• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

E. Prosedur Penelitian

4) Analisis Komparasi

Analisis komparasi sebagaimana dikemukakan Glaser dan Strauss di dalam Moleong (1994: 207) adalah salah satu bagian dari langkah teknis penafsiran data,

yang diperlukan ”sebagai metode dalam kerangka penyusunan teori dari data” Secara

komprehensif, penggunaan analisis komparatif menurut Moleong dimaksudkan antara

lain, untuk memperoleh : “(1) ketepatan kenyataan, (2) generalisasi empiris, (3) penetapan konsep, (4) verifikasi teori dan (5) penyusunan teori” Sedangkan langkah pelaksanaannya dapat dilakukan dua tahap generalisasi, yakni mulai dari : objek spesifik atas hasil uji-makna-empirik, dan pemaknaan hasil uji-reflektif kerangka teoritik dengan pemaknaan indikasi empirik (Muhadjir,1994:11).

Merujuk langkah pentahapan sebagaimana dikemukakan di atas, format analisis studi ini dapat dipetakan sebagai berikut :

Gambar 3. 2.:

1

2

3

4

Sesuai dengan tuntutan karakteristik hasil perolehan data studi ini, analisis komparatif dilakukan dengan fokus tujuan untuk membandingkan satuan data berdasar pada pola analisis dan teknis, yakni analisis konstruks dan kontent yang meliput di dalamnya analisis komparasi dan deskriptif sebagai berikut :

Kategorisasi Satuan Data

Analisis Konstruks (Reduksi) berdasar teorisasi & induksi

Kawasan dan Kategoris Integrasi Kawasan dan Kategoris Analisis Tipologis (Display) Komparasi Tipologis Subjek Data

Analisis Komparasi antara : a. Nilai-nilai

universal-global dengan nilai tradisional-lokal b. Artikulasi target nilai

melalui atraksi Seni budaya tradisional dengan diseminasi konseptual c. Implementasi model pembelajaran melalui ritual sosial-simbolik dengan pola interaksi akademik Tipologi Profil Subjek Data (Verifikasi) Spirit Kewarganegaraan, Artefak kehidupan sosial kultural lokal Sunda dalam ujud konsep, ragam aktualitas seni kreatif yang tumbuh seiring masanya, dan simbolisme ritual sebagai pola pembelajaran sosial

Deskripsi Pembahasan Sintesis Konseptual dan Relevansi Studi

Interpretasi dan Konklusi

a) analisis konstruks, adalah kerangka pembandingan untuk melihat unsur perbedaan dan kesamaan satuan analisis berdasar reduksi kategorisasi dan tipologis sesuai format teorisasi (konfiguratif) : terhadap ungkapan konseptual dalam jumlah, jenis/bentuk, serta model diseminasi dan aktualisasinya;

b) analisis kontent adalah kajian isi terhadap satuan data dalam ujud perbedaan dan kesamaan: unsur, kawasan dan makna semantik objek dan subjek data di dalam

setting aktivitasnya: meliput isi, konotasi dan makna harfiah hingga semantiknya.

Berdasar konstruks dan kontent analisis di atas, langkah komparasinya dapat dipetakan dalam formula pembandingan tetap antara :

(a) nilai-nilai konseptual dalam system kepercayaan lokal-tradisional yang terbungkus dalam simbolisme kata dan ungkapan bahasa yang dalam

hermeneutika Sunda disebut Panca curiga (5S), meliput : Silib-Sindir-Sampir-Siloka-Sasmita; hingga kreasi seni dan upacara berkenaan dengan

pesan moral hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; dengan dan dalam dinamika perkembangan masyarakat luas (nasional, global) dan perubahan masa;

(b) model artikulasi tradisional dalam ragam seni-pertunjukan / pergelaran dan ritual sebagai setting pembelajaran masyarakat dengan diseminasi konseptual, dan tradisi interaksi akademik

Sedangkan format deskriptifnya diperlukan untuk melengkapi rangkaian pembahasan yang telah dijujut di dalam konstruks analisis dan memberikan bahan bagi proses penafsiran.

b. Proses Interpretasi

Adapun interpretasinya menjadi bagian langsung setelah beberapa proses analisis tersebut di atas dilakukan. Bahwa jika dalam proses analisis bersifat deskriptif dan informatif, maka proses interpretasi bersifat reformatif dan transformatif. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam proses interpretatif, selain

menafsirkan juga mengadakan keterkaitan konteks, melihat referensi konsep dan membangun pemahaman-pemahaman baru sehingga tergambar proses interpretasinya. Untuk itu diperlukan analisis dan sintesis multi disipliner, yakni menghubungkan atau mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian dengan landasan (conseptual) yang menjadi acuan teori (frame of reference) peneliti dan keterkaitannya dengan temuan-temuan dari penelitian lainnya yang relevan.

Sesuai dengan pola dan format yang menjadi dasar rujukan sebagai termaktub di atas, implementasi khususnya dalam kerangka (keseluruhan langkah) penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan alur berikut :

Gambar 3.3 :

Bagan Proses Pengolahan dan Pengorganisasian Data

1.

2.

KATEGORISASI INTEGRASI TIPOLOGI

Ungkapan Cacandran Positif Keadaa Perilaku Negatif Paribasa Bentuk / jenis Isi : Konotasi Netral PLh PLs Dorongan : Sejumlah perbuatan yang bernilai / berguna,yang dianjurkan Pantangan : Sejumlah perbuatan yang tidak bernilai / tidak patut dilakukan Model Artikulasi Pesan Nilai Moral

Reka Seni Kultural Lokal-tradisional Diseminasi Konseptual Nyanyian, Permainan, Cerita, Pertunjukan / Pergelaran secara elementer / integral 1. Komunikasi Sosial, Visual, Uga Babasan Caturrangga

3. Implementasi Pembelajaran Nilai dalam Simbolisme Sosial Kultural Event / Moment Kegiatan Ritual Sosial Tradisional

Upacara Seren Taun : Pesta Dadung

Damar Sewu Kidung Spiritual

Proses Analisis Studi Dokumentasi (2) Pengamatan Pendahuluan (1) KATEGORISASI TEORISASI TIPOLOGI Deskripsi NMK dalam idiomatik konseptual .. Artikulasi NMK dalam reka seni tradisional ..

Implementasi Pembelajaran NMK dalam Ritual Sosial ..

induksi

Tipologi

Komparasi

KONKLUSI,IMPLIKASIDANREKOMENDASI Analisis Proses PENGO- LAHAN DAN PEME- RIKSAAN KEABSAHAN DATA Analisis Awal INTERPRETASI SINTESIS KONSEPTUAL &KEBERMANFAATAN STUDI Wawancara/Diskusi Komplementasi Triangulasi (4) Pengamatan Partisipatif (3)

dalam Artefak Kehidupan Kultural Masyarakat Sunda

Keterangan :

Tabel diatas mendeskripsikan bahwa artefak kehidupan kultural masyarakat Sunda sebagai sumber ajaran moral, selain tersebar dalam bentuk sastra lisan juga tulisan. Sesuai dengan sifatnya baik lisan dan tulisan memiuliki fungsi sebagai media refleksi, reduksi dan re-edukasi komunitas penggunanya. Hanya saja sastra lisan yang hidup ditengah rakyat (orang kebanyakan, Cacah) diterima lebih sebagai refleksi kemanusiaan, sedangkan yang sumbernya berasal dari sabda Raja / Resi dan karena isinya merupakan ajaran luhur, memperoleh tempat yang tinggi dan disebut Wangsit. Karena itu, berdasar subjek sasaran dan areanya, kedua hal tersebut menunjukkan bahwa bahwa artefak terpelihara sebagai warisan sastra lisan isinya merepresentasikan ajaran Moral Kewarganegaraan (Good Citizenship) sedangkan yang kedua berupa tuturan tertulis yang sumbernya dari Raja/Ratu dan Resi yang telah Hyang isinya lebih sebagai ajaran Moral Kepemimpinan (Good Leidership).

No Dimensi Klasifikasi

1 Sumber Sastra lisan rakyat Sastra tulis / Wangsit

2 Sifat Refleksi kehidupan keseharian biasa Reduksi & reedukasi ajaran dan nilai yang dianggap sakral dikalangan terbatas bangsawan

3 Jenis Babasan-paribasa Cacandran-Uga, Caturrangga

4 Bentuk / Sebutan

Pikukuh:

(Pikukuh Kanekes/Baduy)

Parigeuing :

Pitutur Siksa Kanda’ng Karesian,

Wangsit Siliwangi, Wangsit Sanghyang Borosngora

5 Subjek Sasaran

Kaula Nagara

Kewarganegaraan (rakyat pendukung)

Pawongan Nagara

Kenegarawanan (Pemimpin /pengayom ) 6 Subjek

Area

Petikan Muatan Artefak Kehidupan Sosial Kultural dalam bentuk Petatah-petitih Sunda ke dalam Pengembangan Materi Pembelajaran PKn di Persekolahan

(Kelas 1 s/d 12 : SD - SMP – SMA)

No Sampel

Petatah-petitih

Sumber Kode Makna

Artikulatif

Jenjang Relevansi Konsep Materil PKn

KTSP 2006 K-2013

1 Mipit kudu amit ngala kudu menta

Paribasa P76 Meminta ijin

sebelum melakukan atau mengambil sesuatu

SD Menerapkan sikap cinta lingkungan (Kelas 2/1)

Menerima kebersamaan dalam keberagaman sebagai anugrah Tuhan YME di lingkungan rumah dan sekolah (Kelas 1/1); 2 Ngeduk cikur kudu

mihatur, ngagedag kudu bewara;

Paribasa P 97 Meminta ijin

sebelum melakukan atau mengambil sesuatu

SMP Menunjukan sikap positif terhdp norma yg berlaku dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara (Kelas 7/1); menampilkan prilaku yang sesuai dengan norma Pancasila (Kelas 8/1)

Memahami norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Kelas 7/2)

3 Nyaur kudu diukur, ngablama kudu diunggang

Paribasa P 98 Berkata ditimbang dahulu, berbicara tidak sesuka diri

SMA Menghargai persamaan kedudukan WN dalam berbagai aspek kehidupan (Kelas 10/2)

Menghargai kerukunan hidup antar umat beragama dan kepercayaan dalam NKRI (Kelas 10/1)

4 Ulah ngomong sagete-gete, ulah lemek sadaek-daek

Paribasa P135 Tidak berbicara tanpa dipikir dahulu

dst Menganalisis budaya demokrasi menuju

masyarakat madani (Kelas 11/1)

Menghargai persamaan kedudukan WN tanpa membedakan ras, agama dan kepercayaan, gender,

golongan, budayadan suku dalam kehidupan

sabobot sapihanean, Kerjasama, gotomg-royong (Kelas 1/2)

keberagaman di rumah dan sekolah (Kelas 1/2) 6 Kacai jadi saleuwi

kadarat jadi salogak

Babasan P 82 a Bersatu tujuan SD Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat (Kelas 3/1)

Menunjukan perilaku toleran, kasih sayang, jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam interaksi dengan keluarga, teman dan guru sebagai perujudan moral Pancasila (Kelas 2/1)

7 Sapapait samamanis Babasan P 232 Pahit sama ditelan, manis sama dirasakan

SD-SMP Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (Kelas 8/1)

Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan sekolah (Kelas 4/2)

8 Sabata sarimbagan Babasan P 226 Satu haluan satu tindakan,

SMP Memahami pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan (Kelas 8/2)

Menyajikan hasil

pengamatan tentang norma yang berlaku dalam masyarakat (Kelas 7/1); Menunjukan semangat kebersamaan dalam keberagaman masyarakat sekitar (Kelas 8/2) 9 Rempug jukung sauyunan,

Babasan P 266 Bersatu padu dalam upaya menggapai tujuan bersama

SMA Menghargai persamaan kedudukan warga negara dalam berbagai aspek kehidupan (Kelas 10/2); Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai

Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama dan kepercayaan, gender, golongan, budaya, dan suku dalam kehidupan

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI