulkan dan peluang untuk melakukan

No Komponen Ecoport

Rumusan Standar Ecoport

Pembobotan Fungsi Parameter Indeks Ecoport Dasar Rumus kawasan sesuai standar perencanaan kawasan. Penataan Ruang

penghijauan masih ada di Kawasan Pelabuhan. kondisi penghijauan pelabuhan akan mempengaruhi kualitas udara, estetika, suhu mikro (lokal) dan kenyamanan. Skor Kriteria penilaian (50 %), mengunakan standar tata ruang : 1 : Presentase ruang terbuka hijau

kurang dari standar yang ditetapkan oleh tata ruang 2 : Presentase ruang terbuka hijau

sama dengan standar yang ditetapkan oleh tata ruang 3 : Presentase ruang terbuka hijau

lebih besar daripada ditetapkan oleh tata ruang

Skor Kriteria penilaian (50 %), mengunakan indeks Shannon- Wienner : 1 : Keanekaragaman rendah 2 : Keanekaragaman sedang 3 : Keanekaraman tinggi e. Tingkat Sedimenta si perairan (TSP) Volume dan frekwensi pengerukan: 1. 20 - 60 ton per 5 tahun (perairan) 2. 20-60 ton per 3 tahun (alur pelayaran) Persamaan DPMA (1983)

Prioritas ke lima (10 %), besarnya dampak dan peluang terjadinya sedimentasi dan upaya untuk melakukan perlambatan sedimentasi terutama di muara sungai dan kolam pelabuhan. Sedimentasi merupakan dampak turunan kondisi perairan

Skor Kriteria penilaian persamaan DPMA : 1 : Sedimentasi besar 2 : Sedimentasi Sedang 3 : Sedimentasi rendah II Aspek Sosial Pelabuhan Masyarakat Kawasan Penyangga (Fs)

20 % didasarkan bahwa pengembangan pelabuhan di Indonesia sebagai salah satu daya tarik sumber lapangan kerja pada sektor formal dan informal. Keamanan pelabuhan dan pekerjanya juga sebagai standar penilaian dari

International Maritim Organization (IMO) Fungsi Sosial (Fs)= 0,3PKM+0,25 PM+0,20BL+ 0,15K3+0,10 KP a. Lapangan kerja, tingkat pendapata n serta tingkat kerawana n sosial masyarak at (PKM) a.Penyerapan tenaga kerja di pelabuhan langusung dan tidak langsung di atas 50% b.Tingkat pendapatan masyarakat di atas UMP dan Kebutuhan Hidup Minimum c.Tingkat kerawanan sosial masyarakat - Hasil analisis. - Standar BPS - Keputusan Gubernur

30 %, disebabkan besaran dan peluang terjadinya penyerapan tenaga kerja yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat dan pada akhirnya mengurangi persepsi negatif masyarakat serta menangulangi kerawanan sosial

Skor Kriteria penyerapan tenaga kerja (10%);

1.Penyerapan tenaga kerja dibawah yang disyaratkan peraturan. 2.Penyerapan tenaga kerja sesuai

yang disyaratkan peraturan. 3.Penyerapan tenaga kerja lebih dari

yang disyaratkan peraturan Skor Kriteria pendapatan msyarakat (10%);

1.Pendapatan di bawah UMP. 2.Pendapatan sesuai dengan UMP .

No Komponen Ecoport

Rumusan Standar Ecoport

Pembobotan Fungsi Parameter

Indeks Ecoport

Dasar Rumus

3.Pendapatan di atas UMP Skor Kriteria kerawanan sosial (10%);

1.Potensi kerawanan tinggi. 2.Potensi kerawanan sedang . 3.Potensi kerawanan rendah. b. Persepsi masyarak at terhadap keberadan dan rencana pengemba ng-an pelabuhan (PM)

Positif dan Hasil analisis.

25 % didasarkan dari dampak turunan dari perekonomian masyarakat, dimana masyarakat jangan hanya jadi penonton saja, namun perlu dilibatkan dalam operasional pelabuhan.

Skor Kriteria persepsi masyarakat ; 1.Persepsi negatif lebih besar

daripada persepsi positif 2.Persepsi negatif sama dengan

persepsi positif

3.Persepsi negatif lebih kecil daripada persepsi positif c. Bina Lingkung an & UMKM (BL) - Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal - Sarana/prasar ana dasar terpenuhi - Standar dan ketentuan Kementeri- an BUMN

20% , karena peran serta masyarakat merupakan gabungan dari dampak ekonomi dan sosial masyarakat. Skor Kriteria manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal :

1.Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal tidak ada

2.Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal rendah

3.Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal tinggi d. Keselama tan dan Kesehatan Kerja (K3) Kecelakaan Kerja minimal (zero accident) Hasil Analisis dari Standar Depnaker

15 % karena adanya SOP terhadap K3.

Skor Kriteria K3 ; 1.Kecelakaan kerja tinggi. 2.Kecelakaan Kerja Rendah 3.Kecelakaan Kerja tidak ada (zero

accident). e. Keamana n Pelabuhan (KP) - Penghargaan ISPS-Code - Peraturan Internasio nal

10 % : penerapan ISPS Code

dilakukan oleh internasional dalam rangka penetapan status pelabuhan menjadi pelabuhan internasional, di mana salah satu aspeknya adalah lingkungan hidup.

Skor Kriteria K3 ;

1.Belum diterapkan ISPS Code 2.Sebagian kegiatan telah

menerapkan ISPS Code

3.Semua kegiatan telah menerapkan

ISPS Code .

III Aspek ekonomi Kepelabuhan an (Fp)

20 %, didasarkan bahwa aspek ini merupakan bangkitan dampak, sehingga dikelola dengan konsep konsep ecoport. Fungsi ekonomi Kepelabuhana n (Fp) = 0,5PAB +0,5 YOR

No Komponen Ecoport

Rumusan Standar Ecoport

Pembobotan Fungsi Parameter Indeks Ecoport Dasar Rumus a.Pertumbuha n arus barang (PAB) Di atas 5% per tahun Standard Bappenas

50% : Pertumbuhan arus barang merupakan faktor utama pengembangan pelabuhan. Skor Kriteria pertumbuhan arus barang;

1 : di bawah 5% per tahun 2 : 5 % per tahun 3 : di atas 5 % per tahun b. Kapasitas Terminal Kontainer (Container Yard) di pelabuhan Yard Occupantie Ratio(YOR) 70% Standard untuk pelabuhan di negara- negara berkembang (Ligteringen H., 2009)

50% : Yard Occupantie Ratio (YOR)

merupakan pertimbangan utama dalam pemenuhan pelabuhan berstandar internasional dan ecoport Skor Kriteria Kapasitas Terminal Kontainer ;

1 :YOR di atas 70% 2 :YOR sama dengan 70 % 3 :YOR di bawah 70 % IV Aspek Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Pelabuhan (Ftr)

20 % Aspek kesesuaian pemanfaatan ruang merupakan faktor penting dalam menunjang sistem ecoport. Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang akan berdampak pada keseimbangan antara faktor ekologi dan ekonomi.

Fungsi Tata Ruang (Ftr) = 0,5BD +0,5 BL a. Bagian daratan pelabuhan (BD) Sesuai Masterplan Pelabuhan dan standar perencanaan kawasan pelabuhan Perencanaan Pelabuhan (Soedjono Karmadihat a, 1985) dan Standar Perencanaan Kota (UU No.26/2007)

50% : bagian daratan pelabuhan merupakan prasarana dasar aktivitas kegiatan darat kepelabuhanan Skor master plan dataran ; 1 :Tidak sesuai dengan masterplan 2 :Sebagian sesuai dengan masterplan 3:Seluruhnya sesuai dengan

masterplan b. Bagian kolam perairan pelabuhan (BL) Sesuai dengan Ketentuan dan Pedoman Teknis Pelabuhan dan Alur Keselamatan.

50% : bagian kolam perairan pelabuhan merupakan prasarana dasar aktivitas pelayaran kepelabuhanan

Skor master plan perairan ; 1 :Tidak sesuai dengan masterplan 2 :Sebagian sesuai dengan masterplan 3:Seluruhnya sesuai dengan

masterplan

Berdasarkan pembobotan pada Tabel 35 tersebut di atas, maka di dalam penelitian ini disusun Indeks Ecoport untuk menilai tingkat kesesuaian pelabuhan- pelabuhan di Indonesia terhadap standar ecoport yang layak diterapkan di Indonesia dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok yaitu :

1) Indeks Ecoport 0 - 1 : Belum bisa disebut Ecoport.

2) Indeks Ecoport 1,1 - 2 : Perlu ada peningkatan untuk menuju Ecoport.

3) Indeks Ecoport 2,1 - 3 : Sudah dapat disebut Ecoport.

Alasan penetuan besarnya nilai kisaran nilai Indeks Ecoport dan pembagian Indeks Ecoport tersebut di atas didasarkan pada skor kriteria pada pembobotan setiap komponen parameter indeks Ecoport, dengan skor minimum 1

dan skor terbesar 3. Besaran indeks ecoport skor 0-1 apabila kondisi kurang, indeks ecoport skor 1,1 - 2 untuk kondisi sedang dan skor indeks ecoport 2,1 - 3 adalah untuk kondisi baik. Uraian lebih rinci adalah sebagai berikut :

1) Indeks Ecoport  1 Berarti belum bisa disebut Ecoport, hal tersebut disebabkan beberapa komponen penilaian dalam kondisi kurang.

2) 1,1  Indeks Ecoport  2 Perlu ada peningkatan untuk menuju ecoport,

hal tersebut disebabkan karena komponen-komponen parameter penilaian dalam kondisi sedang, meskipun terdapat beberapa yang kurang.

3) Indeks Ecoport  2,1 maka sudah dapat disebut Ecoport nilai indeks ini didapatkan apabila komponen penilaian sudah kondisi baik.

5.3.3 Analisis Kesesuaian Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Rumusan Standar Ecoport Dan Strategi Pencapaian.

Di dalam penelitian studi ini, maka sebagai suatu model akan dianalisis kesesuaian kondisi Pelabuhan Tanjung Priok terhadap rumusan standar ecoport, sebagai pelabuhan internasional terbesar di Indonesia. Sesuai dengan rumusan standar ecoport pada Sub Bab 5.3.2, maka komponen ecoport yang dianalisis meliputi aspek fisik ekologi pelabuhan khususnya di kolam perairan pelabuhan (Fb), aspek sosial pelabuhan pelabuhan (Fs), aspek ekonomi pelabuhan (Fp) dan aspek kesesuaian pemanfaatan ruang (Ftr), dengan bobot masing-masing 40%, 20%, 20% dan 20%. Untuk lebih jelasnya penilaian dan pembobotan kawasan Pelabuhan Tanjung Priok terhadap rumusan standar ecoport yang diajukan penulis disajikan pada Tabel 36.

Tabel 36 Tabel Penilaian dan Pembobotan Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Rumusan Standar Ecoport

No Komponen Ecoport Pembobotan Fungsi

I Aspek Fisik Pelabuhan (Ff) 40% dasar pemikiran dari nilai pembobotan ini didasarkan bahwa aspek ini merupakan kunci dalam menentukan keberhasilan suatu pelabuhan dalam melaksanakan oprasional pelabuhan yang berwawasan lingkungan Fungsi Fisik (Ff) = 0,3KPP +0,25 KP+0,2KUP+0,15TK K+0,1TSP (0,3) +(0,25x1)+(0,2 x1) +(0,15x 2)+(0,1 x 2)= 0,3 +0,25 +0,2 +0,5 +0,2 = 1,20 a. Kualitas perairan pelabuhan (KPP) 2 ;Tercemar Sedang

No Komponen Ecoport Pembobotan Fungsi

(KUP)

c. Tingkat kebersihan kawasan (TKK)

2; bersih

d. Kondisi Penghijauan (KP) 1 ; presentase ruang terbuka hijau kurang dari standar yang ditetapkan oleh tata ruang 1 ; keanekaragaman rendah

e. Tingkat Sedimentasi perairan (TSP)

2: Sedimentasi Sedang

II Aspek Sosial Pelabuhan (Fs) 20 % didasarkan bahwa pengembangan pelabuhan di Indonesia sebagai salah satu daya tarik sumber lapangan kerja pada sektor formal san informal. Keamanan pelabuhan dan pekerjanya juga sebagai standar penilaian dari International Marketing Organization (IMO)

Fungsi Sosial (Fs)= (0,3 x1,7)

+(0.25x2)+(0,2x2)+( 0,15x2)+(0,1 x2)= 1,91

a. Lapangan kerja dan tingkat pendapatan serta tingkat kerawanan sosial masyarakat (PKM)

3. Pendapatan di atas UMP 1. Penyerapan tenaga kerja dibawahi yang disyaratkan peraturan. 1. Potensi kerawanan tinggi . b. Persepsi masyarakat

terhadap keberadaan dan pengembangan pelabuhan (PM)

2. Persepsi negatif lebih kecil daripada persepsi positif

c. Bina Lingkungan & UMKM (BL)

2. Manfaat langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal ,sedang

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2. Kecelakaan Kerja tidak ada (zero accident).

e. Keamanan Pelabuhan (KP)

2. Sebagian kegiatan telah menerapkan IPSS Code

III Aspek Kepelabuhanan (Fp) 20 %, didasarkan bahwa aspek ini merupakan bangkitan dampak, sehingga dikelola dengan konsep konsep ecoport.

Fungsi

Kepelabuhanan (Fp) = 0,5PAB +0,5 YOR 1,5 + 1 =2,5

a. Pertumbuhan arus barang (PAB)

3 : di atas 5 % per tahun

b. Kapasitas Terminal Kontainer (Container Yard) di pelabuhan

2 :YOR sama dengan 70 %

IV Aspek Tata Ruang Pelabuhan (Ftr)

20 % didasarkan bahwa aspek ini merupakan bangkitan dampak, sehingga dikelola dengan konsep ecoport

Fungsi Tata Ruang (Ftr) = 0,5BD +0,5 BL 1 +1,5=2.5

a. Bagian daratan pelabuhan (BD)

2 :Sebagian sesuai dengan masterplan

b. Bagian perairan pelabuhan (BL)

3:Seluruhnya sesuai dengan masterplan

Berdasarkan hasil perhitungan penilaian dan perhitungan komponen- komponen lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok maka dihasilkan Indeks Ecoport

sebesar 1,74 dan masih perlu peningkatan setiap komponen untuk bisa memenuhi standar ecoport. Evaluasi kondisi komponen-komponen lingkungan yang ada, agar Pelabuhan Tanjung Priok dapat menjadi pelabuhan berstandar ecoport.

Analisis Dapat diuraikan strategi pencapaian standar ecoport untuk Pelabuhan Tanjung Priok berdasarkan penilaian setiap komponen lingkungan sehingga mencapai standar ecoport sebagai berikut :

1) Kualitas lingkungan fisik ekologi

 Kualias air perairan :

o Melakukan pengelolan lingkungan perairan yang baik agar kualitas

lingkungan perairan terjaga sehingga mengurangi tingkat pencemaran perairan.

 Kualitas udara daratan :

o Melakukan pengelolaan lingkungan serta menjaga kualitas udara di dalam dan di lingkungan pelabuhan.

 Kondisi penghijauan dan kebersihan :

o Menambah penghijauan di sekitar kawasan pelabuhan (kawasan penyangga).

o Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan serta menerapkan

proses 3 R sebagai pengelolaan sampah.

o Membuat lingkungan pelabuhan yang bersih dan nyaman.

 Kondisi sedimentasi perairan :

o Frekuensi pengerukan kolam perairan setiap 5 tahun dan alur

pelayaran setiap 3 tahun.

o Membuat kolam penampung sedimen di muara-muara sungai ke

pelabuhan.

2) Kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok.

 Pelabuhan bagian daratan :

o Pengembangan pelabuhan yang ada disesuaikan dengan

 Teknis Perairan

o Untuk pelabuhan pengumpul internasional (international hub port)

dan reklamasi bentuk pulau, persyaratan perairan diubah. 3) Pertumbuhan arus barang dan kapasitas pelabuhan

 Penyediaan lahan pelabuhan untuk menampung kapasitas pelabuhan sesuai proyeksi pertumbuhan barang.

 Perlu adanya penyesuaian biar Yard Occupantie Ratio (YOR) yang ada dengan standar ecoport (<70%).

4) Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat

 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat :

o Melibatkan masyarakat kawasan penyangga dalam kegiatan

kepelabuhanan baik pada sektor formal maupun informal hingga mencapai  20%.

o Meningkatkan tingkat keselamatan kerja dan pelayanan.

o Meningkatkan program bina lingkungan terhadap kawasan penyangga sesuai dengan ketentuan BUMN.

o Meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat penyangga.

 Persepsi masyarakat terhadap pengembangan pelabuhan :

o Memperbaiki hubungan dengan masyarakat penyangga

o Meningkatkan pendidikan masyarakat penyangga agar tidak mudah

terprovokasi.

5) Perundang-undangan dan kelembagaan.

 Meningkatkan koordinasi kelembagaan dalam hal pengelolaan dan pengendalian lingkungan dalam pelabuhan.

 Menjadikan pengelolaan dan pengendalian lingkungan kawasan pelabuhan mencakup perairan Teluk Jakarta di bawah kewenangan KLHS.

 Pemda melakukan pengawasan terhadap pembangunan fisik.

Strategi pencapaian standar ecoport untuk Pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Lampiran 30.

5.4 Analisis Studi Penataan Ruang dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jangka Panjang (2011-2030)

Hasil analisis penulisan terhadap RTRW DKI Jakarta 2011-2030 dibagian kawasan penelitian Pelabuhan Tanjung Priok dan sekitarnya, zoning plannya sudah sesuai. Akan tetapi untuk penetapan zoning ini masih umum, belum melalui analisis dari aspek-aspek :

1) Perhitungan pertumbuhan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok dalam Jangka Panjang (2011-2030).

2) Kapasitas ruang pengembangan Pelabuhan sesuai dengan standar perencanaan terminal kontainer (container yard) dan perencanaan pelabuhan, serta standar perencanaan tata ruang zoning suatu kawasan pelabuhan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3) Harmonisasi rencana peruntukan dari kawasan pelabuhan sebagai kawasan bernilai ekonomi tinggi dengan peruntukan perumahan di kawasan sekitar pelabuhan (kawasan penyangga).

4) Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No.42 Tahun 2011.

Oleh sebab itu menurut hasil kajian penulis, rencana zoning dan konsep rencana tata ruang pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok di dalam penelitian studi disertasi ini bisa digunakan di dalam penyusunan Ruang Detail Tata Ruang Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangganya yang saat ini sudah dalam proses penyaringan masukan dari berbagai sektor institusi. Untuk lebih jelasnya disajikan pada Gambar 44.

5.4.1 Analisis Terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok 2030.

Hasil analisis penelitian studi terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok 2030 sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 42 Tahun 2011 pada Gambar 45 dan Gambar 46 menggambarkan belum terintegrasinya pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok dengan pengembangan Pelabuhan Marunda sebagai satu kesatuan sesuai RTRW DKI Jakarta 2011-2030, yaitu antara rencana reklamasi untuk pelabuhan Kalibaru dengan rencana reklamasi pengembangan pelabuhan Marunda.

Rencana Tata Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok di daerah pesisir Jakarta sesuai hasil penelitian studi disertasi ini sudah sinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2011-2030 dan Rencana Detail Tata

Dokumen terkait