• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

C. Analisis Ketiga dengan Rumus Chi Kuadrat

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata “pola” berarti model.1 Sedangkan kata asuh, mengasuh, berarti memelihara, membimbing anak kecil.1 2 Pada umumnya manusia pasti melalui proses pengasuhan dari orang tua, setidak-tidaknya dalam jangka waktu tertentu berada dalam bimbingan dan tanggung jawab dari orang tua. Hubungan intern anggota keluarga yang penuh kasih sayang akan menciptakan suasana yang harmonis dan bahagia. Di dalam keluarga orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk menjaga keluarganya agar tehindar dari perbuatan yang menyesatkan baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat At- Tahrim ayat 6 ;

1 EM Zul Fajri Ratu Aprilia Senja, Kam us Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher, him. 662.

2 Ibid., him. 89.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (yang kafir) dan batu (yang disembah)3...”

Perintah memelihara dalam surat At-Tahrim ayat 6 ditujukan kepada para orang tua agar memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik untuk anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang soleh dan berperilaku baik, maka dalam membentuk karakter anak harus secermat dan seteliti mungkin. Pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan pertama yang diterima oleh anak, sehingga perlakuan orang tua memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan karakter anak. Orang tua berkewajiban menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak- anaknya di dalam keluarga, karena setiap perbuatan anak merupakan cerminan dari pola asuh orang tuanya. Jadi pola asuh orang tua adalah cara yang digunakan orang tua dalam menjaga, membina pendidikan dan perkembangan anak untuk menumbuhkan perilaku yang baik dan menjadi manusia dewasa.

Menurut Kohn (1971) dalam bukunya Chabib Thoha pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.4 Cara mendidik anak secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman penciptaan situasi sebagai alat

448.

3 Departemen Agama RI, A l-Q ur’an dan Terjem ahan, Diponegoro, Bandung, him. 4 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam , Pustaka Pelajar, Jakarta, 1996,

pendidikan. Cara mendidik secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan antara orang tua dan keluarga, masyarakat dan suami istri. Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk situasi dimana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara yang dapat ditempuh orang tua sebagai pendidik dalam mendidik anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Macam-Macam Pola Asuh O rang Tua

Mendidik anak dalam keluarga diharapkan anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.5 Maka untuk mewujudkan hal tersebut ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua. Menurut Hurlock dalam bukunya Chabib Thoha mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu6: a. Cara otoriter

b. Cara liberal atau bebas c. Cara demokratis

Berdasarkan dari pendapat tersebut, pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga yaitu:

5 Mansur, Pendidikan A nak Usia D ini Dalam Islam , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 353.

a. Pola Asuh Bersifat Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkah memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.7 Thomas Gordon memiliki gambaran orang tua yaitu orang tua yang menang. Para orang tua yang menang yaitu orang tua yang gigih mempertahankan hak mereka untuk menggunakan otoritas ataupun kekuasaan atas anak.8

Pada pola asuh ini orang tua menentukan aturan-aturan yang harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk, sehingga anak tidak memiliki pilihan yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Apabila anak tidak mematuhi peraturan orang tua, maka ia akan mendapatkan hukuman. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak, tanpa memahami keinginan anak. Anak harus patuh pada semua peraturan dan kebijakan orang tua. Sikap keras dianggap sebagai sikap yang harus dilaksanakan, karena hanya dengan sikap demikian anak menjadi penurut.

Orang tua yang suka mencampuri urusan anak sampai masalah yang kecil-kecil, belanjakan uang, warna pakaian yang cocok, memilihkan teman-teman untuk bermain, macam sekolah yang harus dimasuki. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu- ragu, lemah kepribadian, dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa

7 Mansur, Op. CiL, him. 354.

saja9, mudah terpengaruh, sangat bergantung, kurang percaya diri.10 11 Cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan menjadikan anak “patuh” dihadapan orang tua, akan tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-reaksi, misalnya menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa.

b. Pola Asuh Bersifat Laisses fire{Bebas atau Liberal)

Pola asuh Laisses fire (bebas atau liberal) adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelongaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki.11 Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya. Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan orang tua baru bertindak. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik.

Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga yang kedua orang tuanya bekeija, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh laisess fire akan memiliki sifat percaya diri, dapat mencari jalan keluar, penuntut dan tidak sabaran.12

9 Prof. Dr. Abdul Aziz El-Quussiy alih bahasa Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Pokok-P okok Kesehatan J iw a /M en ta l, Bulan Bintang, Jakarta, him. 20L

10 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkem bangan A nak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, him. 49.

11 Mansur, Op. C it, him. 356.

c. Pola Asuh Bersifat Demokrasi

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua.13 Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya.

Pola asuh ini orang tua memperhatikan taraf-taraf perkembangan anak, cita-citanya, minatnya dan lain-lain. Keinginan dan pendapat anak di dengarkan dan diperhatikan. Selain itu, anak juga dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut kehidupan anak itu sendiri. Anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kontrol pada dirinya sehingga sedikit demi sedikit anak akan berlatih unuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tidak semua hal dapat ditolelir oleh orang tua terutama yang menyangkut masalah kehidupan anak. Dalam hal-hal tertentu orang tua perlu ikut campur tangan, misalnya hal-hal yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, maka orang tua dapat memaksakan kehendaknya terhadap anak karena anak belum memiliki alasan yang cukup tentang hal tersebut.

Pola asuh yang bersifat demokratis ini anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan selanjutnya memupuk kepercayaan dirinya. Anak akan menghargai orang lain karena anak sudah biasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah.

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering dipakai, baik dibidang pendidikan maupun dibidang-bidang lain yang bersifat umum. Di dalam kehidupan manusia memang dituntut untuk memiliki kreativitas. Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia itu. Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif.14

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata kreativitas berarti kemampuan untuk menciptakan.15 Di bawah ini penulis paparkan berberapa pendapat dari para tokoh mengenai pengertian kreativitas yaitu

a. Menurut Hasan Langgulung dalam bukunya Kreativitas dan Pendidikan Islam berpendapat bahwa kreativitas itu sendiri dalam bahasa Inggris creativity yang berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta.16

b. Menurut Mead "Kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang, yang menyebabkan ia melakukan sesuatu yang baru baginya".17

c. Roberts berpendapat bahwa "Proses kreativitas adalah apa yang timbul dari padanya karya baru, sebagai akibat dari interaksi individu dengan cara-caranya sendiri dan apa yang terdapat dalam lingkungan".18

14 Prof. Dr. Conny R. Semiawan, I Made Putrawan, dan Dr. TH. I. Setiawan, D im ensi K reatif D alam F ilsafat Ilm u, Remadja Karya, Bandung, 1988, him. 60.

15 EM Zul Fajri Ratu Aprilia Senja, Op. CiL, him. 489.

16 Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam , Cet. I, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1991, him. 45.

17 Ib id , him. 174.

d. Danvidoff mengungkapkan pemgertian kreativitas adalah suatu kemampuan memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut menciptakan ide-ide asli atau mumi, atau menghasilkan sesuatu yang adaptif dan berkembang.19

e. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Cara Belajar Yang Efisien mengemukakan bahwa pemikiran kreatif adalah suatu proses dari budi manusia yang dapat menciptakan gagasan baru dari gambaran angan- angan, ingatan, keterangan dan konsep yang telah dimiliki.20

Pada intinya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik bempa gagasan maupun karya yang relatif berbeda dari sebelumnya. Kemampuan menghasilkan karya atau ide baru ini tercipta dari aktivitas imajinatif yang merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dan pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.

Munandar melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan Empat P. Pertama definisi pribadi, kreativitas pada pandangan ini berfokus pada keunikan pribadi si orang kreatif. Kedua definisi proses, kreativitas dipahami dari sudut pandang proses kreatif itu sendiri. Menurut definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai

19 Linda L Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991, him. 122.

20 The Liang Gie, Cara B elajar Yang E fisien, Jilid II, Liberty, Yogyakarta, 1995, him 243.

menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil, seperti langkah- langkah dalam metode ilmiah. Ketiga definisi produk, kreativitas dinilai dari hasil akhir atau kriteria produknya harus nyata {observable), harus baru, dan produknya itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Keempat definisi press, kreativitas ditinjau dari motivasi internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri dengan kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial.21

Orang yang kreatif memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pandangan Guilford yang mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki bermacam- macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya.22

2. Proses Kreativitas

Individu yang kreatif memiliki proses-proses dan tahapan-tahapan dalam berpikir kreatif. Ini tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar keberbagai bidang kehidupan lainnya. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada

21 Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas A nak Berbakat, Cetakan II, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, him. 20-22.

22 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, M engem bangkan Kreativitas Dalam P erspektif Psikologi Islam , Cetakan I, Menara Kudus Jogjakarta, Jogjakarta, 2002, him. 34.

usia tiga puluh dan empat puluhan Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap menurun. Erikson menyebutkan bahwa usia menengah sebagai “usia krisis”, saat “generativity” (kecenderungan untuk mencipta atau mewujudkan sesuatu).23 24 Sejarah hidup orang-orang kreatif menunjukkan bahwa ciptaan-ciptaan yang mereka buat bermula dengan pertanyaan- pertanyaan yang mendenging ditelinganya mencari jawaban.25

Secara lebih sistematis, David Campbell dalam bukunya Fuad Nashori mengungkapkan bahwa tahapan-tahapan tersebut meliputi tahap persiapan {preparation), tahap konsentrasi (concentration), tahap inkubasi (incubation), dan tahap penerangan (illumination), dan tahap verifikasi/ produksi (verification/ production)26 Pertama, tahap persiapan. Pada periode ini individu meletakkan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Individu juga mempelajari mengenai latar belakang masalah serta seluk beluknya. Kedua, tahap konsentrasi. Perhatian individu tercurah dan pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal (trial and error). Ketiga, tahap inkubasi. Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara dari masalah yang dihadapi atau tidak memikirkan secara sadar, tetapi menyimpannya dalam alam pra sadar. Artinya individu mencari

kegiatan-23 Elizabeth B. Hurlock, Perkem bangan A nak, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm.7. 24 Loc. City.

25 Prof. Dr. Hasan Langgulung, M anusia Pendidikan Suatu A nalisa Psikologis, F ilsafat dan Pendidikan,Pustaka AIHusna Baru, 2004 , him. 214.

kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang dihadapi, namun untuk sementara waktu. Keempat, tahap penerangan. Hasil kreatif baru muncul pada periode ini, individu mengalami insight, ide untuk pemecahan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti perasaan senang. Kelima, tahap verification (pembuktian). Pada tahap pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata.

Prof. Dr. Hasan Langgulung di dalam bukunya, menurut Roberts “Proses kreativitas adalah apa yang timbul daripadanya karya baru, sebagai akibat dari interaksi individu dengan cara-caranya sendiri, dan apa yang terdapat dalam lingkungan”.27 Prof. Dr Hasan Langgulung mengemukakan “proses kreatif adalah proses intelektual yang akan menghasilkan karya kreatif’. 28

Demikian sekilas penjelasan tentang tahapan proses kreativitas, dimana tahapan-tahapan ini mempunyai hubungan erat dengan proses terjadinya kreativitas. Maka dalam hal ini dapat terbukti bahwa proses kreativitas akan melalui tahapan tersebut, akan tetapi tidak semua tahapan dilaluinya dan kemungkinan hanya sebagian atau secara acak.

3. Ciri-Ciri Kreativitas

Salah satu ciri khas anak yang berpikir kreatif, ialah keinginannya untuk mencoba sesuatu yang dianggapnya baru. Bila dia gagal dalam

27 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Op. Cit him. 174. 28 Ib id , him. 375.

percobaannya maka dia tidak putus asa, tetapi menjadikannya tantangan.29 Untuk mengetahui ciri-ciri kreativitas, berikut ini penulis kemukakan pendapat para tokoh:

a. Munandar menyebutkan sepuluh ciri pribadi kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, memiliki rasa ingin tahu, mandiri dalam berpikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan.30

b. Kreativitas meliputi ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, kelancaran berpikir (fluency o f thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility), adalah kemampuan mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Ketiga, elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan menguraikan sesuatu sesuatu secara lebih terinci. Keempat, keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara asli.31

Kreativitas merupakan hasil dari suatu proses yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan lain. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock, bahwa karakteristik kreativitas meliputi:

a. Kreativitas merupakan proses bukan hasil. b. Proses itu mempunyai tujuan.

c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru.

d. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.

e. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan.32

Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi bahwa berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat yaitu kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, kreativitas dapat memecahkan persoalan secara realistis, kreativitas merupakan usaha untuk

29 Drs. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perkembangan Intelegensi A nak dan Pengukuran IQ -nya, Angkasa, Bandung, 1993, him. 42.

30 Prof. Dr. Utami Munandar, Op. C it, him. 37.

31 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Op. C it, hlm.l 11-112. 32 Elizabeth B. Hurlock, Op. C it, hlm.4.

mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.33

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa karakter kreativitas terdiri dari kelancaran berfikir, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan mencetuskan gagasan asli atau unik.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut Rogers dalam bukunya Fuad Nashori, menjelaskan bahwa faktor individu yang mendorong berkembangnya kreativitas adalah keterbukaan individu terhadap pengalaman sekitarnya, keampuan untuk mengevaluasi hasil yang diciptakan dan kemampuan untuk menggunakan elemen dan konsep yang ada.34 Mengenai faktor internal individu, Rogers mengatakan bahwa kondisi internal yang memungkinkan timbulnya proses kreatif adalah:

a. Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan- rangsangan dari luar maupun dari dalam. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi.

b. Kedua, evaluasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian terhadap produk karya seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari masukan dan kritik dari orang lain. c. Ketiga, kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan

unsur-unsur, bentuk-bentuk, dan konsep-konsep.35

33 Drs. Jalaluddin Rakhmat, P sikologi K om unikasi, Remadja Rosdakarya, Bandung, 1994, him. 74-75.

34 Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Op. C it, him 53-54. 35 Ibid., him 56.

Disamping aspek internal, aspek eksternal juga mempengaruhi kreativitas seseorang. Aspek eksternal (lingkungan) yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kreativitas adalah lingkungan kebudayaan yang mengandung keamanan dan kebebasan psikologis.36

Elizabeth B.Hurlock menerangkan bahwa ada sejumlah hal dapat dilakukan untuk meningkatkan kreativitas antara lain;

a. Waktu, untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga hanya sedikit waktu untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru dan orisinal.

b. Kesempatan menyendiri, hanya apabila tidak mendapat tekanan dari kelompok sosial, anak dapat menjadi kreatif. Singer menerangkan, "anak membutuhkan waktu dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupan imajinatif yang kaya".37

c. Dorongan, anak harus didorong untuk kreatif dan bebas dari ejekan dan kritik yang seringkah dilontarkan pada anak yang kreatif. d. Sarana, sarana untuk bermain dan kelak sarana lainnya harus

disediakan untuk merangsang dorongan eksperimentasi dan eksplorasi, yang merupakan unsur penting dari semua kreativitas. e. Lingkungan yang merangsang, lingkungan rumah dan sekolah

harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas.

f. Hubungan orang tua, orang tua tidak perlu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak, mendorong anak untuk mandiri dan percaya diri, dua kualitas yang sangat mendorong kreativitas.

g. Cara mendidik anak, yaitu mendidik anak secara demokratis dan permisif di rumah dan sekolah meningkatkan kreativitas sedangkan mendidik otoriter memadamkannya.

h. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan, kreativitas tidak muncul dalam kehampaan. Semakin banyak pengetahuan yang dapat diperoleh anak, semakin baik dasar untuk mencapai hasil yang kreatif.38

Dalam bukunya Fuad Nashori faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas menurut Utami Munandar, terdiri atas aspek kognitif dan aspek

36 Ibid., him. 58.

37 Elizabeth B. Hurlock, Op. C it, him. 11. 38 Ib id , him. 10-11.

kepribadian. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari rasa ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, berani mengambil resiko dan asertif, tipe kepribadian.39

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas, yakni faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal meliputi aspek kognitif seperti kecerdasan dan aspek non kognitif seperti sikap, motivasi, nilai, dan ciri kepribadian lain. Sedangkan faktor eksternal meliputi kebudayaan tempat tinggal individu dan berinteraksi dengan lingkungannya.

C. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kreativitas Anak

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang menjadi pangkal atau dasar hidup kemudian hari. Pola asuh anak menjadi penting, tatkala kita menyadari bahwa anak adalah masa depan keluarga. Anak merupakan bagian dari diri orang tua, baik di masa kini maupun mendatang. Baik atau buruk kualitas anak, tentunya berpengaruh secara langsung atau tak langsung pada nama baik alias citra orang tua.

Menurut psikolog Bandung, Ritta Ratnawati Suwarsa, S.Psi, pola asuh anak itu berhubungan erat dengan "peijalanan" hidup anak.40 Proses tumbuh kembang seorang anak dari hari ke hari sangat menakjubkan. Dari

39 H. FuadNashori; Rachmy Diana Mucharam, Op. Cit., hlm.53-59.

Dokumen terkait