• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) DALAM RANGKA PENGELOLAAN PESISIR TERPADU (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) DALAM RANGKA PENGELOLAAN PESISIR TERPADU (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)"

Copied!
274
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN

LINGKUNGAN

(ECOPORT)

DALAM RANGKA

PENGELOLAAN PESISIR TERPADU

(Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)

EDDY IHUT SIAHAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) Dalam Rangka Pengelolaan Pesisir Terpadu, Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2012

(3)
(4)

EDDY IHUT SIAHAAN. Ecoport Development in order to Integrated Coastal Management (Case Study Tanjung Priok Port). Under supervision of TRIDOYO KUSUMASTANTO, ACHMAD FAHRUDIN, SETIA HADI and ARIO DAMAR.

Research was done in Tanjung Priok Port, in buffer zone surrounding the

port, and Jabodetabek region as port’s main hinterland. Purposes of this research

include (1) to identify environmental quality of Tanjung Priok port (2) to analyze

long term spatial planning for port’s development, (3) to formulate Tanjung Priok

Port development plan based on spatial planning and integrate into Jakarta Bay and Coastal Area Spatial Planning 2030 (4) to develop port’s spatial zoning based on Ecoport Standard. Research has found phenomenon in environmental quality based on MENLH standard; those include decreasing of water quality which is 42% under the threshold quality standard, and air quality which is 90% under the

threshold quality standard, particularly by rivers mouth and intersection by port’s

gates. Based on GIS approach, the current 33% space utilization is appropriate with port Masterplan and 68% inappropriate due to conflict with Port Masterplan. Populations surrounding port area earn their living with low income and work in informal sector. Residences are overcrowded, slums-like, and prone to flooding and fire; the socially vulnerable are among general population. Port’s institutional management has established new regulation, which is separation between regulator (Port Authority) and terminal operator (PT (P) Pelindo II) without full involvement from local government. Based on the analysis, the ecoport index of 1,74 show that the existing condition of Tanjung Priok Port including its buffering zone does not fulfill the requirement of an ecoport standard. In order to resolve ports problems and conform to an international ecoport. Port of Tanjung Priok should be planned and developed by expanding port’s current boundary and size from 605 ha (2011) to 2810 ha (2030), which include the allocation of port’s main and supporting functions, logistic areas, docking, infrastructure, green belt and public facilities. Tanjung Priok ecoport development should be integrated with Jakarta Coastal Management and Spatial Planning 2030.

(5)
(6)

EDDY IHUT SIAHAAN. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir Terpadu (Studi Kasus Pelabuhan Tanjung Priok). Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO, ACHMAD FAHRUDIN, SETIA HADI dan ARIO DAMAR.

Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan internasional utama terbesar di Indonesia, didirikan tahun 1883, terletak di pantai Utara Pulau Jawa, persisnya di pesisir Teluk Jakarta. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki luas daratan + 604 ha dan kolam pelabuhan + 424 ha, penahan gelombang 8.456 m, panjang alur 16.853 m dan panjang dermaga 13.444 m. Kedalaman laut kolam pelabuhan dan alur pelayaran antara 7 – 15 m. Area daratan digunakan untuk pergudangan, lapangan umum, lapangan peti kemas, lapangan penumpukan mobil, tangki minyak palm bit dan non palm bit, dermaga, perkantoran, prasarana dan sarana, ruang terbuka hijau dan fasilitas umum lainnya. Fungsi utama Pelabuhan Tanjung Priok adalah sebagai pelabuhan barang ekspor impor dan antar pulau. Pelabuhan Tanjung Priok mempunyai peranan penting menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, yang mana sebagian besar atau + 65% dari total ekspor nasional diangkut melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu, perdagangan antar pulau di Indonesia sebagian besar juga dilayani oleh Pelabuhan Tanjung Priok. Pertumbuhan arus barang ekspor impor dari Pelabuhan Tanjung Priok dari tahun 2004 sampai 2009 meningkat  6,7% per tahun yaitu dari  3,18 juta TEUs menjadi  3,8 juta TEUs (PT.Pelindo II (Persero), Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009). Walau perkembangan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok meningkat terus, akan tetapi perkembangan fisik pelabuhan dan kapasitas lapangan penimbunan barang-barang kontainer dan prasarana serta sarana pelabuhan berkembang terbatas. Selain itu, prasarana jaringan jalan utama dan jalur jalan kereta api menuju pelabuhan perkembangannya sangat lambat, sehingga angkutan kontainer menimbulkan kemacetan lalu lintas yang tinggi setiap hari di dalam dan di luar pelabuhan. Kondisi nyata di pelabuhan adalah di satu sisi kapasitas pelabuhan dengan prasarana/sarana dan daya dukung Pelabuhan Tanjung Priok terbatas dan disisi lain tuntutan para pengguna jasa kepelabuhanan menuntut kecepatan di dalam pelayanan kegiatan bongkar muat barang dan pengurusan dokumen ekspor-impor.

(7)

kebersihan di dalam Pelabuhan Tanjung Priok menunjukkan kategori sedang, yaitu rata – rata 80% sampah yang terangkut atau diolah melalui proses 3R (reuse, reduse, recycling), sisanya tertinggal di daratan atau masuk ke perairan pelabuhan. Kondisi penghijauan di dalam Pelabuhan Tanjung Priok adalah di bawah 10% dari total area, sedang standar tata ruang kawasan adalah 20%, sehingga tingkat ketersediaan jalur hijau di bawah lima 50% atau termasuk kategori rendah. Tingkat sedimentasi perairan Pelabuhan Tanjung Priok ditinjau dari sisi volume sedimen di perairan pelabuhan dan frekuensi pengerukan termasuk kategori tinggi, seluruhnya berada di atas standar yaitu volume sedimen 457 ton per tahun dan frekuensi pengerukan dilakukan setiap tahun (PT. Pelindo II (Persero) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009). Sesuai dengan standar operasional pelabuhan, maka standar volume sedimen di perairan pelabuhan adalah 180 Ton per tahun dan frekuensi pengerukan per tiga tahun.

Dampak terhadap kualitas lingkungan sosial pelabuhan, adalah dampak terhadap kualitas lingkungan sosial di dalam pelabuhan dan di kawasan penyangga pelabuhan. Kualitas lingkungan sosial di dalam pelabuhan termasuk kategori baik, ditinjau dari aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan) pekerja pelabuhan dan dari aspek keamanan pelabuhan. Pelabuhan Tanjung Priok dari tahun 2004 sampai 2009, mendapat penghargaan dari Ditjen Perhubungan Laut bekerja sama dengan International Maritime Organization (IMO) berupa sertifikat International Save Port Security Code (ISPS-Code) yaitu tingkat kepatuhan dalam standar keamanan fisik dan barang di kawasan pelabuhan, baik di kawasan terbatas (restricted comply area) maupun di kawasan tidak terbatas (bebas tetapi terbatas). Kualitas aspek sosial di kawasan penyangga pelabuhan termasuk kategori rendah dan sedang ditinjau dari tingkat pendapatan masyarakat, tingkat kerawanan sosial, persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan rencana pengembangan pelabuhan, serta kontribusi bina lingkungan dari pengelola pelabuhan terhadap kawasan penyangga pelabuhan.

Dampak terhadap aspek ekonomi pelabuhan menunjukkan pertumbuhan barang keluar masuk pelabuhan meningkat terus yaitu  6,7% per tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Kapasitas pelabuhan yang terbatas dengan pertumbuhan arus barang yang tinggi menyebabkan dampak kesenjangan pemanfaatan ruang di dalam pelabuhan dengan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok. Pemanfaatan ruang fungsi-fungsi yang sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok adalah 32%, sedang yang tidak dan kurang sesuai adalah 68%. Pemanfaatan ruang perairan ditinjau dari teknis kepelabuhanan dan keselamatan pelayaran kondisinya adalah sesuai untuk pelabuhan dengan status sebagai pelabuhan pengumpan. Ditinjau dari aspek kelembagaan pengelolaan pelabuhan, terdapat kesenjangan antara peraturan perundang-undangan tentang Pelayaran dan Kepelabuhanan dari Pemerintah Pusat dengan peraturan perundang-undangan tentang Pemerintahan Daerah, khususnya dari aspek kewenangan perizinan dan kepemilikan hak atas lahan reklamasi untuk pelabuhan dan pengendalian lingkungan.

(8)

permasalahan-permasalahan Pelabuhan Tanjung Priok di atas, ditunjukkan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok belum memenuhi persyaratan terhadap rumusan standar ecoport dan belum menunjukkan keterpaduan dengan pengelolaan pesisir Teluk Jakarta. Hasil studi terhadap aspek teknis kepelabuhanan, yaitu dari tingkat kedalaman laut kolam dan alur pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok masih di bawah 18 meter, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai pelabuhan pengumpul internasional (international hub port), Sehingga diperlukan strategi kebijakan pengembangan pelabuhan yang lebih menyeluruh, lintas sektor dan lintas batas wilayah. Rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok harus sinkron dengan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 dan Penataan Ruang Wilayah Jabodetabekpunjur 2028, dan harus terpadu dengan Pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta. Sebagai konsekwensinya, maka batas Daerah Lingkungan Kerja (DLKR), Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKP) Pelabuhan Tanjung Priok perlu dievaluasi DLKP di bagian perairan diusulkan diperluas sampai pada batas perairan Teluk Jakarta, yaitu batas garis lurus yang menghubungkan titik terluar di Ujung Karawang, Muara Gembong Kabupaten Bekasi (Utara) di sisi Timur dengan titik terluar di Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang di sisi Barat. Usulan studi rencana ini untuk mengakomodasi kebutuhan ruang pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok pada tahun 2030, dan untuk memadukan pengembangan pelabuhan dengan pengelolaan wilayah pesisir dan perairan Teluk Jakarta.

Hasil evaluasi dengan menggunakan indeks ecoport yang dikembangkan diperoleh nilai 1,74 yang berarti Pelabuhan Tanjung Priok perlu meningkatkan keragaan berbagai kriteria yang memenuhi standar ecoport. Berdasarkan perhitungan proyeksi pertumbuhan barang dengan metode analisis regressi yang dilakukan oleh Ditjen Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, maka jumlah barang kontainer pada tahun 2030 akan mencapai  17.738.000 TEUs (Ton Equivalent Units). Dengan pendekatan rumus dari Ligteringen, maka kebutuhan ruang pengembangan untuk terminal kontainer tahun 2030 adalah  1.040 Ha dengan Yard Occupantie Ratio 70%. Secara proporsional perhitungan kebutuhan ruang pelabuhan adalah 2.810 ha dengan persentase untuk terminal kontainer  37%. Rencana zoning pengembangan pelabuhan baru Tanjung Priok tahun 2030 di dalam penelitian ini adalah untuk terminal kontainer, terminal multipurpose, terminal curah cair dan kering, areal pergudangan dan logistik, terminal penumpang, areal docking, areal perkantoran/usaha/jasa, prasarana dan sarana, fasilitas sosial/fasilitas umum dan ruang terbuka hijau dengan akses penghubung berupa jalan tol, arteri dan jaringan kereta api.

Pengembangan pelabuhan tidak terbatas di pesisir Kota Jakarta, akan tetapi sampai ke wilayah pesisir Teluk Jakarta lainnya yaitu ke Tarumajaya di pesisir Kabupaten Bekasi dan di Tanjung Pasir di pesisir Kabupaten Tangerang. Pengembangan pelabuhan secara terpadu tersebut menjadi Pelabuhan Jakarta (Port of Jakarta) terdiri dari Terminal 1 Tanjung Prok, Terminal 2 Kali Baru, Terminal 3 Marunda, Terminal 4 Tarumajaya, dan Terminal 5 Tanjung Pasir. Dengan demikian pelabuhan-pelabuhan tersebut menyatu sebagai bagian integral dari Kota Jakarta dan pesisir Teluk Jakarta.

(9)
(10)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruhnya karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB.

(11)
(12)

PENGELOLAAN PESISIR TERPADU

(STUDI KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK)

EDDY IHUT SIAHAAN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Penguji Luar pada Ujian Tertutup : Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc Dr. Ir. Rudi Tambunan, M.Si

(14)

Kasus Pelabuhan Tanjung Priok)

Nama : Eddy Ihut Siahaan

NRP : C226010151

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Tridoyo Kusumastanto, MS Dr.Ir.Achmad Fahrudin, M.Si

Ketua Anggota

Dr. Ir.Setia Hadi, M.Si Dr.Ir.Ario Damar, M.Si

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sumber Daya Pesisir dan Lautan

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(15)
(16)

Terlebih dahulu penulis mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME, atas berkat-Nya, akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan disertasi ini. Penelitian dilakukan dari mulai periode peraturan perundang-undangan lama sampai peraturan perundang-perundang-undangan baru tentang Pelayaran dan Kepelabuhanan. Topik disertasi adalah ”Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir Terpadu, dengan studi

kasus Pelabuhan Tanjung Priok”. Terkait topik disertasi, maka ruang lingkup

daerah penelitian tidak terbatas pada batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok yang ada, akan tetapi mencakup wilayah atau kawasan penyangga pelabuhan, wilayah pesisir Teluk Jakarta dan wilayah Jabotabek sebagai daerah belakang utama pelabuhan Tanjung Priok. Hasil penelitian studi dirangkum, diterjemahkan dan dirumuskan menjadi materi pokok substansi disertasi.

Penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya dengan tulus disampaikan penulis kepada Prof. Dr. Tridoyo Kusumastanto MS sebagai Ketua Komisi

Pembimbing, Dr. Ir Achmad Fahrudin M.Si, Dr. Ir. Setia Hadi, M.Si, dan Dr. Ir. Ario Damar, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan

(17)

Penulis berharap semoga disertasi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai suatu acuan dalam pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport), tidak hanya untuk Pelabuhan Tanjung Priok, tetapi pelabuhan-pelabuhan lainnya di Indonesia. Pengembangan pelabuhan ke depan tidak hanya pengembangan yang bersifat fisik dan teknis saja, tetapi sudah harus lebih menyeluruh dan terpadu antara penataan ruang wilayah, peningkatan kualitas lingkungan fisik ekologi, pertumbuhan ekonomi wilayah dan peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat kawasan sekitar pelabuhan dan terpadu dengan pengelolaan pesisir di sekitar pelabuhan.

Semoga disertasi ini bermanfaat dan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan sumbangsih dalam pengembangan pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) di Indonesia.

Bogor, Februari 2012

(18)

Penulis dilahirkan di Kota Balige Kabupaten Tobasa Propinsi Sumatera Utara tanggal 15 Maret 1950 dari ayahanda Drs Nalom Siahaan (almarhum) dan ibu Bintang Napitupulu (almarhumah), merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, memiliki putera dan puteri lima orang dari isteri Rentarose Valenti Hutagaol.

Masuk Sekolah Dasar tahun 1956 di SD HKBP2 Balige, lulus tahun 1962,

selanjutnya masuk SMPN I Balige dan lulus tahun 1965, kemudian masuk SMAN 1 Balige dan pada kelas 3 pindah ke SMAK I PSKD Jakarta dan lulus

tahun 1968. Melanjutkan kuliah ke ITB Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Planologi tahun 1970 dan lulus tahun 1975. Pada tahun 1976 langsung bekerja di Dinas Tata Kota Pemda DKI Jakarta dan tahun 1978 dipromosikan menjadi Kepala Seksi Perencanaan Sarana Kota. Pada tahun 1985 sampai dengan 1992 penulis dipromosikan dan pindah ke Biro Bina Pembangunan sebagai Kepala Bagian Perkembangan Kota. Selanjutnya dari tahun 1992 sampai dengan 1995 ditempatkan sebagai Kepala Divisi Umum dan Perencanaan di Unit Manajemen Proyek Pembangunan Pantura Jakarta dan tahun 1995 sampai tahun 1997 di Badan Pelaksana Pembangunan Pantura Jakarta sebagai Sekretaris Badan. Pada tahun 1997 sampai tahun 2000 diangkat sebagai Senior Manajer Divisi Perencanaan di PT. Pembangunan Pantura yang ditugasi menangani pembangunan Wilayah Pesisir Pantai Utara Jakarta. Sejak tahun 2000 sampai tahun 2001 dipromosikan menjadi Direktur Utama PT. Jakarta Konsultindo, salah satu anak perusahaan PT. Jakarta Propertindo di bidang konsultan. Sejak tahun 2001 penulis dipromosikan mewakili Pemda DKI Jakarta sebagai salah satu pemegang saham di PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero), sebuah BUMN Pengelola Kawasan Industri Export Processing Zone dan Logistik menjadi Direktur Teknik sampai tahun tahun 2007. Pada tahun 2007 sampai sekarang diangkat kembali sebagai Direktur Pemasaran dan Pengembangan di PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero). Selama bertugas di PT. KBN (P) salah satu tugas penulis sesuai kewenangan yang dilimpahkan Gubernur DKI Jakarta kepada Direksi PT. KBN (Persero) adalah memproses dan menandatangani Perizinan Investasi dan Surat Keterangan Asal (SKA) untuk ekspor barang-barang produksi dari industri-industri di kawasan KBN menuju negara ekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok. Oleh sebab itu penulis secara rutin melakukan koordinasi dengan seluruh instansi yang menangai ekspor-impor dan pengelola pelabuhan Tanjung Priok yaitu Direksi PT. Pelindo II (Persero). Sewaktu bertugas menangani program pembangunan kawasan pantai Utara Jakarta sebagai Waterfront City penulis melakukan koordinasi dan kajian-kajian studi tentang Pengembangan Wilayah Pesisir Teluk Jakarta serta Penataan dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok.

Pada tahun 1995 sampai 1997 penulis mengambil program Studi S2 pada Program Studi Kekhususan Manajemen Komunikasi di FSIP Universitas

Indonesia, lulus dengan tesis berjudul “Manajemen Komunikasi Program

Peremajaan Daerah Kumuh di Pademangan Wilayah Jakarta Utara”, terletak di

(19)

Pengembangan Pelabuhan. Berdasarkan disertasi dengan judul ”Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir

Terpadu, dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok”. Penulis telah menyusun

makalah ilmiah dan telah diterbitkan pada Jurnal (terakreditasi) Warta Penelitian Kementerian Perhubungan pada bulan Juni 2011, dengan judul ”Analisis Pengembangan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) dengan studi kasus

Pelabuhan Tanjung Priok”, merupakan bagian dari penelitian disertasi ini.

(20)

Halaman

DAFTAR TABEL --- xxiii

DAFTAR GAMBAR --- xxv

DAFTAR LAMPIRAN --- xxix

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang --- 1

1.2 Perumusan Permasalahan --- 12

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 14

1.4 Ruang Lingkup Penelitian --- 16

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan dan Angkutan Laut --- 19

2.2 Pengembangan Pelabuhan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir --- 23

2.3 Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) --- 26

2.3.1 Definisi Ecoport dan Perkembangannya --- 26

2.3.2 Kebijakan Pengembangan Ecoport di Indonesia --- 31

2.3.3 Program dan Pedoman Teknis Pengembangan Ecoport di Indonesia --- 35

2.4 Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Arus Barang --- 40

2.5 Aspek Sosial Pertumbuhan Pelabuhan --- 41

2.6 Penataan Ruang Kawasan Pelabuhan --- 42

2.7 Kelembagaan Kepelabuhanan --- 44

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Studi --- 47

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian --- 52

3.2.1 Lokasi Penelitian --- 52

3.2.2 Waktu Penelitian Disertasi --- 55

3.3 Metode Penelitian --- 55

3.4 Jenis dan sumber Data --- 56

3.5 Metode Pengambilan Sampel --- 58

3.6 Metode Analisis Data --- 59

3.6.1 Metode Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi Pelabuhan --- 59

3.6.2 Metode Analisis Aspek Sosial Pertumbuhan Pelabuhan - 74 3.6.3 Metode Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan Masterplan Pelabuhan Tanjung Priok --- 75

3.6.4 Metode Analisis Pertumbuhan Arus Barang dan Kapasitas Ruang Pengembangan Pelabuhan --- 79

3.6.5 Metode Analisis Kelembagaan Pengelolaan Pelabuhan -- 80

(21)

4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI

4.1 Profil Pelabuhan Tanjung Priok --- 83

4.1.1 Letak Geografis Luas Area dan Fasilitas Pelabuhan --- 83

4.1.2 Aspek Fisik Pelabuhan --- 91

4.1.3 Pertumbuhan Arus Barang dan Penumpang --- 95

4.2 Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok --- 99

4.2.1 Aspek Sosial / Kependudukan --- 99

4.2.2 Aspek Ekonomi --- 100

4.3 Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung Priok --- 101

4.3.1 Wilayah Jabotabek --- 101

4.3.2 Wilayah Nasional --- 102

5 ANALISIS PENGEMBANGAN PELABUHAN BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECOPORT) 5.1 Analisis Komponen Lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok --- 105

5.1.1 Analisis Kualitas Lingkungan Fisik Ekologi --- 105

a Analisis Kualitas Air Perairan Pelabuhan --- 105

b Analisis Kualitas Udara Pelabuhan --- 113

c Analisis Kondisi Kebersihan dan Penghijauan --- 118

d Analisis Tingkat Sedimentasi Perairan--- 119

5.1.2 Analisis Aspek Sosial Pertumbuhan Pelabuhan --- 121

a Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kawasan Penyangga --- 121

b Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan dan Rencana Pengembangan Pelabuhan --- 126

c Analisis Tingkat Kesehatan, Keamanan Kerja (K3) Pekerja Pelabuhan dan Tingkat Keamanan Kawasan Pelabuhan --- 128

d Analisis Program Bina Lingkungan terhadap Kawasan Penyangga Pelabuhan--- 128

5.1.3 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang dengan Masterplan Pelabuhan --- 129

a Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Daratan Pelabuhan --- 129

b Analisis Kesesuaian Teknis Perairan Pelabuhan --- 137

c Analisis Kapasitas dan Kebutuhan Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok --- 138

5.1.4 Analisis Peraturan Perundang-Undangan dan Kelembagaan Pengelolaan Pelabuhan --- 142

5.2 Analisis Dampak Kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok Terhadap Perairan Pesisir Teluk Jakarta --- 148

5.2.1 Dampak Kegiatan Pelabuhan Tanjuk Priok Terhadap Perairan Pesisir Teluk Jakarta --- 148

5.2.2 Pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta Terkait Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok --- 149

5.3 Analisis Lintas Sektor Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan (Ecoport) --- 151

(22)

5.3.2 Analisis Perumusan Standar Ecoport Untuk

Pelabuhan-Pelabuhan Lintas Sektor Indonesia --- 154 5.3.3 Analisis Kesesuaian Pelabuhan Tanjung Priok

Terhadap Rumusan Standar Ecoport Dan Strategi

Pencapaian --- 160 5.4 Analisis Studi Penataan Ruang dan Pengembangan Pelabuhan

Tanjung Priok Jangka Panjang (2011-2030) --- 164 5.4.1 Analsis Terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung

Priok dan Rencana Tata Ruang Pelabuhan RTRW DKI

Jakarta 2030 --- 164 5.4.2 Penyusunan Rencana Zoning Penataan Ruang dan

Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2030 --- 171 5.4.3 Penyusunan Kebijakan dan Tahapan Pengembangan

Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan

(Ecoport) --- 176 5.5 Implikasi Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok

Berwawasan Lingkungan --- 183 5.5.1 Kebijakan Pengelolaan Dampak Lingkungan --- 183 5.5.2 Kebijakan Penataan Ruang dan Sarana/Prasarana --- 186 5.5.3 Kebijakan Penegakan Hukum --- 187 5.5.4 Kebijakan Pengembangan Teknologi --- 187 5.5.5 Kebijakan Keterpaduan Pengelolaan--- 188 6 KESIMPULAN DAN SARAN --- 189 6.1 Kesimpulan --- 189 6.2 Saran --- 190

(23)
(24)

Halaman 1 Perkembangan arus barang non peti kemas, peti kemas, kunjungan

kapal (unit dan GT) dan kunjungan penumpang (orang) di pelabuhan

Tanjung Priok tahun 2004 – 2009 --- 2 2 Pedoman Teknis Pelabuhan Berwawasan Lingkungan --- 36 3 Sasaran dan Standar Pelabuhan Berwawasan Lingkungan di

Indonesia --- 39 4 Jenis dan Sumber Data Penelitian --- 57 5 Jumlah Responden Penelitian --- 58 6 Parameter Kualitas Air Laut di Pelabuhan Tanjung Priok

Berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 Lampiran I

(Pelabuhan) --- 61 7 Kategori dan Rentang ISPU Pelabuhan --- 65 8 Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara

(ISPU) dan Periode Waktu Pengukuran --- 68 9 Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) untuk Setiap

Parameter Pencemar --- 68 10 Batas Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Dalam Satuan SI --- 69 11 Batas Indeks Standar Pencemar Udara (Dalam Satuan SI) --- 70 12 Matrik Kesesuaian Pemanfaatan Perairan untuk Teknis Fungsional

Kepelabuhanan dan Alur Keselamatan Pelayaran --- 77 13 Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok --- 89 14 Kolam Pelabuhan Tanjung Priok --- 89 15 Breakwater Pelabuhan Tanjung Priok --- 90 16 Tambatan (Dermaga) Di Pelabuhan Tanjung Priok --- 90 17 Gudang dan Lapangan Penumpukan di kawasan Pelabuhan Tanjung

Priok --- 91 18 Data Iklim Rata-rata Bulanan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung

Priok (1999-2008) --- 97 19 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 2009 ---- 99 20 Nilai Perhitungan Indeks Pencemar (IP) Pada Saat Pasang Di Dalam

dan Di Luar Kolam Perairan Pelabuhan Periode Tahun 2004-2008

(akhir) --- 109 21 Nilai Perhitungan Indeks Pencemar (IP) Pada Saat Pasang Periode

(25)

22 Nilai Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada

tahun 2006 sampai 2007 --- 116 23 Nilai Perhitungan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada

tahun 2008 sampai 2009 --- 117 24 Hasil Pemantauan Sedimentasi Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2009 --- 120 25 Volume pengerukan di areal pelabuhan Tanjung Priok dari tahun

2007 sampai 2009 --- 121 26 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Daratan Pelabuhan Tanjung Priok

Tahun 2009 --- 130 27 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Perairan Pelabuhan

Tanjung Priok untuk Alur Pelayaran dan Operasional Kapal Tahun

2009 --- 137 29 Proyeksi Arus Barang Petikemas dan Non Petikemas di Pelabuhan

Tanjung Priok tahun 2011, tahun 2020 dan tahun 2030 --- 138 30 Proyeksi Peti Kemas Internasional dan Domestik untuk tahun 2011 -

2030 dalam jumlah Ton (Basic Case) --- 139 31 Proyeksi Peti Kemas Internasional dan Domestik untuk tahun 2011 -

2030 dalam jumlah TEUs (Basic Case) dalam bentuk tabel --- 144 32 Matriks Analisis Terhadap Peraturan Perundang-Undangan dan

Kelembagaan Kepelabuhanan, khususnya pada Materi Rencana Induk Pelabuhan, DLKR/DLKP dan Perizinan Pembangunan dan

Pengoperasioan Pelabuhan. --- 145 33 Matriks Hubungan Keterkaitan dan Ketergantungan Antar Sektor

Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (Ecoport) --- 152 34 Rumusan Standar Ecoport untuk Pedoman Penataan Ruang dan

Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok --- 154 35 Dasar Pendekatan Penentuan Rumus Standar Ecoport --- 156 36 Tabel Penilaian dan Pembobotan Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok

Terhadap Rumusan Standar Ecoport --- 160

37 Penyusunan Rencana Zoning Penataan Ruang dan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jangka Pendek (2015), Jangka Menengah

(26)

Halaman 1 Kedudukan geografis pelabuhan Tanjung Priok wilayah

Jabodetabek sebagai terhadap daerah belakang utama pelabuhan --- 5 2 Pola jalur lalu lintas barang ekspor-impor dari dan ke pelabuhan

Tanjung Priok --- 6 3 Rute perdagangan pelabuhan Tanjung Priok dengan

pelabuhan-pelabuhan di negara-negara Asean --- 7 4 Bagan Alir Standar Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan --- 39 5 Bagan Alir Kaitan Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok

Berwawasan Lingkungan --- 48 6 Kerangka Pemikiran Studi --- 51 7 Peta Lokasi Penelitian Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, 2009--- 53 8 Peta Lokasi Penelitian Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung

Priok (Kecamatan Tanjung Priok, Koja, Cilincing), 2009 --- 53 9 Peta Lokasi Penelitian Wilayah Propinsi DKI Jakarta, 2009 --- 54 10 Peta Lokasi Penelitian Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung

Priok (Wilayah Jabotabek), 2009 --- 55 11 Tahapan Metode Penelitian Studi --- 56 12 Peta Titik (Stasiun) Lokasi Pengambilan Sampel Analisis Kualitas

Air Perairan Pelabuhan Tanjung Priok 2004-2008 --- 66 13 Peta Titik (Stasiun) Lokasi Pengambilan Sampel Analisis Kualitas

Udara Pelabuhan Tanjung Priok 2004- 2008 --- 67 14 Kurva Batas Angka Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) --- 71 15 Peta Layout Fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok --- 84 16 Peta Wilayah Jabodetabek Daerah Belakang Pelabuhan Tanjung

Priok --- 86 17 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Berdasarkan

Jenis Pelayaran & Jumlah Unit Tahun 2004-2009) --- 95 18 Fluktuasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok

Berdasarkan Jenis Pelayaran & Jumlah GT Tahun 2004-2009 --- 96 19 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di

Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 -- 97 20 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Terminal

Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 --- 97 21 Persentase Total Volume Non Peti Kemas --- 98 22 Fluktuasi Arus Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun

(27)

23 Fluktuasi Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun

2004-2009 --- 99 24 Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) --- 103 25 Perkembangan ekonomi dunia diukur dengan World GDP untuk

periode 1999 - 2003 dan 2004 - 2009 --- 103 26 Fluktuasi Nilai IP Pada Saat Pasang Periode Tahun 2004-2009 --- 111 27 Fluktuasi Nilai IP Pada Saat Surut Periode Tahun 2004 - 2009 --- 112 28 Fluktuasi Nilai ISPU Periode Tahun 2006 - 2009 --- 115 29 Hasil Pemantauan Sedimen di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2009 - 120 30 Tingkat Pendidikan Responden --- 122 31 Jenis Pekerjaan Responden --- 124 32 Keterlibatan Responden --- 125 33 Tingkat Pendapatan Responden --- 126 34 Tingkat Persepsi Responden --- 127 35 Peta Pemanfaatan Ruang Eksisting Pelabuhan Tanjung Priok 2011 ---- 134 36 Peta Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok 2011 – 2030, Jakarta

2011 --- 135 37 Peta Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Eksisting Daratan Pelabuhan

Tanjung Priok 2009-2011 --- 136 38 Proyeksi Peti Kemas Internasional dan Domestik untuk tahun

2011-2030 dalam jumlah Ton (Basic Case) dalam bentuk grafik --- 140 39 Proyeksi Peti Kemas Internasional dan Domestik untuk tahun 2011

- 2030 dalam jumlah TEUs (Basic Case) --- 140 40 Proyeksi Kebutuhan dan Kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok

Sampai Tahun 2025 --- 141 41 Struktur Organisasi Kepelabuhanan sesuai UU No.17/2008 dari PP

No. 61/2009 --- 143 42 Diagram Analisis Tahapan Prosedur Pengembangan, Pengoperasian

Pelabuhan dan Pengelolaan Lingkungan Pelabuhan (sesuai UU

No.17/2008 tentang Pelayaran) --- 144 43 Batas Wilayah Pesisir Teluk Jakarta Bagian Daratan dan Perairan --- 153 44 Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jangka Panjang

di Terminal Kalibaru Utara --- 165 45 Rencana Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Jangka Panjang

di Terminal Kalibaru Utara --- 166 46 Rencana Pengembangan Pelabuhan / Terminal di Marunda Center ---- 168 47 Rencana Pengembangan Pelabuhan / Terminal di Tarumajaya

(28)

48 Rencana Detail Tata Ruang Pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok

Berwawasan Lingkungan di Wilayah Pesisir Jakarta 2011 – 2030 --- 172 49 Rencana Tata Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok di

Dalam Pola Ruang RTRW DKI Jakarta 2030 --- 173 50 Tahap I Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Periode

2011-2015 --- 177 51 Tahap II Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Periode

2015-2020 --- 178 52 Tahap III Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Periode

2020-2030 --- 179 53 Rencana Tata Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok di

Dalam Pola Ruang RTRW DKI Jakarta 2030 --- 180

(29)
(30)

Halaman 1 Pedoman Teknis Pengumpulan Data Pelabuhan-pelabuhan di

Indonesia Sebagai Pelabuhan Berwawasan Lingkungan (ecoport) --- 198 2 Penetuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Perairan --- 213 3 Penentuan Status Mutu Perairan (Canter, 1977) --- 214 4 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 1 (Muara Kali Kresek) --- 215 5 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 2 (Perairan DKP) --- 216 6 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 3 (Perairan Kolam Pelabuhan III - 217 7 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 4 (Utara Ex Syahbandar) --- 218 8 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 5 (Semenanjung Paliat) --- 219 9 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 6 (Dock Koja Bahari II) --- 220 10 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 7 (Perairan Muara kali Japat) --- 221 11 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 8 (Perairan Pintu Break Water

Barat) --- 222 12 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 9 (Perairan Sekitar PT Rukindo) - 223 13 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 10 (Perairan Muara Kali Lagoa) -- 224 14 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 11 (Luar Dam)--- 225 15 Evaluasi Kualitas Air Laut pada Titik 12 (Perairan Dumping Site) --- 226 16 Kualitas Udara di Area Pos IX --- 227 17 Kualitas Udara di Area TBB --- 228 18 Kualitas Udara di Area Kantor Pelindo --- 229 19 Kualitas Udara di Area Indocement --- 230 20 Kualitas udara di Area GD.201 --- 231 21 Kualitas udara di Area Dermaga Nusantara II --- 232 22 Kualitas udara di Area Dermaga. Nusantara I --- 233 23 Kualitas udara di Area Dermaga Nusantara II --- 234 24 Kualitas Udara di Area Walie Jaya --- 235 25 Kualitas Udara di Area TPK Koja --- 236 26 Kualitas Udara di Area Terminal Penumpang --- 237 27 Indeks Standar Pencemar Udara dalam Grafik --- 238 28 Hasil Analisis Perhitungan Kebutuhan Ruang Container Yard

(31)

30 Tingkat Kesesuaian Pelabuhan Tanjung Priok terhadap Standar

Ecoport dan Strategi pencapaiannya --- 241 31 Rencana Tata Ruang Nasional Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi

Nasional --- 245 32 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2011-2030 --- 247 33 Rencana Tata Ruang Kawasan Jabodetabekjur, Peta Struktur

(32)

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan lautan terbesar di dunia, memiliki luas laut ± 5,8 juta km2 dan jumlah pulau ± 17.503 pulau, serta panjang garis pantai 81.000 km, terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia atau mega marine biodiversity (Polunin, 1983) yang terletak di wilayah pesisir dan lautan. Di wilayah ini terdapat berbagai sumberdaya alam dan sumberdaya jasa kelautan. Sumberdaya pesisir ini terbagi menjadi sumberdaya yang bisa diperdagangkan dan yang tidak bisa diperdagangkan. Kegiatan jasa kepelabuhanan termasuk sumberdaya yang bisa diperdagangkan, sedangkan ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang memiliki nilai non pasar yang tidak dapat diperdagangkan. Kedua komponen ini sama-sama memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan diperhitungkan dalam kebijakan pengelolaan pesisir. Sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu hampir tujuh puluh persen (70%) merupakan lautan dengan potensi ekonomi yang sangat besar, serta berada pada posisi geopolitis yang penting, yaitu Lautan Pasifik dan Lautan Hindia. Kawasan ini merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia secara ekonomi dan politik, sehingga sangat logis apabila bidang kelautan dijadikan tumpuan dalam pembangunan nasional (Kusumastanto, 2002).

(33)

angkutan laut, lebih murah dan menguntungkan dibandingkan angkutan darat atau udara (Dahuri, 2003). Angkutan laut merupakan prasarana dan sarana yang efektif dan efisien dalam artian aman, murah, lancar, cepat, mudah, teratur dan nyaman. Selain itu angkutan laut bermanfaat untuk menunjang kelancaran distribusi barang hasil bumi, hasil laut, hasil tambang dan jasa-jasa lainnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Pelabuhan sebagai prasarana angkutan laut di Indonesia memiliki peran strategis menghubungkan antar pulau dalam kegiatan perdagangan dan angkutan umum lainnya. Jumlah pelabuhan di Indonesia mencapai 1.889 pelabuhan, terdiri dari pelabuhan lokal, pelabuhan regional, pelabuhan nasional dan pelabuhan internasional (Ditjen Perhubungan Laut, 2009). Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan internasional terbesar dan pintu gerbang Indonesia, sebagian besar (kira-kira enam puluh lima persen (65%)) dari total arus barang nasional diangkut melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Dari data-data yang ada, maka kegiatan arus barang dan kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok dalam lima tahun terakhir (2004-2009) mengalami peningkatan rata-rata 6,7% per tahun dan arus kunjungan kapal meningkat rata-rata 2%. Di terminal konvensional arus barang non petikemas meningkat dari ± 37,55 juta ton (2004) menjadi ± 41,26 juta ton (2009). Di terminal peti kemas meningkat dari ± 3,18 juta TEUs (Twenty Equivalent Units) (2004) menjadi ± 3,80 juta TEUs (2009). Arus kunjungan kapal meningkat dari 15.928 unit (2004) atau 86.716.993 GT (2009) menjadi 16.637 unit atau 91.552.356 GT (2009) (PT (Persero) Pelindo II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2004-2009). Perkembangan arus barang dan kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok dari 2004 - 2009 disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Arus Barang Non Peti Kemas, Peti Kemas, Kunjungan

Kapal (unit dan GT) dan Kunjungan Penumpang (orang) di Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2004 – 2009

Item 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Barang (Non Peti

Kemas ) (Ton) 37.548.000 38.707.000 39.008.000 43.280.000 42.871.000 41.263.000

Peti Kemas (TEUs) 3,187,055 3,330,395 3,370,729 3,691,918 3,984,290 3,803,922

Kunjungan Kapal

U 15.928 16.913 16.145 18.840 19.610 16.637

GT 86.716.993 88.888.834 85.598.140 89.060.524 93.015.163 91.552.356 Kunjungan penumpang

(orang) 564.716 576.638 485.644 459.144 575.496 420.772

(34)

Kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok setiap hari mampu melayani 60-70 unit kapal perhari, sehingga seharusnya dapat diposisikan sebagai hub-port. Pola perdagangan melalui Pelabuhan Tanjung Priok secara umum memberikan gambaran perubahan secara bertahap, yaitu dari pelabuhan ekspor-impor berkembang juga menjadi pelabuhan transhipment. Melalui Pelabuhan Tanjung Priok sekitar enam puluh lima persen (65%) lalu lintas barang adalah barang ekspor-impor dan tiga puluh lima persen (35%) adalah barang transhipment antar pulau (PT Pelindo II (P) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009).

Daerah belakang Pelabuhan Tanjung Priok ditinjau dari wilayah asal dan tujuan barang sangat luas, mencapai seluruh wilayah nasional Indonesia. Hal ini didukung oleh jangkauan pelayanan dengan fasilitas, prasarana dan sarana Pelabuhan Tanjung Priok yang lengkap . Ditinjau dari kedudukan geografis, maka daerah belakang Pelabuhan Tanjung Priok meliputi Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Propinsi Banten, Propinsi Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah Bagian Barat, sedangkan daerah belakang utamanya adalah wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) yang merupakan pemasok barang-barang industri dan barang-barang-barang-barang dagang terbesar di Indonesia. Kedudukan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok terhadap wilayah Jabodetabek disajikan pada

Gambar 1. Dengan peran yang demikian, maka tidak mengherankan jika

tingginya akitivitas industri di Jabotabek memberi tekanan terhadap Pelabuhan Tanjung Priok dan kondisi perairan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan data yang diungkap oleh ‘The Study for Port Development of Greater Jakarta Metropolitan” (JICA, 2009) yang menyatakan bahwa permasalahan utama yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini adalah masalah pengembangan kapasitas, efisiensi/produktivitas dan lingkungan. Hal tersebut tentu akan memberikan dampak terhadap ekosistem wilayah pesisir sebagai lokasi Pelabuhan Tanjung Priok, di antaranya pencemaran di perairan Teluk Jakarta.

(35)

pencemaran dari ringan, sedang sampai berat, dan semakin gencarnya penataan dan pembangunan yang kurang memperhatikan keberlanjutan lingkungan yang berimplikasi pada garis pantai yang semakin tidak terlihat.

Permasalahan di atas jelas akan mengganggu keberadaan ekosistem di wilayah Pesisir Teluk Jakarta. Ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang sebagai ekosistem pesisir utama yang tersebar hingga ke kawasan Kepulauan Seribu di Provinsi DKI Jakarta menjadikan wilayah pesisir Teluk Jakarta memiliki produktivitas hayati tinggi, yang berperan penting sebagai penunjang sumberdaya ikan dan menjadi pusat keanekaragaman hayati. Interaksi ketiga ekosistem pesisir tersebut berperan penting sebagai pereduksi bahan-bahan pencemar, penahan laju abrasi yang disebabkan oleh arus dan gelombang laut dan peredam badai dan tsunami. Untuk itu pada dasarnya, alam memiliki penetrasi sendiri untuk kelangsungannya, namun di tengah sumberdaya yang ada, kegiatan yang berkembang baik di bagian kawasan Pesisir, maupun di wilayah hulu memberikan ancaman terhadap kelangsungan ekosistem pesisir Teluk Jakarta. Di antara ancaman tersebut adalah sedimentasi dan pencemaran, degradasi habitat (flora & fauna) yang bersifat alamiah. Degradasi sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati akibat pembangunan infrastruktur dapat merubah struktur ekologi pesisir bahkan dapat menurunkan keanekaragaman hayati perairan. Terkait kualitas kimia air di perairan Teluk Jakarta saat ini telah mengalami pencemaran yang cukup berat, sedangkan konsentrasi BOD sudah cukup tinggi dan telah melebihi baku mutu, kondisi ini berasal dari aktifitas di sekitar muara atau sepanjang aliran sungai.

(36)

Walau perkembangan arus ekspor-impor dan barang antar pulau melalui Pelabuhan Tanjung Priok meningkat terus setiap tahun, akan tetapi perkembangan fisik, prasarana dan sarana Pelabuhan Tanjung Priok tidak mengalami pertumbuhan secara berarti. Selama 126 tahun yaitu sejak didirikan pada tahun 1883, panjang dermaga yang dibangun di Pelabuhan Tanjung Priok 193 m di pelabuhan I, hanya bisa diperpanjang sampai pelabuhan IV menjadi 13.444 m. Luas efektif areal darat pelabuhan seluas 604 ha dan kolam pelabuhan 424 ha, sedangkan lahan untuk pengembangannya sudah terbatas PT. (Pelindo II (P) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok).

Terbatasnya areal Pelabuhan Tanjung Priok untuk menampung pertumbuhan arus barang menimbulkan berbagai dampak lingkungan, yaitu dampak fisik ekologi (pencemaran), dampak fisik tata ruang (ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dan kurangnya ruang terbuka hijau), dampak ekonomi (biaya ekonomi tinggi akibat terbatasnya penimbunan kontainer/container yard dan timbulnya kemacetan), dan dampak sosial (kerawanan sosial dan kekumuhan

Gambar 1 Kedudukan geografis Pelabuhan Tanjung Priok terhadap wilayah

Jabodetabek sebagai daerah belakang utama pelabuhan

T

(37)

lingkungan). Dengan kondisi tetap atau terbatasnya areal pelabuhan dan kurangnya dukungan fasilitas di tengah semakin meningkatnya arus barang melalui pelabuhan ini, menimbulkan turunan dampak terhadap lingkungan hidup, di antaranya pencemaran dan ketidaksesuaian pemanfaatan ruang di sekitar lokasi pelabuhan. Sesuai data yang diperoleh dari Pemerintah Kota Jakarta Utara (2011), maka volume sampah mencapai 1.648.800 m3 dan Pelindo II Tanjung Priok membersihkan sampah di perairan mencapai 14 ton/hari. Sementara itu, dari 3.48% penduduk miskin di Jakarta sebagian besar berada di Jakarta Utara yang hampir seluruhnya merupakan Kawasan Pesisir (BPLHD, 2011). Kondisi di atas melemahkan daya saing Pelabuhan Tanjung Priok dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan lain di negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Port Klang dan Tanjung Pelepas di Malaysia dan Pelabuhan Laem Chabang di Thailand. Beban biaya ekonomi yang tinggi di Pelabuhan Tanjung Priok, selain akibat double handling, juga diakibatkan seringnya terhambat pelayanan ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Kedudukan Pelabuhan Tanjung Priok dalam kegiatan ekspor-impor sampai saat penelitian statusnya bukan sebagai pelabuhan asal dan tujuan, tetapi sebagai pelabuhan pengumpan (feeder port), di mana arus angkutan barang-barang ekspor-impor sebagian besar dilakukan melalui Pelabuhan Singapura. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2. Pola jalur lalu lintas barang ekspor-impor dari dan ke Pelabuhan

Tanjung Priok (Jakarta, 2009)

Tanjung Priok

(38)

Dari penilaian teknis kepelabuhanan yaitu dari persyaratan kedalaman perairan, maka Pelabuhan Tanjung Priok sampai saat penelitian studi belum memenuhi syarat untuk menjadi pelabuhan pengumpul internasional (international hub-port) yang dapat dikunjungi kapal-kapal besar. Hal ini menyebabkan arus barang keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok tidak bisa ekspor langsung ke negara tujuan, dan impor langsung dari negara asal. Potensi dan peluang Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan hub internasional sebetulnya besar, karena arus kapal-kapal kontainer bertonase besar yang melalui perairan Laut Asia Selatan dan Asia Tenggara cukup tinggi dan lokasi Pelabuhan Tanjung Priok strategis dan potensial dari segi pertumbuhan ekonomi daerah belakangnya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, maka berdasarkan hirarkinya Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta termasuk pelabuhan utama yang berfungsi sebagai tulang punggung pembangunan nasional sesuai kebijakan Pemerintah, dalam perkembangannya ke masa depan, Pelabuhan Tanjung Priok akan terus dikembangkan agar berfungsi sebagai logistic center wilayah ASEAN, sekaligus untuk meningkatkan daya saing industri dalam perdagangan internasional maupun iklim investasi (Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, 2009).

Gambar 3 Rute perdagangan Pelabuhan Tanjung Priok dengan

(39)

Walaupun Pelabuhan Tanjung Priok sudah dikategorikan sebagai pelabuhan internasional, namun kondisi fisik dan lingkungan Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan sekitarnya tidak mendukung peranan tersebut. Kondisi lingkungan di dalam dan di luar pelabuhan masih kumuh dan tidak tertata secara baik. Di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Priok masih terdapat berbagai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan pelabuhan, sedang di kawasan sekitar pelabuhan terdapat kawasan pemukiman padat dan kumuh. Terjadi ketidak-seimbangan pertumbuhan di dalam kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dengan pertumbuhan di wilayah sekitar pesisir sebagai penyangga kawasan pelabuhan atau belum mencerminkan pelabuhan berstandar internasional. Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka sebagai pelabuhan internasional terbesar di Indonesia, Tanjung Priok memfasilitasi pergerakan 65% arus barang nasional dengan peningkatan rata-rata 6,7% per tahun. Hal tersebut jelas akan berimplikasi pada peningkatan angkutan laut di Pelabuhan Tanjung Priok, sementara fasilitas yang ada terbatas. Kondisi tersebut jelas akan berimplikasi pada kapasitas pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok dan pembebanan terhadap lingkungan hidup sekitar atau ekosistem Kawasan Pesisir.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kadin Provinsi DKI Jakarta tahun 2009, atas laporan para kalangan eksportir, importer, freight forwarding, perusahaan pelayaran dan perusahaan angkutan darat tentang kondisi Pelabuhan Tanjung Priok dapat diuraikan permasalahan sebagai berikut :

1) Masalah prasarana dan sarana di dalam pelabuhan:

 Prasarana dan sarana Pelabuhan Tanjung Priok tidak sesuai lagi dengan perkembangan arus barang petikemas, kedalaman kolam pelabuhan variatif dan lapangan penumpukan terbatas

 Tingkat pemakaian lapangan penumpukan petikemas (Yard Occupancy Ratio - YOR) sering berada di atas ambang batas 70%, akibatnya Tanjung Priok sering terancam stagnasi

 Akses jalan keluar masuk pelabuhan tidak sebanding

(40)

2) Masalah prasarana dan sarana di kawasan belakang (hinterland) pelabuhan:

 Tidak ada akses jalan darat langsung dari sentra industri di Jabodetabek menuju Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga sering terjadi kemacetan panjang dari dalam pelabuhan sampai jalan raya Cakung Cilincing Raya, Jakarta Utara pada hari-hari ekspor yaitu pada hari Kamis, Jumat dan Sabtu

3) Masalah prasarana dan sarana di kawasan penyangga:

 Tidak ada alternatif bagi pengguna jasa di luar Pelabuhan Tanjung Priok sebagai kawasan penyangga pelabuhan

4) Masalah sistem pelayanan.

 Tidak ada kepastian besaran biaya dalam proses penanganan kapal dan barang petikemas, karena banyaknya pungutan illegal, sehingga perusahaan pelayaran asing mengenakan Terminal Handling Charges (THC) yang tinggi di pelabuhan

 Undang-Undang No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran (hasil revisi UU No 21/1992 tentang Pelayaran) memberikan ruang gerak kepada pelaku usaha untuk menggarap bisnis kepelabuhanan, karena tidak ada lagi monopoli pengelolaan pelabuhan umum. Walaupun telah ada Peraturan Pemerintah berikut Peraturan Menteri Perhubungan, namun belum ada kepastian tentang aturan main bagi investor swasta untuk membangun dan mengelola pelabuhan.

 Sistem pelayanan kapal, truk, barang dan dokumen masih konvensional, birokratis, tidak terintegrasi, dan sebagian masih dijalankan secara manual, walau sudah mulai diterapkan pelayanan dengan sistem terintegrasi single window.

 Sistem pengamanan pelabuhan di Tanjung Priok tumpang tindih karena terdapat berbagai instansi yang terlibat di kawasan pelabuhan.

Trucking system kurang efektif dan efisien sehingga layanan darat menjadi mahal akibat pelayanan lambat, bahkan hingga macet karena tidak adanya rest area yang memadai di dalam kawasan pelabuhan.

(41)

 Secara umum teknologi peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok tidak mendukung kecepatan perkembangan volume barang/petikemas sehingga proses pemeriksaan atau pemindahan sering menunggu peralatan.

 Sistem Electronic Data Interchange (EDI) belum berjalan secara optimal dan terintegrasi ke seluruh aspek kegiatan dari trade, transportation dan distribution dalam satu pintu melalui National Single Window, yang semestinya mulai berjalan akhir tahun 2009.

 Bongkar muat barang break bulk dan general cargo sangat konvensional karena terbatasnya peralatan bongkar muat, atau masih semi labor intensive sehingga produktivitas rendah.

Management handling petikemas tidak modern, sehingga pemilik barang tidak dapat mengetahui secara tepat dan cepat, sehingga untuk mengetahui posisi petikemas memerlukan waktu dan biaya untuk menemukan kontainernya.

 Jumlah tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini telah mencapai lebih dari 4.000 orang, namun tingkat pendidikannya rata-rata rendah serta banyak di antaranya yang berusia lanjut.

 Mental dan wawasan tenaga kerja di lembaga penyedia jasa di lingkungan pelabuhan kurang mendukung efisiensi proses penanganan armada, dokumen dan barang, dan sebagian besar tidak memiliki standar internasional.

(42)

pelabuhan seperti pembuangan limbah dan oli dari kapal-kapal yang berlabuh mencemari perairan pelabuhan dan sekitarnya walau sudah lebih terkendali. Selain itu sarana pengolahan limbah seperti sarana penampungan limbah cair dan limbah padat, serta sarana pemusnah barang-barang impor karantina belum memenuhi standar. Fasilitas penanganan limbah dan fasilitas tanggap darurat terhadap tumpahan minyak, oil separator, storage tank, oil boom, oil skimmer, oil sorbent, oil containment bag, oil displesent pump dan tangki penampungan terbatas dan jumlahnya minim (PT Pelindo II (P) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009). Mengingat urgensi pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok bagi perekonomian nasional, maka Pemerintah telah melakukan upaya-upaya penataan atau revitalisasi prasarana dan sarana di dalam Pelabuhan Tanjung Priok untuk mengoptimalisasi fungsi pelabuhan dan mengurangi dampak terhadap ekosistem perairan pesisir Teluk Jakarta secara terpadu.

(43)

1.2 Perumusan Permasalahan

Dari uraian permasalahan yang disampaikan pada Latar Belakang (

Sub-bab 1.1) dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan terkait dengan

Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok Berwawasan Lingkungan (ecoport) dalam rangka Pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta Terpadu sebagai berikut:

1) Kualitas lingkungan berbagai komponen di Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangga semakin menurun diakibatkan oleh pencemaran lingkungan fisik ekologi dan kesenjangan lingkungan sosial-ekonomi masyarakat kawasan sekitar pelabuhan dengan pertumbuhan ekonomi pelabuhan. Sebaliknya kegiatan kepelabuhanan baik kegiatan daratan (land-activities), maupun kegiatan perairan (sea-activities) juga turut mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan perairan Teluk Jakarta. 2) Kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok terbatas, tidak sebanding dengan

pertumbuhan arus barang, menyebabkan kondisi fisik pelabuhan dan kawasan sekitarnya (kawasan penyangga) tidak tertata baik. Pemanfaatan ruang fungsi-fungsi di Pelabuhan Tanjung Priok pada saat penelitian studi, sebagian besar tidak sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2030 dan standar perencanaan tata ruang suatu kawasan.

3) Kondisi Pelabuhan Tanjung Priok, baik kondisi di dalam kawasan pelabuhan, maupun di kawasan sekitar (penyangga) pelabuhan ditinjau dari aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek sosial pelabuhan, aspek kesesuaian pemanfaatan ruang dan aspek ekonomi pelabuhan belum memenuhi standar ecoport yang dirumuskan.

4) Pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Tanjung Priok selama ini dan rencana pengembangan pelabuhan di dalam Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok belum disinergikan dan dipadukan dengan Pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta, sehingga timbul berbagai permasalahan dan hambatan di dalam pengembangannya.

(44)

melalui Pelabuhan Tanjung Priok belum bisa langsung dari negara asal (impor) dan ke negara tujuan (ekspor), karena dari persyaratan kedalaman laut belum bisa didarati oleh kapal-kapal bertonase besar (mother vessel). Oleh sebab itu fungsi Pelabuhan Tanjung Priok walaupun sudah berskala internasional, akan tetapi baru sebatas pelabuhan pengumpan (feeder-port) terhadap Pelabuhan Singapore, yang mengakibatkan terajadinya biaya ekonomi tinggi, karena pelayanan angkutan ekspor impor dilaksanakan secara ganda.

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang dirumuskan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pendekatan penyelesaian masalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1) Bagaimana gambaran kualitas lingkungan fisik ekologi Pelabuhan Tanjung Priok yaitu kualitas perairan laut, kualitas udara, kondisi kebersihan dan penghijauan serta tingkat sedimentasi perairan. Selanjutnya bagaimana kualitas lingkungan sosial pelabuhan dan kawasan penyangga pelabuhan? Masih terkait dengan kualitas perairan laut, sejauh mana dampak kegiatan Pelabuhan Tanjung Priok, baik kegiatan daratan (land activities) maupun kegiatan perairan laut (sea activities) terhadap pencemaran dan penurunan kualitas perairan laut Teluk Jakarta?

2) Bagaimana gambaran kondisi fisik Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan sekitarnya serta gambaran pemanfaatan ruang fungsi-fungsi bagian daratan di pelabuhan dengan Rencana Induk Pelabuhan, serta gambaran data-data teknis bagian perairan terhadap standar teknis kepelabuhanan dan keselamatan pelayaran?

3) Bagaimana rumusan standar pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) di Indonesia dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok ditinjau dari aspek-aspek kualitas lingkungan fisik ekologi, aspek kualitas lingkungan sosial ekonomi masyarakat, kualitas lingkungan fisik pemanfaatan ruang dan aspek pertumbuhan ekonomi pelabuhan serta berada di tingkat mana posisi Pelabuhan Tanjung Priok terhadap standar ecoport tersebut?

(45)

5) Bagaimana strategi kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan mendasar di Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangga, supaya bisa mencapai standar berwawasan lingkungan (ecoport), sekaligus rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok 20 tahun ke depan menjadi pelabuhan pengumpul internasional (international hub port) terpadu dengan pengelolaan pesisir Teluk Jakarta?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, tujuan secara umum studi penelitian ini adalah merancang pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport), sekaligus sebagai pelabuhan pengumpul internasional (international hub port), bagian dari pengelolaan pesisir Teluk Jakarta terpadu. Tujuan khusus dari studi penelitian disertasi ini dapat dirumuskan dan diuraikan sebagai berikut:

1) Menganalisis kualitas lingkungan fisik ekologi dan kualitas lingkungan sosial Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangga dalam rangka memenuhi kebijakan program Kementerian Perhubungan yang telah mentargetkan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan internasional berwawasan lingkungan (ecoport).

2) Menganalisis pemanfaatan ruang fungsi - fungsi eksisting di dalam Pelabuhan Tanjung Priok terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok dan terkait dengan tata-ruang pelabuhan, menganalisis kapasitas ruang pelabuhan sesuai proyeksi pertumbuhan barang; selanjutnya mengusulkan rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan pengumpul internasional berwawasan lingkungan mengacu pada RTRW DKI Jakarta 2011-2030.

3) Menganalisis kesesuaian kondisi Pelabuhan Tanjung Priok terhadap standar ecoport yang dirumuskan penulis, dan pengintegrasian konsep ecoport dan hub port dalam pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok 4) Menganalisis kesesuaian pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan

(46)

5) Mengkaji implikasi kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok, terhadap pengelolaan Pesisir Teluk Jakarta secara terpadu. Oleh sebab itu pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok tidak lagi dibatasi pada Batas Daerah Lingkungan Kerja dan Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan Laut (Maritim) pada tahun 1972. Dengan demikian usulan studi tentang Rencana Detail Tata Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang baru tidak dibatasi pada Daerah Lingkungan Kerja dan Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok, akan tetapi sampai ke wilayah pesisir lain Teluk Jakarta, sinkron dengan RTRW DKI Jakarta 2030 dan Rencana Penataan Ruang Jabodetabekpunjur 2028.

Hasil penelitian studi disertasi akan memberikan manfaat berupa :

1) Tersedianya rumusan kebijakan dan strategi bagi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok untuk meningkatkan kualitas lingkungan pelabuhan, sekaligus meningkatkan hasil guna dan daya guna fungsi pelabuhan.

2) Sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok untuk meningkatkan peran serta dan kepedulian mendukung pengelolaan pelabuhan berwawasan lingkungan.

3) Tersedianya alternatif lokasi dan strategi untuk penataan ruang dan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030 dan Penataan Ruang Jabodetabekpunjur 2028 di Wilayah Pesisir Teluk Jakarta, karena kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok sudah tidak mampu lagi menampung pertumbuhan arus barang pada jangka panjang (20 tahun ke depan).

(47)

internasional. Hasil studi disertasi merekomendasikan rencana penataan ruang dan pengembangan pelabuhan melewati batas Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa yang ditetapkan tahun 1972, mengacu kepada Rencana Tata Ruang Nasional, RTRW DKI Jakarta 2030 dan Penataan Ruang Wilayah Pesisir Jabodetabekpunjur 2028.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian disertasi adalah melakukan analisis kondisi eksisting dan proyeksi serta rencana pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport), sekaligus sebagai pelabuhan pengumpul internasional, dengan studi kasus Pelabuhan Tanjung Priok, berlokasi di Wilayah Jakarta Utara, Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ruang lingkup penelitian studi disertasi meliputi :

1) Analisis terhadap aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan kawasan berwawasan lingkungan bagian integral dari pembangunan berkelanjutan di Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu:

 Aspek fisik yaitu analisis terhadap aspek fisik ekologi dan aspek fisik kesesuaian pemanfaatan ruang fungsi-fungsi di pelabuhan terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok.

 Aspek sosial yaitu analisis terhadap kondisi sosial (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) para pekerja di kawasan pelabuhan, dan kondisi keamanan pelabuhan dalam penilaian standar internasional serta dampak sosial ekonomi kegiatan kepelabuhan terhadap masyarakat kawasan penyangga.

 Aspek ekonomi yaitu analisis terhadap tingkat pertumbuhan arus barang yang melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan kapasitas ruang Pelabuhan Tanjung Priok untuk menampung pertumbuhan arus barang tersebut.

(48)

2) Analisis lintas sektor yang menghasilkan rumusan penulis tentang standar ecoport di Indonesia, dan kesesuaian Pelabuhan Tanjung Priok terhadap standar ecoport tersebut (Indeks Ecoport). Peraturan perundang-undangan terkait di Indonesia dan kondisi pelabuhan berwawasan lingkungan (ecoport) di negara-negara lain digunakan sebagai acuan dan referensi untuk perumusan standar ecoport di Indonesia dan yang layak diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok.

3) Analisis strategi kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok 2030 mencapai standar ecoport dalam rangka pengelolaan pesisir Teluk Jakarta secara terpadu.

 Analisis kebijakan pengelolaan lingkungan pesisir Teluk Jakarta.

 Analisis terhadap Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Priok jangka panjang (tahun 2030) dan RTRW DKI Jakarta 2030 di bagian kawasan Pelabuhan Tanjung Priok dan kawasan penyangga pelabuhan.

 Studi Rencana Detail Tata Ruang Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok yang meliputi rencana-rencana :

o Rencana Zoning Pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. o Rencana Tata Ruang Lokasi Pengembangan Pelabuhan Baru. o Rencana Kebijakan dan Tahapan Pengembangan Pelabuhan

(49)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan dan Angkutan Laut

Pengertian atau definisi tentang pelabuhan di Indonesia berkembang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dan Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan, maka pelabuhan diartikan sebagai

(50)

kepelabuhanan yang akan memberikan nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar pelabuhan. Pelabuhan laut berperan penting terhadap pembangunan ekonomi, oleh sebab itu dalam perencanaan lokasi pelabuhan laut harus dipadukan dengan tujuan pembangunan nasional dan daerah, dan pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Pelabuhan mempunyai tiga fungsi pokok, diantaranya yaitu:

1) Fungsi interface, dalam arti pelabuhan menyediakan fasilitas dan pelayanan jasa atau infrastruktur yang dibutuhkan untuk memindahkan barang-barang dari kapal ke angkutan darat atau sebaliknya dan atau memindahkan barang-barang dari angkutan laut (laut) yang satu ke kapal lainnya (transhipment). 2) Fungsi link, yaitu pelabuhan dilihat sebagai salah satu mata rantai dalam

proses transportasi, mulai dari tempat asal barang maupun ketempat tujuan. 3) Fungsi gateway, yaitu sebagai pintu gerbang dari suatu negara atau daerah.

Konsep sebagai gateway dilatarbelakangi pendekatan peraturan dan prosedur yang harus dikaji oleh setiap yang menyinggahi pelabuhan.

(Baudelaire, 1972)

Sesuai Undang-Undang tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah tentang Kepelabuhanan, maka menurut jenisnya pelabuhan dibedakan atas dua jenis, yaitu pelabuhan laut dan pelabuhan sungai dan danau. Pelabuhan laut mempunyai hierarkhi terdiri dari: (a) Pelabuhan utama, (b) Pelabuhan pengumpul, (c) Pelabuhan pengumpan. Hierarkhi ini berbeda dengan hierarkhi pelabuhan sesuai peraturan perundang-undangan lama, yaitu Undang-Undang Nomor 12 tahun 1991 tentang Pelayaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1992 tentang Kepelabuhanan yaitu dibedakan atas: (a) Pelabuhan internasional, (b) Pelabuhan nasional, (c) Pelabuhan regional, dan (d) Pelabuhan lokal. Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka Pelabuhan Tanjung Priok dimasukkan sebagai pelabuhan laut dalam hierarkhi pelabuhan utama. Di dalam peraturan perundang-undangan baru, maka disebutkan ada 6 (enam) peran pelabuhan, yaitu :

1) Simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkhinya, 2) Pintu gerbang kegiatan perekonomian,

3) Tempat kegiatan alih moda transportasi,

(51)

5) Tempat produksi, distribusi dan konsolidasi muatan barang, 6) Menjadikan Wawasan Nusantara dan Kedaulatan Negara,

Pelabuhan Tanjung Priok memiliki keenam peran pelabuhan tersebut, yaitu sebagai simpul jaringan transportasi, pintu gerbang kegiatan perekonomian nasional, simpul moda tranportasi laut dan darat, penunjang kegiatan industri, jasa, dan/atau perdagangan, pusat distribusi dan konsolidasi barang-barang ekspor-impor dan menjadikan Wawasan Nusantara dan Kedaulatan Negara.

Kelengkapan pelabuhan laut terdiri dari infrastruktur berupa kolam pelabuhan, breakwater, alur pelabuhan dan dermaga, superstrukturberupa bangunan gudang, kantor, jalan serta lapangan penumpukan, danequipmentberupa crane, RTG dan headtruck.Kelengkapan pelabuhan laut lainnya adalah tempat kegiatan pemerintahan daerah belakang pelayanannya (hinterland).

Untuk pengembangan suatu pelabuhan laut ditinjau dari aspek geografis dan teknis kepelabuhanan, dibutuhkan persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1) Lokasi sedekat mungkin dengan lokasi asal dan tujuan barang.

2) Mampu memberikan perlindungan terhadap kapal dari cuaca buruk sewaktu berada di pelabuhan.

3) Memiliki kedalaman perairan yang cukup, sehingga kapal tetap dapat terapung saat air laut surut.

4) Tersedia fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk penanganan barang dan penumpang.

Gambar

Tabel 1.  Perkembangan  Arus  Barang  Non  Peti  Kemas,  Peti  Kemas,  Kunjungan  Kapal  (unit  dan  GT)  dan  Kunjungan  Penumpang  (orang)  di  Pelabuhan  Tanjung Priok tahun 2004  – 2009
Gambar 1  Kedudukan  geografis  Pelabuhan    Tanjung  Priok  terhadap  wilayah  Jabodetabek sebagai daerah belakang utama pelabuhan
Gambar  2.   Pola  jalur  lalu  lintas  barang  ekspor-impor  dari  dan  ke  Pelabuhan  Tanjung Priok (Jakarta, 2009)
Gambar 3  Rute perdagangan Pelabuhan Tanjung Priok dengan pelabuhan- pelabuhan-pelabuhan di negara-negara Asean
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas lingkungan pesisir dan laut, mengidentifikasi isu dan permasalahan yang ada, serta menyusun strategi pengelolaan lingkungan

pengalman Proyek Pesisir ddam pengembangan Program Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir tingkat desa y ang dilaksmakan lewat proses terpadu antara partisipasi masyarakat,

Bidang usaha agrowisata berwawasan lingkungan dengan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Membangun

Sedangkan kekuatan peran dari Kelompok Camar untuk pengelolaan lingkungan pesisir di Tambakrejo Kelurahan Tanjung Mas adalah mampu menyerap berbagai pendampingan dan

Hasil dari studi menyimpulkan dan merekomendasikan bahwa untuk mengelola transportasi berwawasan lingkungan dengan membuat angkutan massal terpadu dan terintegrasi,

Tanjung Priok; Melakukan pemodelan Sistem Informasi Geografis (SIG) peta rute pelayaran yang terintegrasi dari Pelabuhan Belawan menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok;

Hasil analisis indeks kualitas lingkungan di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masih termasuk dalam kategori tercemar ringan dengan nilai indeks total sebesar

Menjadi program studi terkemuka dalam mengembangkan sumberdaya manusia dan iptek untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu, berkelanjutan dan